Setelah melewati tahapan publikasi, seleksi calon peserta pelatihan Juru Bicara Pancasila dan pengumumannya (pada tanggal 1-11, 12-13 dan 14 November), terseleksilah 40 orang dari 145 pendaftar, oleh tim KBI/Komunitas Bela Indonesia dan Ponpes Sunan Kalijaga Gesikan.
Kepada para peserta yang lolos dan telah dihubungi ulang panitia, disampaikan selamat dan ditunggu kehadirannya di @Hom Hotel/Horaios Malioboro Hotel Jl. Gowongan Kidul No. 44 Sosromenduran Gedong Tengen Yogyakarta.
Sejumlah tokoh muda seperti Pujiastuti (Griya Jati Rasa, mahasiswa UKDW) Khotimatul Husna (Ketua PW Fatayat NU DIY), Muhammadun (Pemred Majalah Bangkit), dan Jamiludin (Dai Yayasan KODAMA), dinyatakan lolos dan berkomitmen menjalani tuntas pelatihan juru bicara Pancasila pada tanggal 16-19 November mendatang. Banyak peserta yang tidak lolos antara lain karena faktor domisili di luar DIY (Bali, Jawa Timur, Kalimantan, Jawa Tengah dan Sumatra). Sementara pelatihan KBI Yogyakarta merupakan pelatihan ke-18, dan di kota-kota tersebut juga diselenggarakan pelatihan yang sama.
Sejauh ini Ponpes Sunan Kalijga Gesikan telah melakukan “Ngaji Pancasila” sebagai bagian dari materi fiqh kebangsaan melalui majlis taklim, dzikr sholawat dan doa di pesantren, masjid, mushola, langgar serta pasar. Ajakan KBI melalui wasilah Listya binti H. Ahmad Tohari (Budayawan Nusantara) untuk menghadirkan jubir Pancasila di ruang media publik dan media sosial, langsung disambut dengan kedua tangan terbuka.
Kami bahkan sempat bertemu, belajar langsung kepada Denny JA , inisiator gerakan sosial Komunitas Bela Indonesia. Empat puluh (40) calon peserta pelatihan jubir Pancasila memiliki latar belakang beragam: agamawan (kyai, dai, ustazd dan pendeta), mahasiswa, jurnalis, guru, lsm dan aktifis medsos.
Suasana pelatihan diharapkan nyaman, penuh persahabatan, persaudaraan dan keakraban seperti layaknya di pondok pesantren, tidak hanya diskusi, mendengarkan ceramah, menulis, dan berdebat, tetapi beribadah, tidur, mandi, dan makan di hotel dan tidak boleh ke luar selama 4 hari.
Meskipun singkat, pelatihan tidak hanya berhenti dalam ruangan semata tetapi akan berlanjut dengan kerangka kerja sosialisasi Pancasila di era milinial melalui media publik, terutama media sosial.
Diketahui dari publikasi berbagai hasil riset, dukungan terhadap Pancasila sebagai idiologi bernegara terus mengalami gejala penurunan signifikan pasca reformasi. Tampak penguatan gejala intolerasi, politik identitas, sparatis, gerakan khilafah dan teroris yang menjadi ancaman faktual dan bahaya yang tidak cukup ditangani negara. Puncak penanda kesempurnaan kejahatan teroris di Indonesia ketika tidak hanya melibatkan pelaku lelaki dewasa, remaja, tetapi juga pelaku bom bunuh diri perempuan dan anak.
Karena itulah menghadirkan jubir Pancasila menjadi kebutuhan yang urgen demi menumbuhkan keindonesiaan dan menjaga rumah besar bersama “Indonesia” . Semoga ihktiar ini menjadi bagian riil kecintaan terhadap Pancasila, NKRI, UUD 1945 dan Bhineka Tunggal IKa sehingga akan mendapatkan berkah dan rahmat Tuhan Yang Maha Esa.
Yogyakarta, 13 November 2018
An Komunitas Bela Indonesia Yogyakarta
Beny Susanto
Pengasuh Ponpes Sunan Kalijaga Gesikan