Wanita Cantik Sekali di Multazam #2

Puisi Gus Mus Wanita Cantik Sekali di Multazam

Wanita Cantik Sekali di Multazam 

Di tengah himpitan daging-daging doa di pelataran rumah-Mu yang Agung aku mengalirkan diri dan ratapku hingga terantuk pada dinding-mustajab-Mu menumpahkan luap-pinta di dadaku.
Kubaca segala yang bisa kubaca dalam berbagai bahasa runduk hamba dari tahlil ke tasbih,
dari tasbih ke tahmid,
dari tahmid ke ke takbir,
dari takbir ke istighfar,
dari istighfar ke syukur,
dari syukur ke khauf,
dari khauf ke raja,
dari raja ke khauf.
Raja khaluf
Khauf raja
Raja khauf
Khauf raja
Sampai tawakkal
Tiba-tiba sebelum benar-benar fana melela dari arahMultazam seorang wanita cantik sekali masyaAllah tabarakAllah!
Allah, apa amalku jika kurnia
Apa dosaku jika coba?
Allah, putih kulitnya dalam putih kerudungnya
Indah sekali alisnya
Indah sekali matanya
Indah sekali hidungnya
Indah sekali bibirnya
Dalam Indah wajah-Mu.
Allahku, kunikmati keindahan dalam keindahan
Di atas keindahan
Di bawah keindahan
Di kanan-kiri keindahan
Di tengah-tengah keindahan yang indah sekali.
Allahku, inilah kerapuhanku! Tak kutanyakan kenapa,
Engkau bertanya bukan ditanya kenapa
Tapi apa jawabku? –ampunilah aku– tanyalah jua yang kupunya kini: Allahku, mukallafkah aku dalam keindahann-Mu?

KH A Mustofa Bisri, Pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh Rembang.

_____________________

Semoga puisi Wanita Cantik Sekali di Multazam ini memberikan manfaat dan barokah untuk kita semua, amiin..

BONUS ARTIKEL TAMBAHAN

Zainab Ats-Tsaqafiyah, Kisah Sahabat Perempuan yang Kaya Raya

Namanya adalah Zainab Ats-Tsaqafiyah RA. Beliau adalah sahabat perempuan Nabi Muhammad dari golongan bangsawan yang kaya-raya. Zainab berasal dari kabilah Bani Tsaqif di Thaif.

Ia menikah dengan Sahabat Abdullah bin Mas’ud, seorang sahabat Nabi SAW yang tadinya hanyalah seorang buruh penggembala kambing. Islam telah memuliakan Abdullah bin Mas’ud dengan kemampuannya di dalam Al Qur’an, bahkan Nabi SAW memuji bacaannya, tepat seperti ketika Al Qur’an diturunkan. Tentu saja Ibnu Mas’ud hanyalah dari kalangan biasa dan miskin, bahkan kondisi fisiknya ada kekurangan (cacat).

Walau dengan ‘derajat’ duniawiah yang begitu jauh berbeda, Zainab bersedia dinikahi Ibnu Mas’ud, karena ia menyadari kekayaan dan kebangsawanannya belum tentu bisa menjamin keselamatannya di akhirat kelak. Tetapi dengan menjadi istri dan pendamping seorang sahabat yang begitu dimuliakan Rasulullah SAW, ia yakin akan memperoleh keistimewaan masuk surga, asal dengan ikhlas mengabdi pada suaminya tersebut.

Suatu ketika Zainab mendengar Nabi SAW bersabda, “Wahai kaum wanita, bersedekahlah kamu sekalian, walaupun harus dengan perhiasanmu…!!”

Ketika tiba di rumah dan bertemu dengan suaminya, Abdullah bin Mas’ud, ia menceritakan sabda Nabi SAW tersebut dan berkata, “Sesungguhnya engkau adalah orang yang tidak mampu, tolong datang dan tanyakan kepada Nabi SAW, apa boleh aku bersedekah kepadamu, jika tidak boleh, aku akan memberikannya kepada orang lain…!!”

Tetapi Ibnu Mas’ud merasa tidak enak dan malu menanyakan hal tersebut kepada Nabi SAW, karena ia dalam posisi berhak tidaknya menerima sedekah dari istrinya sendiri. Apalagi ia mempunyai kedekatan khusus dengan beliau. Karena itu ia berkata kepada istrinya, “Kamu sendiri saja yang datang kepada beliau dan menanyakannya…!!”

Dengan perintah atau ijin suaminya tersebut, Zainab datang ke rumah Nabi SAW, ternyata di sana telah ada seorang wanita Anshar menunggu Nabi SAW hadir/datang untuk menanyakan hal yang sama dengan dirinya. Seperti telah memperoleh isyarat, Nabi SAW memerintahkan Bilal keluar menemui dua wanita tersebut, dan Zainab berkata, “Wahai Bilal, sampaikan kepada Rasulullah SAW, dua orang wanita menanyakan kepada kepada beliau, apa boleh kami memberikan shadaqah kami kepada suami dan anak-anak yatim yang kami asuh? Tetapi, tolong jangan dijelaskan siapa kami!!”

Bilal masuk kembali menemui beliau dan menyampaikan pertanyaan mereka berdua. Tetapi Nabi SAW justru menanyakan identitas mereka berdua sehingga Bilal tidak mungkin menyembunyikannya, ia berkata, “Seorang wanita Anshar dan Zainab, ya Rasulullah!!”

“Zainab yang mana?” Tanya Nabi SAW.

“Istri Abdullah bin Mas’ud…!!”

Nabi SAW bersabda, “Jika itu yang dilakukannya, kedua wanita tersebut akan mendapat dua macam pahala, pahala membantu kerabatnya, dan pahala shadaqah….!!” Bilal menyampaikan jawaban Nabi SAW, dan tentu saja Zainab beserta wanita Anshar tersebut sangat gembira.

“Ijtihad” mereka tentang shadaqah ternyata dibenarkan beliau, bahkan memperoleh pahala berlipat.

Demikian Zainab Ats-Tsaqafiyah, Kisah Sahabat Perempuan yang Kaya Raya. Semoga Bermanfaat.

Penulis: Amrullah

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *