Ujaran Kebencian (Hate Speech) dalam Perspektif Islam

kyai husein

KH Husein Muhammad, Pengasuh Pesantren Darut Tauhid Arjawinangun Cirebon

Malam ini di hadapan para tokoh agama, aku bicara tentang isu Hate Speech, (Ujaran Kebencian) dalam perspektif Islam. Sebelumnya mereka telah diberikan pengetahuan soal terma tersebut.

Islam itu agama anti hate speech. Ia sangat menentang dan menyebutnya sebagai sifat dan perilaku tak bermoral. Para pelakunya merupakan orang-orang yang berakhlak buruk.

Nabi bersabda :

ألا أخبركم بشراركم؟”. قالوا: بلى. قال: المشَّاؤُون بالنميمة، المفسدون بين الأحبة، البَاغُون البُرَآءَ العنت “. (أخرجه البخاري في الأدب المفرد )

“ Maukah kalian aku beritahu tentang orang-orang yang moralnya paling buruk?. Mereka menjawab : Ya, kami mau. Nabi mengatakan : Ialah orang-orang yang kerjanya mengadu domba (menghasut), yang gemar memecah-belah orang-orang yang saling mengasihi/bersahabat, dan yang suka mencari kekurangan pada manusia yang tidak berdosa”. (HR.Al-Bukhari dalam kitab Al-Adab Al-Mufrad, 323 dan Ahmad, 6/459 ) .

Islam itu agama Rahmat. Kata ini secara literal berarti kasih atau sayang. Dari kata ini terbentuk kata al- Rahman dan al- Rahim yang berarti Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.

Para ahli bahasa Arab menjelaskan makna ini lebih rinci dengan menyebut tiga makna : pertama Riqqah al-Qalbi, kepekaan hati, sensitif. Aku menerjemahkannya sebagai ; bukan sekedar simpati, tetapi empati. Sebuah suasana hati yang merasa sama, senasib, merasa menjadi dia.

Kedua, al-Luthf, yang berarti kelembutan, lembut dalam ucapan (tidak kasar) dan dalam tindakan/memperlakukan.

Ketiga, al-Maghfirah, memaafkan atau mengampuni.

Penjelasan tersebut dipahami dari ayat Al-Qur’an :

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka meninggalkanmu. Oleh karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka pasrahkanlah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”.

Lalu aku menyampaikan kisah Fath Makkah. Dalam keadaan kuat dan mayoritas, Nabi justeru memaafkan musuh yang selalu menyakiti, memboikot, mengusir dan berusaha membunuhnya. Beliau membebaskan orang-orang kafir yang membencinya itu. Beliau mengatakan : “Hari ini hari kasih sayang, bukan hari balas dendam”

Pada suatu kesempatan Nabi dimohon mendoakan kesengsaraan bagi orang-orang musyrik. Beliau menolak. Ini disebut dalam sebuah hadits sahih :

قِيلَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ ! ادْعُ عَلَى الْمُشْرِكِينَ ؟ قَالَ : إِنِّي لَمْ أُبْعَثْ لَعَّانًا ، وَإِنَّمَا بُعِثْتُ رَحْمَةً ) رواه مسلم (2599)

“Wahai Rasulullah, do’akanlah celaka kepada orang-orang musyrik ?, beliau menjawab: “Sungguh saya tidak diutus untuk melaknat, akan tetapi saya diutus sebagai pembawa rahmat”. (HR. Muslim: 2599)

Anas bin Malik, sahabat Nabi yang membantu beliau di rumahnya selama 10 tahun memberikan kesaksiannya :

لم يكن رسول الله سبابا ولا فحاشا ولا لعانا .(البخارى، اداب المفرد، ٣٨)

“Rasulullah Saw, bukan seorang yang suka mencaci maki, bukan orang yang suka berkata-kata buruk dan bukan pula tukang mengutuk”.

Mengakhiri bicara aku mengatakan:

Islam hadir di atas bumi ini untuk menegakkan moralitas luhur. Yakni menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, bukan untuk merusak dan menghancurkannya.

Cirebon. 25 Agustus 2018.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *