Tiga Syarat Khusus Menjadi Santri Baru Kiai Wahab Chasbullah
Kesaksian ini dituturkan oleh santri senior yang saat ini masih hidup, beliau adalah Mbah Suroso. Sepengetahuan Mbah Suroso, santri yang mau mondok akan diantar orang tuanya untuk sowan ke kiainya.
Sebenarnya prosesi anak yang mau mondok dengan diantar orang tua ini telah mentradisi lama, demikian juga saat Mbah Kiai Wahab remaja akan mondok. Ditulis oleh KH. Abdul Halim Leuwimunding (salah satu karib Mbah Kiai Wahab dan ayah dari KH. Asep Saifuddin Halim) bahwa saat Mbah Kiai Wahab mondok ke Langitan, beliau diantar oleh Kiai Chasbullah naik Dokar. Ternyata kudanya lari kencang sekali hingga keluar dari jalan yang mengakibatkan perbekalannya jatuh semua, tapi akhirnya kuda berhenti dan berdiri seakan siap untuk dinaiki lagi.
Demikian juga di buku “Tambakberas: Menelisik Sejarah, Memetik Uswah” dikisahkan, suatu hari, Mbah Kiai Chasbullah mengantarkan Kiai Wahab mondok ke Tebuireng. Sampai di Tebuireng, Mbah Kiai Chasbullah menyampaikan maksud kedatangannya untuk memondokkan putranya. Mbah Kiai Hasyim Asy’ari berkata, ”Man, Man, Dul kok dipondokne mrene” (Paman, Paman, Dul (panggilan masa kecil Kiai Wahab) kok dipondokkan ke sini). Mbah Kiai Chasbullah menjawab, ”Lha nek awakmu gak gelem ngramut, sopo maneh?” (Kalau Anda tidak mau menerima, siapa lagi?). Mbah Kiai Wahab memang terkenal santri yang “unik’, dan benar, saat mondok di Tebuireng banyak melakukan hal “unik” mirip kayak saat mondok di Mojosari, Nganjuk (baca lebih lanjut di buku Tambakberas).
Kembali ke judul di atas, santri yang datang ke Tambakberas membawa beras dua bungkus, kelapa dua buah, tebu sebatang dan kupat serta lepet. Entah apa maknanya ya?
Selanjutnya orang tua dengan mengajak anaknya yang akan dipondokkan menghadap Mbah Kiai Wahab sambil menyampaikan maksudnya. Mbah Kiai Wahab tidak langsung menerima santri itu, tapi bertanya kepada orang tuanya apakah anaknya kalau mondok mau melakukan tiga hal berupa sholat berjamaah, mengaji dan taat kepada guru?
Dengan terbuka Mbah Kiai Wahab menyuruh orang tua dan santri agar keluar dari Ndalem dahulu untuk menanyai sendiri anaknya dari hati ke hati.
Setelah itu, orang tua dan santri akan masuk Ndalem lagi dan Mbah Kiai Wahab akan menanyai langsung si santri. Si santri ditanya sanggup apa saja kalau mondok, kalau tiga hal di atas dijawab, maka santri akan diterima dan didoakan. Ada juga santri yang entah karena lupa atau grogi saat ditanya Mbah Kiai Wahab, dia menjawab siap untuk berjamaah, mengaji dan puasa. Lalu oleh Mbah Kiai Wahab diluruskan kalau puasa (puasa riyadloh) itu tambahan saja.
Selanjutnya setelah berdoa, Mbah Kiai Wahab akan menyuruh orang tua dan santri sowan ke Mbah Kiai Hamid Chasbullah. Saat orang tua mau pamitan ke Mbah Kiai Wahab, dia menyerahkan beras, kelapa, tebu dan kupat serta lepet, tapi Mbah Kiai Wahab berkata agar barang itu diberikan ke Mbah Kiai Hamid.
Dengan diantar Mbah Suroso ke Mbah Kiai Hamid, si santri ditanya sama persis dengan pertanyaan Mbah Kiai Wahab tentang kesanggupan melakukan tiga hal di atas? Kalau sanggup, maka santri akan diterima dan juga didoakan oleh Mbah Kiai Hamid.
Silakan para pembaca untuk memaknai sendiri pesan tentang tiga hal dan tentang gawan atau oleh-oleh untuk kiai seperti di atas.
Kepada seluruh kiai dan nyai Bahrul Ulum Tambakberas yang sudah wafat….lahumul Fatihah.
Demikian Tiga Syarat Khusus Menjadi Santri Baru Kiai Wahab Chasbullah. Semoga Bermanfaat.
01 Juli 2020
Penulis: Dr. KH. Ainur Rofiq Al Amin, Pesantren Tambakberas Jombang.