Tiga Alasan Menjalani Puasa Ngrowot

Puasa Ngrowot

Bagi umat Islam, berpuasa menjadi salah satu alasan untuk memperoleh ampunan dan curahan pahala, serta untuk menyelamatkan diri dari api neraka. Dengan berpuasa seseorang akan mampu mengendalikan hawa nafsu. Puasa juga dapat memperbaiki kesehatan fisik dan psikis, bahkan memiliki efek dahsyat untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit.

Di pesantren puasa sudah menjadi kebiasaan para santri Ada puasa wajib, seperti puasa di bulan Ramadhan, puasa sunah, seperti puasa Senin – Kamis. Di Pesantren al-Luqmaniyah Yogyakarta ada tradisi puasa yang cukup unik yang biasa dilakukan oleh santri-santrinya, yakni Puasa Ngrowot. Santri menjalani puasa dengan tidak memakan nasi atau segala sesuatu yang terbuat dari beras, tetapi menggantinya dengan jagung dan ketela atau yang disebut oyek.

Bacaan Lainnya

Tradisi puasa ini dikaji oleh Sugeng Hariyanto, seorang mahasiswa dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2016). Menurutnya, puasa Ngrowot bukan berasal dari ajaran Islam, melainkan dari tradisi masyarakat Jawa. Akan tetapi, di Pesantren al-Luqmaniyah sendiri puasa Ngrowot justru dianjurkan. Karena, selain meniru amalan yang dilakukan oleh para wali, puasa Ngrowot menjadi simbol keprihatinan, sarana penguatan batin, bahkan jalan untuk hidup asketis.

Masyarakat, khususnya di Jawa zaman dahulu ketika terjadi kekurangan beras, mereka mamakan jagung, kacang, umbi-umbian, bahkan biji asam jawa. Artinya, beras bukan satu-satunya makanan pokok. Masih ada bahan makanan lain, selain beras, yang bisa dimakan asal halal dan baik. Tetapi, generasi saat ini tidak pernah mengenal makanan pokok selain nasi, sehingga kekurangan beras pun menjadi masalah.

Puasa Ngerowot bisa menjadi pengingat agar masyarkaat tidak bergantung pada beras-nasi. Melalui puasa Ngrowot, kita diingatkan bahwa makan tidak selalu harus nasi. Ada singkong, sagu, jagung, sayuran, buah dan umbi-umbian lainnya, yang merupakan pangan lokal masyarakat Indonesia. Tidak hanya di Pesantren al-Luqmaniyah, puasa Ngrowot juga menjadi kebiasaan yang dilakukan para santri di Pesantren Telegrejo, Magelang, kemudian Pesantren Putri Miftachurrasyidin, Cekelan, Temanggung.

Menurut Choiriyah, peneliti dari UIN Sunan Kalijaga, pelaku puasa Ngerowot memiliki tiga alasan, yakni pertama, alasan ilmiah, bahwa setiap bahan pangan yang telah diciptakan Allah memiliki kandungan nutrisi yang baik. Kedua, alasan amaliah, puasa Ngerowot menjadi sarana penguatan nilai-nilai spiritual yang menjadi pondasi dasar perilaku seseorang. Ketiga, alasan maliyah, yakni sebagai cara untuk menjaga harta, penentu kestabilan ekonomi seseorang. (jk/nr)

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *