Oleh: Imron Hamid, Rais Syuriah PCI NU Tiongkok.
Lima tahun sebelum istilah Poros Langitan muncul menjelang pelaksanaan Sidang Umum MPR 1999 atau tepatnya beberapa bulan sebelum Muktamar NU di Cipasung Jawa Barat tahun 1994, saya berkesempatan untuk pertama kalinya sowan Kyai Abdullah Faqih di ndalem beliau yang sangat sederhana di Desa Widang Langitan Tuban.
Pasca Muktamar Cipasung pun, saya beruntung bisa beberapa kali sowan Kyai Faqih diantaranya diajak mengantar Gus Dur (KH. Abdurrahman Wahid) oleh H. Masnuh, termasuk bersama Cak Anam yang waktu itu menjadi Ketua PW. Ansor Jawa Timur.
Pada keempatan lain saya juga pernah bertemu KH. Hamid Baidlowi Lasem di ruang tamu ndalem Kyai Faqih yang berukuran sekitar 3 x 7 m. Kyai Hamid Baidlowi pernah dianggap ‘berseberangan’ dengan Gus Dur di Muktamar NU Cipasung karena memihak Abu Hasan.
Pondok Pesantren Langitan dan Kyai Abdullah Faqih memang menjadi rujukan banyak pihak menjelang kejatuhan orde baru tahun 1998, termasuk seringnya Gus Dur sowan ke Kyai Abdullah Faqih.
Foto ini diambil Tahun 1994, beberapa bulan sebelum Muktamar Cipasung.