Surat Rekomendasi dan Kebesaran Jiwa Buya Syafi’i Ma’arif

buya syafi'i

Surat rekomendasi dari Buya Syafi’i

Siang hari yang tidak begitu terik pada 5 Juli 2002, saya membuka pagar rumah Buya Syafi’i Ma’arif di Nogotirto, Yogyakarta.

Dengan ramah beliau membuka pintu dan mempersilahkan saya masuk ke rumah yang sangat sederhana untuk ukuran Ketua Muhammadiyah, ormas Islam dengan aset dan perjuangan yang tidak ternilai untuk bangsa ini.

Saya datang meminta surat rekomendasi dari beliau untuk sekolah di Harvard University. Bersama dengan sahabat saya Ustadz Hery Gunawan Muhammad (aktivis pemuda Muhammadiyah) dan Gus Muhammad Alamul Yaqin (konco pondok Krapyak) saya diterima dengan sangat ramah. Kami bukanlah siapa-siapa, tapi dengan ringan dan tanpa sungkan, beliau menulis surat rekomendasi dengan pena.

Beliau tahu saya orang NU dan tinggal di pondok Krapyak karena beliau kenal baik dengan Abah saya. Dengan wasilah Abah, Buya Syafi’i tanpa ragu memberikan surat rekomendasi tersebut. Keduanya menembus sekat organisasi. Suatu hal yang sangat langka saat itu.

Dengan tersenyum, Buya Syafi’i bahkan meminta izin kepada Abah saya untuk dijadikan ‘anak didik’ di struktur Muhammadiyah. Terobosan pemikiran yang brilliant. Saya merasa bangga namun saya tidak berani mengambil tawaran itu. Situasi saat itu yang membuat saya ragu.

Saya menyaksikan sikap dan langkah Buya Syafi’i saat itu sampai sekarang tidak berubah. Tidak ragu mendekatkan NU dan Muhammadiyah.

Selalu sehat Buya. You have my highest respect. Saya yakin meski jenengan Muhammadiyah tapi mencintai NU, begitu juga saya yang NU tapi mencintai Muhammadiyah, karena keduanya aset besar bangsa ini.

Penulis: Zaki Mubarok.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *