Berita NU, BANGKITMEDIA.COM
YOGYA- Sunan Kudus menjadi inspirasi semua umat Islam, khususnya umat Islam yang domosili di Kudus. Selain sebagai ulama’ yang bergelar Sunan, beliau juga sebagai pejabat tinggi Kerajaan Demak dan seorang pengusaha yang kaya raya. Inilah yang menjadikan orang Kudus bisa memadukan semangat beragama dan semangat berwirausaha.
Demikian ditegaskan Wakil Ketua Umum PBNU 2010-2015, KH Dr As’ad Said Ali dalam akun facebook-nya, Selasa (01/05).
“Renungan pagi; saya berasal dari kudus. Di tengah kota ada Pasar Kliwon. Ketika saya masih remaja menjadi tempat jajan terutama makan “nasi pindang” makanan khas Kudus. Sepuluh tahun terakhir berkembang menjadi pusat grosir kedua setelah Pasar Klewer. Pedagang bedatangan dari Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, sampai Papua. Transaksi juga sudah online,” tegas Kiai As’ad yang pernah menjadi Wakil Kepala BIN RI.
“Kenapa bisa terjadi? Jawabannya: interprenurship wong Kudus tinggi, terinspirasi ketokohan Sunan Kudus selain ulama, pejabat tinggi Kerajaan Demak juga kaya harta. Kudus menjadi salah satu contoh kemajuan perekonomian suatu daerah dipengaruhi oleh jiwa interprenurshipnya. Alhamdulillah, saya bagian dari orang Kudus,” lanjut Kiai As’ad.
Status facebook Kiai As’ad pada Hari Buruh 1 Mei ini menjadi perbincangan menarik para netizen. Tentu saja, para netizen mempunyai cara pandang yang khas, sesuai dengan background masing-masing.
“Tampaknya, Pak, kalau dalam bahasa Weber, ada spirit semacam protestan ethics dalam budaya lokal Kudus yang mendorong untuk gigih berusaha ekonomi sendiri. Hal yang sama nampaknya terjadi di Pekalongan, di kalangan santri NU, yang enterpreneurship-nya sudah lama mengalahkan saudagar Muhammadiyah Pekajangan. Menarik untuk bahan kajian,” tulis Entjeng Shobirin Nadj yang juga pernah menjadi pengurus PBNU.
Tanggapan Entjeng Shobirin Nadj ini mendapatkan sanggahan dari Syarbani Haira, seorang tokoh NU asal Kalimantan Selatan.
“Saya pernah membaca buku Ann Wang Seng, penulis buku dari Malaysia. Dia pernah menulis buku Rahasia Bisnis Orang Korea, juga China, dll. Menurutnya, semangat konfusius, juga budhism yang membuat mereka maju. Korea beda dengan China. China sejak awal negara maju, berperadaban. Sedang Korea tidak. Tetapi bisa sama-sama maju. Teori Weber tak berlaku di sana. Peran tokoh jadi urgent, seperti ungkap Kyai As’ad di atas,” tulis Syarbani.
“Sampean benar ustadz, bapak ibu saya waktu kecil selalu mendongeng, jadilah seperti Sunan Kudus, alim (ahli thoriqoh), banyak ilmu dan kaya. Jadi para orang tua menanamkan “virus intreprenurship” ke diri anak-anaknya dan biasanya melarang menerima orang lain dengan baik serta menganjurkan memberi. Mc Cleland menamai virus itu dengan Nch singkatan dari Need For Achievement,” Kiai As’ad kembali memberikan tanggapan balik.
“Nderek menyimak Mbah Yai As’ad Said Ali. Kudus Pamornya di bidang perniagaan. Itu baru segmen satu. Kudus juga punya simbol ikon akulturasi toleransi dan teposeliro. Dari sebuah kuliner Nasi Pindang, dia bisa cerita makna terdalam tentang nilai toleransi dan akulturasi kuliner. Belum simbol artefaknya, ada juga sejarah Sunan Kedu, Sunan
yang membawa tembakau Kedu dari daerah Kedu ke Kudus,” Ahmad Idris dari Kudus ikut memberikan tanggapan menariknya.
Seorang bernama Sismanto HS dalam percakapan ini mengajukan pertanyaan menarik: “Nunggu ulasan yai, Kudus kok jadi Kota Kretek?”
“Ceritanya Mbah Nitisemito sakit batuk, lalu nglinting tembako dicampur cengkeh. Setelah dirokok batuknya sembuh. Makanya merokok kretek saja jangan rokok putih. Jadi rokok kretek memang asli Kudus. Cucunya Nitisemito itu teman saya namanya Firman Lesmana, seorang tokoh Kudus, teman SMA. Jangan mengira ada orang menanam tembako di Kudus, Insya Allah, satu batang juga tidak ada, tanahnya kurang cocok, tidak ekonomis,” jawab Kiai As’ad.
Perbincangan pagi hari Selasa ini menarik perbincangan para netizen. Mereka mempunyai harapan besar di masa depan ihwal spirit Sunan Kudus di tengah percaturan politik dan ekonomi saat ini dan masa depan.
“Umat membutuhkan tokoh yang mampu membangkitkan jiwa intreprenurship juga membimbing dan mengarahkan. Jejak rekam Sunan Kudus bisa kita rasakan hingga kini. Semoga muncul Sunan Kudus-Sunan Kudus milenium untuk meredam kapitalisme globlal,” tulis Ahmad Dasuki.
“Alhamdulillah, semakin memperjelas bahwa berfikir dan bergerak menuju kemandirian dalam bidang ekonomi merupakan karakter orang berjiwa besar,” tulis Fahmi Basya dari Mlangi Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. (mm/md)