Siapa Sumber Quote Kiai Sahal Mahfudh yang Beredar di Internet?

kiai sahal mahfudh kajen

Beberapa waktu yang lalu, saya dimintai pertimbangan atau semacam dimintai persetujuan mengenai beberapa quote yang dianggap itu berasal dari Kiai Sahal. Setelah sekilas membaca beberapa quote yang diajukan, saya balik bertanya kepada orang tsb,

“Darimana kira-kira sampean tahu kalau quote yang sampean tuliskan itu memang berasal dari beliau?”

Keduanya tampak saling pandang sebelum akhirnya menjawab,

“Kami dapat quote-quote ini dari internet.”

“Apakah selain kepada saya, sampean sudah bertanya kepada bapak/ibu yang lainnya yang sekiranya beliau sering mendengarkan, mencatat atau membaca dawuh-dawuh yai?” Kembali saya bertanya.

“Sampun. Kami sudah menunjukkan quote ini kepada bapak/ibu A, B, C,…. ” Jawabnya sembari menyebutkan nama-nama guru yang sudah dimintai pendapatnya.

“Kalau dari beliau-beliau sudah ACC, ya.. berarti dimantepi saja kalau kalimat-kalimat itu memang benar dari kiai Sahal. Meskipun wasilahnya sampean dapatkan dari internet. Karena Kiai Sahal itu muridnya banyak. Yang pernah mendengar, mencatat, membaca dan menuliskan kembali dawuh-dawuh dan ilmu beliau itu juga banyak. Jadi kalau guru sampean dawuh quote itu dari Kiai Sahal, sampean harus yakin kalau memang demikian.” Ujar saya waktu itu.

Kedua orang di hadapan saya itu mengulum senyum dengan wajah berbinar. Salah satunya tampak memandang tulisan dalam kertas yang dibawanya. Sejurus kemudian, keduanya bersiap untuk berpamitan. Namun, sebelum beranjak pergi, tampak seorang diantaranya tiba-tiba bertanya,

“Tapi yen mungguh njenengan piyambak kalimat-kalimat yang kami tulis dari internet ini benar-benar kalimat saking yai nopo mboten nggih?”

Terus terang, saat itu, saya agak kaget mendengar pertanyaannya. Saya terdiam sejenak. Lalu kalimat-kalimat itu kembali saya baca,

“Biasanya, kalau menulis quote yai itu, saya ambil berdasarkan dawuh yai yang saya dengar sendiri atau dari tulisan-tulisan yai yang pernah saya baca. Selain itu saya tidak berani mengatakannya sebagai quote atas nama yai.”

Mungkin jawaban saya kali ini terasa mengambang di telinga si penanya. Sehingga membuatnya mengejar dengan pertanyaan selanjutnya,

“Lha.. terus, diantara tulisan di kertas niki, njenengan pernah mendengarkan yai dawuh ngeten atau njenengan pernah membaca tulisan yai ingkang kados ngeten nopo mboten?” pertanyaan itu tentu mengandung rasa penasaran yang dalam.

“Untuk tulisan yang sampean bawa itu, terus terang saya belum pernah mendengarkan beliau dawuh demikian. Kebetulan juga, saya belum pernah membaca tulisan beliau sebagaimana yang sampean utarakan dalam tulisan itu. Tapi sebagaimana saya katakan sejak awal, murid yai itu banyak. Dawuh dan tulisan beliau selalu membekas di hati para santri. Sampean tak perlu khawatir. Kalau para guru sampean sudah membenarkan bahwa quote yang sampean kumpulkan dari internet itu benar-benar dari dawuh atau tulisan yai.. ya.. sampean harus yakin memang demikian yang sebenarnya.” Panjang lebar saya ulang jawaban saya di awal pertemuan tadi.

Dan jawaban saya kali ini tampak membuat keduanya sumringah. Semua murid yai tentu berbahagia mendengar nama gurunya disebutkan berkali-kali. Dawuh-dawuhnya adalah obat kerinduan. Apalagi banyak diantaranya yang belum pernah bertemu beliau secara langsung. Karenanya, membaca dawuh beliau dalam bentuk quote sekalipun. Atau membaca kisah sederhana tentang beliau, adalah obat rindu yang tak terperikan.

Alfatihah kagem semua orang-orang tercinta dan guru-guru yang telah mendahului kita…

Penulis: Ibu Nyai Hj Tutik Nur Jannah, putri Kiai Sahal.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *