Setiap Kali Sowan, Saya Harus Pamitan Minimal 5 Kali untuk Bisa Undur Diri

Beliau adalah ulama yang ‘mutabahhir’ atau ‘nyegoro’ artinya ilmunya sangat luas, baik tafsir, fiqh, hadits, tasowwuf, nahwu, shorof, balaghoh, sejarah, politik dan ilmu-ilmu lainnya.

Tetapi beliau sangat rendah hati, menerina semua tamunya tanpa diskriminasi. Beliau menjadi bapak, guru dan sahabat bagi semua orang.

Setiap menerima tamu, mengaji atau ceramah, beliau sangat detail dan mendalam menjelaskan topik atau thema yang dipilihnya. Bahkan selalu ada ilmu yang baru yang disampaikannya dalam setiap kesempatan. Mendengar beliau ‘ngendiko‘, saya merasa tidak pernah terkenyangkan. Ingin rasanya selalu di dekatnya untuk menimba sebanyak-banyaknya ilmu dari salah ulama sepuh yang berusia 92 tahun itu.

Bacaan Lainnya

Ada kesejukan, kedamaian dan keingintahuan yang mengharu biru. Beliau bagai oase yang tak pernah habis airnya di tengah gurun.

Beliau seperti tak pernah lelah memberikan pencerahan kepada siapapun yang sowan atau beliau hadiri.

Sebagai orang kecil, dan bukan siapa-siapa, saya selalu merasa diistimewakan ketika sowan beliau, sebuah perasaan yang mungkin dialami setiap orang. Satiap kali sowan, saya harus pamitan minimal 5 kali untuk bisa undur diri, bahkan pernah pamitan sampai 10 kali untuk kemudian diijinkan undur diri. Sebenarnya saya suka berlama-lama di dekat bekiau, akan tetapi saya harus solider terhadap ratusan tamu lain yang mengantri.

Beliau secara politik berbeda afiliasinya dengan saya, akan tetapi saya tidak pernah merasakan ‘aura beda’. Karena setiap sowan beliau lebih banyak bercerita tentang sejarah orang-orang solih, silsilah keluarga, menjelaskan tentang ilmu, tafsir Al-Qur’an, hadits dan topik-topik lain yang jauh dari soal-soal politik.

Penjelasan beliau selalu saya rasakan berbeda dengan kyai-kyai sepuh lain. Beliau tak pernah meluputkan fenomena terkini yang menjadi titik tolak pembicaraan. Allah menumpahkan ilmu kepada beliau, sehingga terus mengalir dan memenuhi ruang hati dan pikirannya.

Kini atas kehendak dan kuasa Allah Sang Pencipta dan Pemilik, beliau harus nenghadapNya. Beliau dipanggil Allah saat berada di kota suci Mekah menjelang pelaksanaan ibadah haji.

Selamat jalan wahai guru, bapak, lentera penerang, ‘pepunden’, oase dan pencerahku.

Simbah KH. MAIMUN ZUBAIR, Pengasuh PP. Al-Anwar Sarang Rembang, Ketua Musytasyar PBNU. Bangsa Indonesia kehilangan salah satu guru bangsa. Kami sedih tetapi kami harus rela. Kami sangat berterima kasih atas semua yang telah bekiau berikan, semoga ilmu kami dari beliau bermanfaat.

Saya dan kami yakin bahwa beliau sedang mendapat nikmat dari Allah di alam kuburnya. Amiiin

Penulis: KH Ahmad Labib Asrori, Magelang.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *