Sekjen PBNU: Semua Harus Waspada di Tahun Transisi Demokrasi

Dari kanan Den Baguse Ngarso, DR. Helmy Faishal Zaini, DR. KH. Shofiyullah Muzammil dan Antonius Benny Susetyo, Pr
Dari kanan Den Baguse Ngarso, DR. Helmy Faishal Zaini, DR. KH. Shofiyullah Muzammil dan Antonius Benny Susetyo, Pr

Berita NU, BANGKITMEDIA.COM

BANTUL – Menarik juga filosofi yang diungkapkan Dr. KH. Helmy Faishal Zaini (Sekjen PBNU), “Kebangsaan itu seperti telur, karena telur itu sesuai lingkungannya. Karena ketika dingin menjadi beku, ketika panas akan mencair.”

Hal inilah yang seharusnya kita ambil contoh dari telur. Sebagai bangsa Indonesia jangan sok ke Arab-Arab-an dan ke Barat-Baratan. Boleh saja kita mencari ilmu keluar negeri, tetapi cukup ilmunya yang kita ambil.

Bacaan Lainnya

Dalam keberagaman Dr. Helmy berpesan dalam dua hal. Pertama, saling menjunjung, menghormati dan menghargai keberagaman. Kedua, menguatkan kearifan lokal yang ada di daerah masing-masing.

Perlu bangsa waspadai isu-isu agama yang diangkat dalam berpolitik. Menggingat tahun 2019 Indonesia memiliki hajat politik. Kalau Dr.Helmy menyebutnya sebagai tahun transisi demokrasi.

“Demokrasi itu kesabaran, ketelitian dan cinta kasih bersama,” kata Dr. Helmy. Hal ini yang harus masyarakat pahami dalam berdemokrasi. Jangan sampai demokrasi tambah memecah belah, saling bertikai dan menghujat.

“Nahlatul Ulama (NU) mengusulkan pemilu keterwakilan, yang diusulkan pada Munas NU di Kempek. Hal ini untuk menghindari politik uang yang sering dimainkan oleh elit politik. Mengingat pemilu memakan dana yang banyak, tetapi hasil pemilu tidak sesuai dengan yang diinginkan. Wal hasil pemimpin yang terpilih yaitu yang mau memainkan tawar-menawar atau wani piro,” pungkas Dr. Helmy dengan tegas.

Antonius Benny Susetyo, Pr (Badan Pembinaan Ideologi Pancasila) juga mengkhawatirkan berita hoax yang ada di media sosial. Karena menurut beliau sering diplintirkan untuk menggadu domba antar golongan. Hal ini sengaja dilakukan media yang hanya menjual informasi tanpa memperhatikan dampak terhadap persatuan bangsa Indonesia. Sebab, orang yang tidak memahami agama yang utuh sering terbawa oleh berita salah yang menggadu domba antar sesama umat.

“Agama itu memiliki titik temu, yang membedakan hanya ritualnya,” kata Romo Benny . Disampaikan Romo Benny dalam seminar kebangsaan di Pendopo Parasamya Kabupaten Bantul Sabtu, 04 Agustus 2018, dalam rangka Hari Jadi Kabupaten Bantul ke-187 mewakili tokoh Katolik.

Romo Benny menegaskan bahwasanya, bangsa kita harus membangun kultur silaturahmi yang harus ditingkatkan dan menjunjung gotong-royong dalam bermasyarakat. Sebagai anggota Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Romo Benny sangat menguasai dan menjiwai nasionalisme. (Hadi/Amnan)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *