Rahasia Hidup Mbah Bani 142 Tahun, Santri Langsung Mbah Hasyim Asy’ari.
Namanya adalah Mbah K. Hasbani bin Tuwijoyo bin Diran bin Saridin. Tulisan pendek ini berdasarkan penuturan beliau secara langsung kepada alfaqir ketika sowan ke kediaman beliau pada malam Jum’at 11 Ramadhan 1442 H/ 22 April 2021 M pukul 21.00-22.10 WIB.
Beliau lahir di desa Singorojo kec Mayong Kab Jepara. Ibunya berasal dari desa Jebol kec Mayong kab Jepara & masih keluarga Mbah Hasan Bisri (seingat saya). Tinggal di rumah yang sangat sederhana sekali, berukuran kecil, & berlantaikan tanah di desa Kerso kec Kedung Kab Jepara.
Tidak ingat secara pasti kapan beliau dilahirkan karena pada saat itu belum ada pencatatan kelahiran.
Ada yang memprediksi beliau kini berusia sekitar 160 tahun. Namun beliau menampik hal tersebut dengan mengatakan: kakean iku. Paling yo 130 an (kelebihan itu. Mungkin sekitar 130 tahun).
Hal tersebut masuk di akal karena beliau bercerita tentang masa kecil bersama RA Kartini, bahkan menuturkan pernah belajar bareng di sekolah yang sama. Beliau kelas 3, sementara RA Kartini kelas 2. RA Kartini sendiri lahir pada tahun 1879 M. Itu artinya jika dikalkulasi dengan angka ini, maka Mbah Hasbani telah berumur lebih dari 142 tahun.
Beliau tidak pernah mondok secara menetap layaknya santri sekarang melainkan berpindah-pindah dari satu guru ke guru yang lain karena mondok zaman dulu katanya hanya modal awak (badan alias nekad).
Salah satu nama kiai tersohor yang beliau sebut sebagai guru adalah:
- Mbah Hasyim Asy’ari Jombang.
- Mbah Soleh bin Umar Darat.
- Mbah Yasin Kudus
- Al-Habib Ali Mayong Jepara.
- Mbah Salam (ayah Mbah Abdullah Salam Kajen).
Beliau tidak ingat apa saja yang pernah dipelajari dari mereka. Hanya saja beliau menyebutkan beberapa kitab yang didengar dari Mbah Hasyim Asy’ari, diantaranya: Bulughul marom, Tafsir (mungkin Jalalain), Fathul wahhab, Ihya Ulumuddin.
Beliau lebih senang membaca kitab berbahasa Jawa pegon daripada berbahasa Arab karena sedikit kesusahan pungkasnya. Hal tersebut terlihat dari beberapa kitab karya Mbah Soleh Darat yang beliau simpan rapi berbalut kain sorban di atas meja ruang tamu.
Beliau juga sempat bercerita tentang: Mbah Hasan Mangli, Mbah Datuk Singorojo, dll.
Di usianya yang sudah sangat lanjut, beliau masih tergolong sangat sehat karena masih mampu mengendarai sepeda motor butut sendiri ke beberapa daerah di Jepara, masih dapat membaca dan berjalan di malam hari tanpa bantuan kacamata. Namun pendengaran melemah dan harus mengeraskan suara jika berkomunikasi dengan beliau. Hal inilah yang sedikit menjadi kendala bagi saya untuk menggali informasi lebih lengkap dari beliau secara langsung.
Beliau sosok yang humoris, lebih senang mendongeng. Kisah perjalanannya di waktu muda kerap membuat saya tak mampu menahan tawa seiring dengan gelak tawa beliau. Termasuk ketika mengenang glundung (terjatuh) dari bukit saat perjalanan menuju jawa timur untuk mondok, beberapa hari kelaparan di perjalanan, dll.
Dalam kesempatan ini beliau memberikan ijazah:
1. Riwayat beliau dari guru-gurunya.
2. Sholawat Sultan al-Ghornawi dari Al-Habib Syafiq bin Sholih al-Kaff bersumber dari kitab “al-Qirthos li manaqib al-Athos”.
3. buku-buku karya Mbah Soleh Darat.
Selama kurang lebih 1 jam bercengkerama, perkatan-perkataan beliau sarat dengan nuansa hikmah, diantaranya:
1. Wong saiki akeh golek elmu tapi ora dilakoni (orang zaman sekarang banyak yang mencari ilmu tapi tidak diamalkan).
2. mangan disek, lagi solat (makan dulu, baru solat).
3. Angger bengi aku muni, “wah sesok aku dipendhem, jebul iseh iso tangi, yo “alhamdulillah” (tiap malam saya berkata: besok pagi saya dikubur, tiba-tiba masih diberi kesempatan bangun, ya alhamdulillah).
4. wong urip mung mampir ngombe (orang hidup sekedar mampir untuk minum)
5. dongaku mung siji.
إن صلاتي ونسكي ومحياي ومماتي لله رب العالمين
(sesungguhnya solatku, ibadahku, hidup & matiku hanya untuk Allah, Tuhan semesta alam)
6. Umur ra keno dipesen, tapi nek pengen umur dowo sing penting pikiran ayem. nek pikiran ayem, awak sehat. aku wae nek pikiran poseng, awak do loro kabeh (umur ga bisa dipesan, tapi kalau ingin umur panjang, maka pikiran harus ayem, karena pikiran ayem, tubuh jadi sehat. Saya saja kalau pusing, badan jadi sakit semua).
7. Sambil menunjukkan posenya dengan beberapa Habaib, salah satunya adalah Syekh Amin al-Jailani, beliau berkata: nek pengen bungah, selamet, lan iso kumpul kanjeng Nabi,kudu hurmat lan mulyaake keturunane. Nek ora, yo iso pedot, piye iso ketemu kanjeng Nabi (kalau ingin bahagia, selamat, dan bertemu Rasulullah, ya harus hormat & memulyakan keturunannya. kalau tidak, ya bisa putus, bagaimana bisa ketemu Rasulullah).
Penulis: KH Qutub Izziddin Abdul Jamil Sarwi, Jepara.
*Tulisan ” Rahasia Hidup Mbah Bani 142 Tahun, Santri Langsung Mbah Hasyim Asy’ari ” ini ditulis di rumah pink komplek Ponpes AHA di malam yang sama, pukul 22.35 WIB.
Nuwun Sewu, Kulo nggih (salah satu) santrine mbah bani.
Nopo jenengan sampun angsal izin/Ridho sangking beliau yen Post riwayat & gambar beliau ? ?