Ingat Sidang MPR pertama 1999? Itu memilih Prof Dr. Amien Rais sebagai ketua lembaga tertinggi negara itu. Nah, beberapa hari kemudian syukuran terpilihnya pak Amien diselenggarakan di sebuah hotel di Jakarta.
Gus Dur yang baru sembuh dari sakit dengan memakai kursi roda datang agak awal karena akan ada pertemuan lain. Sementara Prof. Dr. Taufik Abdullah, peneliti senior LIPI ini sedikit terlambat.
Pak Taufik adalah teman sangat dekat Gus Dur, karena itu nasibnya tidak jauh berbeda. Disingkirkan Soeharto, pernah dicopot dari jabatan tertentu di LIPI karena sedikit kritis terhadap kebijakan Orde Baru meskipun dia sebenarnya bukan penentang Soeharto yang berhadap-hadapan. Pendeknya orangnya sangat ilmiah dan akademik tetapi tetap saja menjadi korban Orba.
Nah, ketika Gus Dur akan keluar ruangan setelah memberikan sambutan dan selamat kepada Pak Amin Rais sebagai ketua MPR yang baru, bertemu dengan Pak Profesor ini. Sudah agak lama tidak bertemu, karena ketika Gus Dur di rumah sakit, dia tidak boleh menemuinya oleh dokter karena alasan dalam perawatan.
Setelah say hello sebentar, Gus Dur melanjutkan keluar ruangan, sedangkan Pak Profesor menggantikan menduduki kursi Gus Dur di depan hadirin.
Tapi, tidak lama kemudian Gus Dur mengutus ajudannya untuk memanggil Pak Profesor keluar ruangan untuk menemuinya.
Sambil tetap duduk di atas kursi roda, Gus Dur berkata, “Pak Taufik, nanti saya akan menjadi Presiden, tolong siap-siap memimpin LIPI ya!”
Pak Taufik bukannya senang, dia malah berpikir, “Wah stroke Gus Dur masih parah nih,” batinnya prihatin.
Singkat cerita … Eh setelah sebulan dilantik menjadi Presiden ke-4 Indonesia, Prof Taufik dipanggil ke Istana mendadak, saat itu juga, padahal dia sedang di kantor LIPI dengan pakaian kasual dan menggunakan mobil butut. Maka beliau pun pinjam baju dan dasi serta mobil yang agak keren kepada temannya untuk datang ke istana.
“Sekarang saya bikinkan SK untuk memimpin LIPI ya pak,” ujar presiden Gus Dur ketika Profesor Taufik tiba di istana. “Iya Gus, tapi nanti dulu, sekarang lagi bulan puasa,” jawabnya.
Dua atau tiga bulan kemudian, SK turun dan Prof. Dr. cum Sejarawan ini pun memimpin LIPI.
Cerita ini disampaikan oleh Profesor Taufik Abdullah kepada Dr. Ahmad Suaedy.
(Penulis: Akhmad Musta’in)