Prof. Quraish Shihab: Luas Ilmunya, Moderasinya dan Kebijaksanaannya

Prof. Quraish Shihab: Luas Ilmunya, Moderasinya dan Kebijaksanaannya

Oleh: Edi AH Iyubenu, wakil ketua LTN PWNU DIY.

“Kalaupun pendapat saya secara ilmu saya yakini benar, tetapi menimbulkan ketersinggungan pada orang lain, saya akan meminta maaf padanya.”

Tak pernah surut kekaguman saya kepada beliau. Bahkan makin besar. Tak pernah bosan saya berkisah tentang kekaguman saya padanya. Juga tak pernah habis saya menukil, mengutip, dan menyebut nama beliau dalam tulisan, cerita, hingga kultuman.

Ilmu beliau sungguh tak kuasa saya bayangkan. Lama saya kenal beliau sejak terbitnya buku “Membumikan al-Qur’an”. Kemudian, saya mendapatkan ejawantahnya dalam Kitab Tafsir al-Mishbah yang menjadi khazanah tafsir al-Qur’an yang paling saya sukai. Saya bilang bahwa al-Mishbah merupakan tafsir yang paling relevan, kontekstual, sekaligus “maju” dibanding khazanah tafsir lainnya, buat diri saya, di Indonesia.

Saya penggemar hermeneutika. Saya mempelajarinya sejak lama banget, tahun 2001. Ketika saya menemukan tulisan panjang beliau tentang hermeneutika, saya terkesima. Beliau ini ternyata sangat paham hermeneutika jauh lebih dalam dibanding saya.

Saya menggemari khazanah ajaran sufistik Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Saya terperangah ketika mendapati paparan beliau tentang tema “Mengenal Allah Swt” begitu sejalan dengan ajaran al-Jailani, bahkan hingga pada beberapa kutipan riwayat kepada ucapan Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, dan Ali bin Abi Thalib. Dapat saya jumpai jejak pemikiran al-Jailani dalam uraian beliau.

Saya menyukai sekali ajaran Abdul Wahab Khalaf tentang Ushul Fiqh. Saya kaget mendapati beberapa ulasan beliau identik dengan keterangan Abdul Wahab Khalaf.

Sungguh, jejak literer ilmu beliau ini tak terbayangkan! Bagai setetes air di hadapannya.

Dan, di atas bab ilmu, saya sering sekali terpukau pada kebijaksanaan-kebijaksanaannya dalam menerangkan dan menuliskan suatu hal.

Boleh jadi, di Tafsir al-Mishbah ia telah menuliskan tentang makna “akal, berakal”. Saya memahaminya. Suatu hari, ketika membaca buki barunya, bab tersebut disitirnya kembali, tetapi yang mengagumkan beliau melakukan penulisan ulang dengan memberikan sematan-sematan makna dan kebijaksaan yang baru, segar, dan mengagumkan. Seolah tiada habisnya, seolah beliau adalah pemikir dan perenung tanpa henti, hingga terus menghasilkan timbaan makna baru dan baru lagi.

Ajaran Islam yang beliau usung dengan konsisten adalah Islam yang al-hanafiyah al-samhah. Saya pernah menuliskan tema ini dengan penjang. Kiranya, ia meneguhkan diri dalam jalan yang tegak dan lurus, sekaligus moderat. Moderasi dimaksud tak usah diwaswaskan sebagai kelembekan, tetapi kebijaksaan. Ya, kebikaksanaan: kukira, inilah puncak titik temu antara ketundukan mutlak kepada kehendak Allah Swt dan spirit amar ma’ruf nahi munkar dan prinsip-prinsip etis kemanusiaan.

Kekaguman saya pada beliau makin buncah menyaksikan telah berjubelnya buku dan tema yang dikajinya dengan bingkai ilmu dan kebikaksanaan yang mendalam. Susha begitu, betapa produktifnya beliau!

Nyaris dua bulan sekali selalu ada buku barunya. Ini apa-apaan, bagaimana beliau menuliskannya, bagaimana beliau mangarungi samudra permenungannya? Sungguh tak kuasa saya bayangkan.

Ihwal ilmu yang telah menjelajah, dari khazanah Timur dan Barat, tentulah beliau telah khatam. Tetapi, bagaimana beliau merejung dan merenungkan setiap hal, tema, hingga menjelma saripati, santan, yang diperaskan dari ilmu dan rohaninya, inilah yang sungguh menginspirasi, sekaligus menakjubkan.

Sungguh, dengan memohon karuniaMu, ya Allah Swt, saya sangat ingin menulis buku sesemangat dan serajin beliau. Mungkin saja secara teknis saya bisa melakukannya, sebab saya telah memiliki tradisi panjang menulis itu. Tetapi, pada derajat ilmu, betapa fakirnya saya. Apalagi pada derajat permenungan yang menghantar kepada saripati hikmah, inilah lubang besar di dada saya. Maka, bagaimana bisa saya menggapainya tanpa pemahaman-pemahaman dariMu?

Baiklah, karena kondisinya buat saya adalah begitu, mari menulis saja. Dan terus menulis. Menuliskan hal-hal yang bertahta di hati, alirkan, alirkan. Semoga Allah Swt membimbing dan memberikan pemahaman selalu.

Doa saya buat Prof. Quraish Shihab selalu. Suatu hari, insya Allah, saya akan berguru langsung padanya, dengan takwinMu ya Allah Swt….

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *