Pesan Kiai Adlan Aly: “Wong Islam Kudu Sugeh lan Duwe Usaha Akeh”

Karomah Kiai Adlan Ali Tak Tersentuh Air Hujan di Tebuireng

Pesan Kiai Adlan Aly: “Wong Islam Kudu Sugeh lan Duwe Usaha Akeh”.

KH Adlan Aly adalah pendiri Pesantren Wali Songo, Cukir Jombang Jawa Timur. Kyai Adlan adalah santrinya KH Hasyim Asy’ari yang dikenal mempunyai keistimewaan luar biasa. Salah satunya ketika membaca kitab Taqrib pada bab sholat Istisqo’, maka akan turun hujan di lingkungan Pesantren Tebuireng.

Kyai Adlan Aly juga sosok mursyid Thariqoh Qodiriyah Nasyabandiyah, yang muridnya ribuan tersebar di berbagai daerah di Jawa Timur khususnya. Kyai Adlan Aly juga pernah menjadi Rais Aam Jamiyyah Ahlit Thariqoh Al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah (JATMAN) pada 1989-1990. Pesan-pesan yang disampaikan Kyai Adlan selalu dikenang para santrinya untuk pegangan hidup sehari-hari.

Salah satu pesan itu ditegaskan oleh KH Agus M Zaki (Cucu Hadratus Syaikh Muhammad Hasyim Asy’ ari). Bahwa suatu ketika, Kyai Adlan Aly pernah dawuh “Wong Islam kudu sugeh lan duwe usaha seng akeh. Umpomo sijine macet seng liyane jek iso mlaku. Tapi ojo sampek ngganggu ibadah marang Gusti Allah”.

Artinya kurang lebih (orang Islam itu harus kaya, juga harus punya usaha (bisnis) yang banyak, seumpama salah satu bidang usahanya ada yang macet masih ada bisnis lainnya yang masih berjalan. Tetapi jangan sampai (bisnis/usaha/pekerjaan) mengganggu ibadah kita kepada Allah SWT).

Pesan ini disampaikan Gus Zaki kepada para santri Tebuireng. Semoga kita semua bisa meneladani jejak hidup dan perjuangan Kyai Adlan Aly. Alfatihah… (red)

_______________________

Semoga artikel Pesan Kiai Adlan Aly: “Wong Islam Kudu Sugeh lan Duwe Usaha Akeh” ini memberikan manfaat dan barokah untuk kita semua, amiin..

simak video terkait Pesan Kiai Adlan Aly: “Wong Islam Kudu Sugeh lan Duwe Usaha Akeh” di sini

BONUS ARTIKEL TAMBAHAN

Kisah Hari Raya Abu Nawas dan Kulit Ketupat.

Oleh: KH Helmi Hidayat, dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Untuk memastikan perekonomian rakyat berjalan mulus dan lancar menjelang iedul fitri, Khalifah Harun Al-Rasyid memerintahkan menteri perdagangannya, Al-Mukarrom Syaik Abdillah Ihsanuddin Al-Samarqandi, memantau pasar. Khalifah minta agar sang menteri mengecek bahwa semua kebutuhan pokok masyarakat tersedia, baik yang terbesar maupun yang terkecil. Satu saja bahan pokok tak ada di pasar, itu akan jadi ‘’gorengan’’ politik sampai ke pelosok desa bahwa Harun tak becus memimpin Baghdad.

‘’Pastikan gula tersedia di pasar, harga garam murah, gandum tak kurang, pokoknya Anda cek semua kebutuhan pokok masyarakat,’’ titah baginda kepada Ihsanuddin. ‘’Satu lagi, sekarang menjelang lebaran, jangan cuma pasokan daging yang dikontrol, tapi kulit ketupat juga. Barang murah biasanya diremehkan. Nanti orang bilang, kulit ketupat yang murah saja tak ada, apalagi daging!’’

‘’Baik baginda, ashiaaap,’’ kata sang menteri.

Keluar dari istana, sang menteri langsung memanggil staf ahli negara, Abu Nuwas, untuk membantunya mengecek pasar. Ia memerintahkan pujangga cerdas yang dikenal loyal pada Sultan Harun ini untuk mengecek pasar dengan asumsi tak mungkin Abu Nuwas memberi laporan palsu. Ihsanuddin meminta Abu Nuwas mengecek pasar dan mendata semua yang ada di sana.

‘’Pastikan semua kebutuhan pokok rakyat tersedia dan tak ada yang menimbun barang,’’ titahnya.

Di pasar, alangkah bahagianya Abu Nuwas. Dia lihat semua kebutuhan rakyat tersedia. Rakyat gembira di bawah kepemimpinan Harun Al-Rasyid. Gula menumpuk, garam tersedia, gandum murah, daging apa saja ada, pokoknya Baghdad di bawah Harun Al-Rasyid benar-benar mecerminkan kemakmuran. Abu Nuwas juga mengecek kulit ketupat sesuai pesan sang menteri. Benar juga, jika kulit ketupat saja tak ada di pasar, bagaimana dengan kapulaga dan bawang Bombay?

Dengan wajah ceria, Abu Nuwas kembali ke kantor menteri perdagangan untuk melaporkan hasil surveinya. ‘’Wah, Baghdad tersenyum di bawah kepemimpinan Khalifah Harun dan Menteri Ihsanuddin,’’ jelas Abu Nuwas. ‘’Semua kebutuhan pokok tersedia!’’

‘’Garam? Gandum? Gula?’’ tanya Ihsanuddin untuk menambah keyakinannya.

‘’Ada.’’

‘’Daging?’’

‘’Banyak! Semua halal!’’

‘’Kulit ketupat? Ingat ini musim lebaran?’’

‘’Nah, kulit ketupat sudah saya cek, di semua pasar, kulit ketupat kosong!’’

Mendengar jawaban Abu Nuwas, Ihsanuddin kaget luar biasa. Tanpa bertanya lagi ia bergegas menuju istana dan menyampaikan laporannya agar khalifah senang.

‘’Baginda, ada kabar baik, ada kabar buruk. Baginda mau dengar yang mana dulu?’’

‘’Apa kabar baiknya?’’

‘’Semua kebutuhan pokok tersedia di pasar.’’

‘’Kabar buruk?’’

‘’Kabar buruk, hanya kulit ketupat yang tak ada di pasar. Entah hilang dari pasaran atau ada yang menimbun,’’ katanya yakin.

Mendengar jawaban menterinya, Harun mengerahkan serdadunya untuk menebang pelepah kurma sebanyak mungkin lalu membuat kulit ketupat ramai-ramai. Ia ingin membanjiri pasar dengan kulit ketupat agar para penimbun kulit ketupat kecele dan rugi besar. Tapi Harun tak puas. Ia langsung terjun ke pasar hari itu juga mengecek lapangan. Tapi, betapa kaget khalifah karena di pasar ternyata banyak orang menjual kulit ketupat.

‘’Bagaimana ini, pak menteri, di pasar ternyata banya kulit ketupat dijual?’’

Ihsanuddin juga kaget.

‘’Tapi tadi kata Abu Nuwas di semua pasar kulit ketupat hilang, tak ada di pasaran,’’ jelasnya terbata-bata. Ia lalu berteriak memanggil Abu Nuwas.

‘’Abu Nuwas, tadi Anda bilang kulit ketupat tak ada, hilang dari pasaran, bagaimana ini kok ternyata banyak?’’

‘’Benarkah itu,’’ tanya Harun Al-Rasyid sambil memandang tajam pada Abu Nuwas.

Pujangga Baghdad ini dengan tenang kemudian mengambil beberapa kulit ketupat dari pedagang lalu menyerahkannya kepada Ihsanuddin dan Harun.

‘’Silakan pencet tuan-tuan,’’ kata Abu Nuwas dengan suara merendah.

‘’Apa maksud kamu,’’ tanya Khalifah.

‘’Apakah semua kulit ketupat itu kosong?’’

‘’Ya benar, semuanya kosong.’’

‘’Nah, itulah yang tadi saya sampaikan kepada menteri perdagangan. Tadi saya katakan, di semua pasar, kulit ketupat kosong. Lalu salah saya di mana?’’

‘’Abu Nuwaaaaaaaassss,’’ teriak Ihsanuddin.

___________________

Semoga artikel Kisah Hari Raya Abu Nawas dan Kulit Ketupat ini memberikan manfaat dan barokah untuk kita semua, amiin..

simak artikel terkait di sini

simak video terkait di sini

Advertorial: 1926_Store Menjual Kaos Santri

Bagi pembaca yang belum mendapatkan/ memiliki koleksi Kaos Santri terkeren kami
silahkan  segera menghubungi customer service kami via Whatsapp di 085772333814 / 085740902266
Rincian Harga
Size : S, M, L, dan XL     = Rp 65.000
Size : XXL                       = Rp 70.000
Size : XXXL                     = Rp 75.000
Lengan Panjang tambah  = Rp 5000.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *