Nikmatnya Ngaji Puasa Bersama Kiai Sahal Mahfudh Kajen

kiai sahal

Jamal Ma’mur Asmani, Santri Kiai Sahal

Bagi para santri Kajen khususnya, Ramadan adalah momentum terbaik untuk ngangsu kaweruh (thalabul Ilmi) dengan Kiai Sahal Mahfudh.

Saat Ramadan ini, Kiai yang alim, wirai, dan sufi ini menanggalkan seluruh kegiatan pribadi dan organisasi untuk nunggui para santri, minimal sampai malam 17 Ramadan, untuk memberikan pencerahan intelektual, teladan laku, dan siraman spiritual yang menyejukkan hati dan menggairahkan jiwa para santri. Para santri dari berbagai pondok pesantren Kajen, bahkan banyak yang dari luar daerah yang ingin ngangsu kaweruh secara langsung dengan Kiai Sahal, seorang ulama kharismatik yang kaya ilmu, kaya karya, dan kaya laku.

Ilmu Ushul fiqh dan fiqh yang menjadi spesifikasi Kiai Sahal selalu dibaca saat Ramadan, baik yang kecil, sedang, atau besar. Syarah Waraqat karya Sayyid Muhammad Alwi Al Maliki, Jam’ul Jawami’, Al Ihkam di Ushul Al Ahkam, Mawahib As Saniyyah Syarah Faraidul Bahiyyah fi qawaidil fiqhi, Al Bayanul Mulamma’ An AlfadIil Luma’ karya Kiai Sahal sendiri, dan lain-lain.

Para kiai aktif mengikuti pengajian Kiai Sahal. Salah satunya adalah KH Haris Al Maghfurlah, guru Perguruan Islam Mathaliul Falah (PIM) Kajen. Santri-santri senior dari Pondok Sarang, Lirboyo, Ploso, dan lain-lain berduyun-duyun datang ke Kajen untuk menimba ilmu dari Sang Resi-Begawan Fiqh-Ushul fiqh ini.

Sungguh suatu keberuntungan besar yang tak ternilai bagi santri yang menangi (punya kesempatan) ngaji langsung dengan Kiai Sahal. Beliau ngaji tepat waktu, fokus, banyak penjabaran yang berharga ketika awal-awal mengaji, menjelaskan perkembangan ilmu kontemporer, mengaitkan dengan realitas kekinian, dan mendorong santri untuk menjadikan kitab kuning sebagai sumber ilmu, hikmah, dan teori perubahan sosial yang dicita-citakan Islam.

Seperti tidak ada yang musykil (kesulitan) ketika Kiai Sahal membaca kitab. Kemampuan beliau membaca, memahami, dan menjabarkan ilmu di atas rata-rata. Meskipun demikian, menurut cerita orang dekat Kiai Sahal, Kiai Sahal selalu menyempatkan muthalaah (membaca-belajar) kitab yang akan dibaca. Ini sebuah keteladanan yang luar biasa. Seorang ulama sekaliber Kiai Sahal masih aktif dan rajin muthalaah kitab. Beliau menghindari kesan sombong. Kecintaannya kepada ilmu, khususnya kitab kuning, dahsyat. Sehingga layak beliau dijuluki pendekar kitab kuning pesantren.

Kiai Sahal selalu mengobarkan optimisme dan konfidensi kepada santri dalam mengkaji kitab kuning. Jangan minder dan pesimis dengan kitab kuning. Orang yang mampu menguasai kitab kuning akan menjadi emas yang sangat berharga yang akan dicari orang kapanpun dan dimana pun. Bahkan, ia akan menjadi rebutan banyak orang karena orang yang mampu menguasai kitab kuning semakin langka.

Santri, menurut Kiai Sahal, hanya harus menambah bacaan dan kemampuan analisis supaya mampu membahasakan isi kitab kuning dengan bahasa Modern, sehingga kandungan kitab kuning menjadi relevan dan kontekstual sesuai dengan dinamika dunia modern. Santri tidak boleh ketinggalan informasi. Tapi harus mampu mengikuti dan merespons perkembangan informasi dengan kekayaan kitab kuning. Kuning kuning akan selalu relevan sepanjang zaman dan menjadi sumber ilmu, hikmah, dan spirit transformasi peradaban yang dicita-citakan Islam menuju lahirnya بلدة طيبة ورب غفور.

Semoga lahir santri-santri masa depan yang menguasai kitab kuning dan membahasakannya dengan bahasa modern, seperti Kiai Sahal, Amiin Yaa Rabbal Alamiin.

الي روح شيخنا ومرب روحنا العالم العلامة محمد احمد سهل محفوظ عبد السلام الحاجيني الفاتحة … امين يا رب العالمين 

١ رمضان ١٤٣٩ ه 

17 Mei 2018

Nb: Foto Kiai Sahal di Musium Islam Nusantara di Menara Asmaul Husna lantai 2-3 Masjid Agung Jawa Tengah di Semarang

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *