Nasionalisme Bertentangan dengan Islam, Benarkah?
Oleh: Prof. Dr. M. Quraish Shihab, MA.
(Doktor Tafsir Universitas Al-Azhar Kairo dengan Predikat Mumtaaz ma’a martabah al-syarf al-ula-Summa Cum Laude/Pendiri Pusat Studi Al-Qur’an-PSQ)
Jika kita membuka lembaran-lembaran al-Qur’an, akan kita temukan ayat-ayat yang berbicara tentang negeri/tempat tinggal dan bahwa kecintaan terhadapnya merupakan naluri manusia. QS. at-Taubat ayat 24, misalnya, menyatakan:
قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ (24)
Katakanlah: “Jika bapak-bapak kamu, anak-anak kamu, saudara-saudara kamu, istri-istri kamu, kaum keluarga kamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat-tempat tinggal yang kamu sukai lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.
Kata tempat-tempat tinggal di atas adalah terjemahan dari kata masakin yang digunakan ayat ini. Maknanya, menurut Thahir bin Ayur, ulama besar Tunisia dalam kitab tafsirnya at-Tahrir wa at-Tanwir adalah “negeri tempat tinggal warga negara”. Jauh sebelumnya, Burhanuddin, pakar tafsir dari Lembah Biqa’ (808H) menulis bahwa kata tersebut bermakna “tempat-tempat yang disenangi untuk dihuni dan dijadikan tempat tinggal”.
Terbaca bahwa dari sekian hal yang disebut ayat di atas sebagai disukai dan dicintai oleh manusia adalah negeri tempat bermukim. Kecintaan itu baru tercela jika kecintaan kepadanya melebihi kecintaan kepada Allah dan Rasul, dan ini berarti bahwa Allah merestui cinta tersebut dengan syarat di atas. Tidak heran jika sesaat sebelum berhijrah ke Madinah, Nabi Muhammad SAW., yang lahir di Mekkah berucap kepada tumpah darahnya bahwa:
“Sesungguhnya engkau (wahai Mekkah) adalah sebaik-baik negeri Allah dan negeri Allah yang paling kucintai. Demi Allah, sesungguhnya aku tidak diusir, niscaya aku tidak akan meninggalkanmu (HR. Ibn Majah, Ahmad, at-Tirmidzy, dll.).
*Demikian pandangan Prof Quraish Shihab tentang Nasionalisme Bertentangan dengan Islam, Benarkah?, semoga manfaat.