Muhammad Yahya Ghazali, Santri Sekaligus Aktivis Pergerakan 

Yahya Finalis Duta Santri Nasional 2018
Yahya Finalis Duta Santri Nasional 2018

Muhammad Yahya Ghazali lahir pada tahun 1998 di Banyuwangi, santri sekaligus aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang mempunyai latar belakang dari keluarga Nahdlatul Ulama tulen alias lahir dari orang tua Alumni pesantren yang kental sekali dengan tradisi-tradisi ke-NU-an. Yahya merupakan utusan dari pondok pesantren Darussalam Blok Agung  Banyuwangi JawaTimur, mahasiswa  Institut Agama Islam Darusslam (IAID) jurusan Ekonomi Syariah semester dua (2). Yahya memiliki jargon hidup, “berpikir positif bermoral agamis” dia juga salah satu finalis Duta Santri Nasional 2018.

Dalam tanggapannya, bahwa menjadi santri “zaman now” adalah salah satu kelebihan baginya, karena santri zaman now tidak hanya mempelajari ilmu agama tetapi juga ilmu umum, dan juga santri dibekali ilmu “ksatria” yaitu nilai perjuangan, kemandirian, dan pengabdian. Nilai perjuangan meliputi keikhlasan, tawaduk dan istiqomah. Kedua ilmu tersebut adalah pondasi yang wajib dimiliki oleh kaum santri zaman now untuk melawan paham-paham radikalisme.  Dengan demikian, beliau ingin ikut serta dalam menjaga tradisi NU seperti amaliyah-amaliyahnya, tahlilan, yasinan, dan sebagainya.

Bacaan Lainnya

Ini juga yang menjadi motivasi kang Yahya ikut serta dalam mengikuti ajang pemilihan Duta Santri Nasional yang diadakan oleh Fatayat NU Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Bagaimanapun santri harus bergerak melawan berbagai isu-isu radikal yang ramai diperbincangkan dalam media-media.

“Melalui Duta  Santri inilah saya mengajak generasi milenial supaya tidak tenggalam kedalam wacana yang membahayakan masa depan bangsa. Dan supaya tidak melupakan nilai-nilai ke-NU-annya,” tegas Yahya.

Hal ini disampaikan oleh kang Yahya mengingat bahwa generasi milenial telah jauh melupakan tradisi dan lebih mementingkan hal-hal yang tidak bermanfaat. Tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa dia juga pernah bermimpi kuliah di luar (luar pondok). Alhamdulillah akhirnya memutuskan untuk kembali meneruskan tradisi keluarga yaitu mengabdi di Pesantren atau IAID dan mengikuti organisasi PMII dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM).

Perestasi yang diraih Yahya di antaranya; juara 2 kompetisi kimia, juara 3 harapan festival Santri, masuk finalis musabaqoh karya ilmiah.

“Pesan kami untuk generasi milenial, bahwa kita harus bisa mengontrol diri dan kepandaian lebih utama. Karena dengan mengontrol diri kita bisa menyeimbangkan hak-hal yang ada dalam diri kita. Dengan begitu kepandaian bisa kita implementasikan dalam kahidupan sehari-hari,”  tutup Yahya. (Hadi/Ami)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *