Menjadi Kepala Sekolah Progresif di Zaman Now
Al-kisah, seorang murid rajin yang bernama Adolf, kalau ujian ia tidak pernah curang, hampir tak pernah mangkir dari sekolah, dan rapotnya selalu berderet huruf A. Dia senang menggambar, tak banyak bicara, tak pernah bikin ulah. Satu-satunya keluhan para guru, dia kurang total dalam menyimak pelajaran. Menurut mereka, dia terlalu berbakat jadi pelamun dan pemimpi. Hampir semua orang hawatir jika ia kelak jadi seorang penyair.
Orang-orang menghaela nafas lega ketika tahun demi tahun berlalu dan Adolf belum juga menampakkan gejala-gejala kreatif yang ditakutkan itu. Malah Adolf memilih pilihan yang tak terduga, ia ingin menjadi tentara.
Namun salah jika dikiran Adolf akan sembuh dari mimpi-mimpinya. Adolf, sang futher, menggelar impian kolosal, melibatkan jutaan figuran yang berperan sebagai korban, mengupah jutaan aktor lain yang seperti Bertrand Russell. Dan sejarah membuktikan bahwa impian Adolf bukan hanya kesesatan mental pribadi melainkan impian banyak orang. Impian di tengah bangsa- bangsa beradab, impian bangsa-bangsa sekolahan, diselundupkjan lewat pintu belakang. Rwanda dan Serbia membuktikan betapa universal impian Adolf di zaman sekarang. Dan dialah Adolf yang dikenal dengan Hitler.
Omi Intan Naomi mengisahkan sosok Adolf tersebut dalam kata pengantar buku “Menggugat Pendidikan” (1999). Dari kisah di atas menimbulkan pertanyaan, ada apa dengan pendidikan? Apakah di sekolahan Adolf mendapatkan pelajaran tentang cara membunuh seseorang? Atau di ajarkan untuk menyuap orang-orang untuk melakukan kejahatan? Kenapa impiannya sangat kontras dengan apa yang diajarkan di dalam kelas? Siapa yang salah dengan kasus-kasus yang seperti Hitler ini? Pendidikan, guru, sistem, pengelola lembaga pendidikan, pemerintah atau siapa yang seharusnya bertanggungjawab? Tak ada yang bisa memastikan.
Di era globalisasi saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang memberikan dampak perubahan dan perkembangan yang sangat pesat. Perubahan tersebut terjadi dalam berbagai bidang seperti politik, ekonomi, sosial, budaya dan lain sebagainya, tak terkecuali dalam bidang pendidikan.
Berbeda dulu berbeda pula sekarang. Tantangan dunia sekarang berada pada ancaman Narkoba, seks pra nikah dan radikalisme hingga terorisme. Ketiga kasus tersebut merupakan kasus yang sudah menjamah pada anak-anak. Jika dalam kasus narkoba dan seks pra-nikah, anak-anak seringnya menjadi korban, sedangkan di kasus radikalisme mereka sudah ada yang menjadi pelaku. Ini sangat berbahaya, karena masa depan bangsa ini sangat ditentukan oleh anak bangsa hari ini. Bung Karno selalu mengingatkan bangsa ini bahwa anak bangsa akan menjadi tumpuan masa depan, bahkan anak bangsa inilah yang akan menggetarkan dunia. Kalau dunia bergetar karena prestasi, tentu semua akan bangga. Tetapi kalau bergetar karena bom bunuh diri, itu sungguh menusuk jantung NKRI yang kita cintai ini.
Menurut data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), radikalisme sudah menyasar kepada anak-anak. Aksi teror sudah dilakukan anak, bahkan kasus Medan tahun 2016 lalu menunjukkan betapa usia aksi teror sangat nyata dilakukan seorang anak. KPAI menyebutkan telah terjadi jumlah pelanggaran terhadap anak sebesar 3 persen dibanding tahun 2015, dari 4.309 menjadi 4.482 kasus. Dari jumlah itu, kasus yang terkait dengan agama dan budaya, dimana radikalisme menjadi salah satunya, anak yang terpapar radikalisme meningkat 42 persen dari 180 kasus menjadi 256 kasus (KPAI: 2017).
Fakta mengejutkan juga terjadi di kawasan timur Indonesia. Laporan Balai Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Kemenag Makassar (2016) menjelaskan bahwa ditemukan potensi radikal di berbagai sekolah. Hasil temuan Litbang ini adalah sebanyak 23 atau 2,1% siswa sangat bersedia untuk melakukan aksi bom bunuh diri dan 91 atau 8,3% siswa bersedia untuk melakukan bom bunuh diri. Meski persentasenya hanya sekitar 10% siswa yang memiliki keinginan untuk melakukan bom bunuh diri, tetapi ini sangat mengkhawatirkan.
Dari sini, butuh usaha khusus dan serius untuk kepentingan pencegahan terorisme dengan edukasi dan pencegahan secara dini. Lembaga pendidikan tidak boleh lengah, masyarakat juga harus sangat waspada.
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan yang diharapkan undang-undang RI No. 20 tahun 2003 dibutuhkan seni dan ilmu pengelolaan sumber daya pendidikan yakni dengan menerapkan menejemen pendidikan. Karena tujuan dan manfaat dari menejemen pendidikan adalah (1) terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. (2) terciptanya peserta didik yang aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (3) terpenuhnya kompetensi tenaga pendidik dan kependidikan. (4) tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efesien. (5) terbekalinya tenaga kependidikan. (6) dan teratasinya masalah mutu pendidikan.
Impian itu akan terwujud, jika sekolah memiliki pengelola atau kepala sekolah yang mampu mewujudkan impian dari undang-undang tersebut. Khususnya pada pendidikan dasar, yakni sejak anak-anak duduk di bangku sekolah dasar. Karena sejak itulah pembentukan karakter anak di mulai.
Menjadi Kepala Sekolah Progresif di Zaman Now
Memahami Tantangan dan Kekuatan
Tentu tantangan dunia pendidikan begitu banyak, sehingga para pengelola khususnya kepala sekolah harus memiliki ramuan yang sesuai untuk pendidikan anak sehingga anak tumbuh menjadi pribadi yang sehat, cerdas, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta mencintai tanah airnya.
Terlebih untuk Sekolah Dasar Negeri (SDN) yang segala fasilitsnya sudah dipenuhi oleh pemerintah, sehingga kualitas dan mutu pendidikannya sudah seharusnya mampu menjawab tantangan dan ancaman zaman sekarang atau istilah gaulnya adalah Zaman Now.
Ramuan untuk peningkatan manajerial kepala sekolah bisa dimulai dari menemukan kekurangan atau kesalahan yang sering dilakukan kepala sekolah. Ketika sudah ketemu, kemudian dikenali secara baik sehingga bisa mendapatkan solusinya.
Akan tetapi ada beberapa hal yang sering kurang diperhatikan oleh kepala sekolah, antara alain: Pertama, memimpin dengan Visi-Misi yang Lemah. Banyak kepala sekolah yang visi-misi lembaganya tidak tajam, padahal visi-misi inilah cita-cita yang akan digapai di masa depan. Kekuatan apakah yang sebenarnya di balik visi sehingga visi menjadi sedemikian dasyat berpengaruh bagi kesuksesan seseorang atau kesuksesan sebuah lembaga? Jawabannya adalah bahwa visi merupakan keadaan di masa depan yang ingin diraih. Sehingga semakin jelas suatu visi, maka semakin muda menyusun peta jalannya (road map). Semakin jelas peta yang akan dijalani, semakin mudah pula mengukur tingkat keberhasilannya dan semakin tinggi tingkat pencapaiannya.
Kedua, banyak kepala sekolah dasar yang tidak memanfaatkan teknologi dalam proses pembelajaran. Kemajuan teknologi informasi sangat pesat. Kepala sekolah yang tidak memanfaatkan kemajuan teknolgi, maka sekolahnya akan gagap dengan kemajuan. Siswa dan gurunya bisa terbengong kalau melihat kenyataan dunia luar penuh teknologi. Kepala sekolah yang tidak mau menggunakan teknologi, tentu ia juga tidak efektif dalam mengelola lembaganya.
Ketiga, kepala sekolah dasar juga terkadang kurang peduli dengan jajaring sosial Kemasyarakatan. Sekolah tidaklah berdiri sendiri. Sekolah lahir di tengah masyarakat. Kepala sekolah yang abai dengan jejaring sosial, maka sekolah itu sulit melakukan gerak sosial yang sesuia dengan kebutuhan masyarakat. Padahal sekolah sangat butuh dengan masyarakat sekitar, lembaga sosial sekitar, tokoh agama sekitar, tokoh masyarakat sekitar dan sebagainya.
Keempat, masih terjadi kelalaian kepala sekolah dasar dalam menyediakan ruang kreatif bagi guru dan siswa dan tidak peka dalam menjadikan konflik untuk kemajuan sekolah. Kesalahan-kesalahan tersebut bisa menjadikan berbagai masalah yang timbul, yang dapat mempengaruhi perkembangan dalam dunia pendidikan di Indonesia.
Menjadi Kepala Sekolah Progresif di Zaman Now
Menjawab Tantangan Zaman Now
Sudah saatnya menjadi pemimpin itu berani terbuka dengan kritik dan saran. Pemimpin itu tidak hanya menjadi supervisi bagi anggotanya, akan tetapi juga harus bisa mensupervisi dirinya sendiri sehingga peluang-peluang untuk kemajuan lembaganya akan terwujud. Zaman Now, sangat membutuhkan pemimpin yang progresif. Salah satu ciri pemimpin yang progresif adalah mampu melakukan perubahan-perubahan lebih baik.
Kepala sekolah adalah sosok manusia yang idealnya memiliki visi, mampu memberikan inspirasi & motivasi, serta kompeten (Kouzes & Posner: 2009). Andrias Harefa (2010)menyatakan bahwa berbicara masalah pemimpin dan kepemimpinan, maka kita selalu berurusan dengan soal efektivitas, mengurus people, memberdayakan dan memerdekakan potensi orang. Andrias Harefa juga mengatakan bahwa visi sangat penting bagi pemimpin. Dimana tidak ada visi, masyarakat menjadi liar, anarkis, dan kacau balau. Sebab dimana tidak ada visi, di sana sesungguhnya tidak ada pemimpin.
Selanjutnya perkembangan ilmu Pengetahuan dan teknologi menuntut perubahan sistem pendidikan nasional secara revolusioner. Hal ini dibutuhkan untuk menghasilkan sumber daya manusia berkualitas, manusia yang memiliki modal intelektual yang mampu bersaing dalam percaturan global. Untuk menghasilakan sumber daya manusia berkualitas yang harus dilakukan dengan memperbaiki kondisi pendidikan. Tanpa pendidikan berkualitas kecil kemungkinan menghasilkan lulusan berkualitas. Posisi kepala sekolah dalam konteks ini sangat menentukan, sehingga harus benar-benar serius memanfaatkan teknologi informasi bagi kemajuan pendidikan.
Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara pernah mengatakan bahwa kesuksesan lembaga pendidikan tidak hanya ditentukan oleh sekolah saja. Bagi pendiri “Taman Siswa” ini, kesuksesan pendidikan harus dilaksanakan bersama oleh keluarga, sekolah dan masyarakat. Ketiga komponen ini harus saling mendukung, sehingga bisa menghasilkan out come pendidikan yang berkualitas. Hanya mimpi kalau sekolah mau sendirian mengelola pendidikan generasi masa depan bangsa.
Gagasan Ki Hadjar ini sangat penting untuk direfleksikan kepala sekolah dalam memimpin lembaga pendidikan. Kepala sekolah yang bervisi masa depan sudah tentu akan menjadikan masyarakat sebagai partner paling strategis dalam mengembangkan gerak sekolah.
Selain memperhatikan perkembangan teknologi, pemimpin progresif juga memperhatikan ruang kreatif, karena lahirnya ruang kreatif mampu merubah jarum sejarah manusia. Insan-insan kreatif akan lahir, menjadi pelaku sejarah, bahkan akan menjadi aktor yang menggerakkan sejarah peradabannya. Arnold J. Toynbe, seorang sejarawan asal Inggris, setelah menelusuri jejak sejarah besar dunia mengatakan: “Kaum minoritas kreatif akan menjadi jangkar perubahan sejarah”. Mereka yang berjibaku dengan kreativitas dalam sejarah peradaban dunia dihuni oleh kelompok minoritas. Ternyata, merekalah yang dikemudian hari menjadi pengubah sejarah peradabannya.
Terakhir, kepala sekolah harus mampu mengelola konflik dalam organisasinya. Tidak mugkin kita menghindari atau justru lari dari konflik. Manegemen konflik yang efektif yang dijalankan kepala sekolah dengan pendekatan kecerdasan emosional akan selalu merespon konflik secara positif sehingga akan dimanfaatkan untuk meningkatkan motivasi dan kreativitas guna mendorong kinerja individu-individu dalam organisasi sekolah. Bahkan konflik yang direspon secara positif akan menciptakan kultur yang mendorong kerja sama, dalam hal ini konflik yang produktif dan bersifat membangun yang akhirnya dapat menciptakan organisasi yang sehat (organization heath).
Menjadi Kepala Sekolah Progresif di Zaman Now
Menurut Eksan Wasesa (2009), Kepala Sekolah yang bisa menjadikan konflik sebagai media menciptakan organisasi lembaga pendidikan yang sehat maka bisa mencapai yang dinamakan academic atmosphere. Academic atmosphere adalah kondisi yang mutlak diperlukan untuk membentuk suatu masyarakat sekolah yang bercirikan budaya sekolah (school culture) yang sekaligus merupakan indikator keberhasilan. Dengan terciptanya academic atmosphere yang kondusif diharapkan terbentuk brand image yang membanggakan bagi sekolah sekaligus meningkatnya kualitas pendidikan.
Tawaran ramuan solusi-solusi tersebut bisa menguatkan kompetensi manajerial kepala sekolah baik Kepala Sekolah Dasar Negeri maupun swasta. Ramuan tersebut bisa menjadikan kepala sekolah sebagai pemimpin yang progresif di zaman now, yang akan siap menghadapi apapun demi mencitakan pendidikan dasar yang berkualitas berkarakter dan membanggakan bangsa tercinta. Semua ini dibutuhkan hati nurani yang bersih. Pekerjaan berat dan sulit yang diamanahkan kepada kepala sekolah akan menjadi cahaya yang mulanya hanya kecil kemudian cahaya itu mampu menerangi masa depan anak bangsa. Karakter yang tertanam kepada siswa-siwa akan tumbuh kokoh, kuat dan mengahasilkan buah yang sehat, manis dan bermanfaat bagi seluruh manusia.
Semua itu, harus dimulai dari titik nol. Dari titik pemahaman awal dimana kepemimpinan adalah sarana memperjuangkan kebajikan bersama (virtues). Titik nol dalam memperjuangkan kebajikan, kepala sekolah dasar harus berjiwa besar agar bisa berbuat lebih besar dari dirinya sendiri. Seperti kata Haclav Havel, “Adalah mustahil menulis persoalan besar tanpa hidup dalam persoalan besar, menjadi pemimpin agung tanpa menjadi manusia agung. Manusia harus menemukan dalam dirinya rasa tanggungjawab yang besar terhadap dunia, yang berarti tanggungjawab atas sesuatu yang lebih besar dari dirinya sendiri.” (tim riset Bangkit)
Demikian Menjadi Kepala Sekolah Progresif di Zaman Now. Semoga bermanfaat.