Menggetarkan Sejak Lahir, NU Tuntaskan Problem Internasional

NU lahir bukanlah gerakan lokal. NU lahir untuk menuntaskan problem lokal, nasional dan global. Lihat saja yang dilakukan Kiai Wahab Chasbullah saat menjadi juru bicara para kiai Nusantara kepada Raja Arab Saudi, Ibnu Saud.  Kiai Wahab bersama Syeikh Ghunaim al-Misri langsung menemui Raja Ibnu Sa’ud untuk mengutarakan maksud dan tujuan dari kiai Nusantara. Mentalitas Kiai Wahab luar biasa, sungguh berani!

Inilah yang menggetarkan kaum muda NU Wonocatur dalam diskusi harlah ke-92 NU bertema “NU Menjawab Tantangan Seabad, 2026” di Aula Masjid Azzahrotun Wonocatur Banguntapan Bantul (31/01). Acara ini diselengarakan oleh Ansor Wonocatur, fatayat Wonocatur, IPNU-IPPNU Wonocatur.

Bacaan Lainnya

Dalam risetnya anak-anak muda Wonocatur ini, Kiai Wahab sungguh kiai yang bermental global. Terbukti saat menghadap Raja Ibnu Sa’ud, permohonan para kiai Nusantara bisa dikabulkan sang raja. Tanpa kemampuan ilmu diplomasi tingkat tinggi, tidak mungkin Kiai Wahab mampu melunakkan hati raja yang didukung kaum wahabi itu. Komite Hijaz, itulah nama yang dibentuk para kiai dalam misi ini, yakni menyelamatkan Mekah Madinah dan semua umat Islam.

“Kiai Wahab sungguh brilian. Sejak NU lahir, Kiai Wahab sudah menunjukkan kualitas peran NU dalam menuntaskan problem internasional. Tidak salah kalau kemudian hari, NU begitu dihormati dunia internasional. Tema Islam Nusantara juga sangat dikagumi umat Islam di berbagai belahan dunia. Lihat saja peran para tokoh NU, seperti Kiai Said Aqil, Gus Yahya Cholil Tsaquf, dan lainnya. Mereka melanjutkan peran internasional yang sudah dijalankan Kiai Wahab,” tegas Amrullah yang juga mahasiswa Universitas Alma Ata Yogyakarta.

“Kita, anak muda hari ini, harus melanjutkan mentalitas para kiai. Kaum muda NU harus siap tampil go internasional. Kita harus berjuang sejak hari ini, sekuat tenaga sesuai kemampuan kita, sesuai bidang keahlian kita. Mari kita lanjutkan perjuangan para kiai NU,” sahut Yayan yang juga mahasiswa Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) Yogyakarta.

Selanjutnya, Yayan membaca lima poin penting dari Komite Hijaz yang sukses dibawa Kiai Wahab.

1. Meminta kepada Raja Ibnu Sa’ud untuk tetap melakukan kebebasan bermadzhab empat: Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hambali.

2. Memohon tetap diramaikannya tempat-tempat bersejarah karena tempat tersebut diwakafkan untuk masjid seperti tempat kelahiran Siti Fatimah, bangunan Khaizuran, dan lain-lain.

3. Mohon disebarluaskan ke seluruh dunia Islam setiap tahun sebelum jatuhnya musim haji mengenai hal ihwal haji. Baik ongkos haji, perjalanan keliling Mekkah maupun tentang Syekh (guru).

4. Mohon hendaknya semua hukum yang berlaku di tanah Hijaz, ditulis sebagai undang-undang supaya tidak terjadi pelanggaran hanya karena belum ditulisnya undang-undang tersebut.

5. Jam’iyyah NU mohon jawaban tertulis yang menjelaskan bahwa utusan sudah menghadap Raja Ibnu Sa’ud dan sudah pula menyampaikan usul-usul NU tersebut.

(ichin/ami)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *