Berita NU, BANGKITMEDIA.COM
YOGYA- Mahasiswa mempunyai peran penting dalam melakukan perubahan. Sejarah juga menjadi saksi bahwa peran mahasiswa sangat penting dalam setiap momentum perubahan besar dalam dunia, termasuk dalam sejarah Indonesia. Salah satu pintu masuk mengawal perubahan itu adalah gerakan literasi atau menulis. Dengan literasi, mahasiswa mampu menuangkan gagasan dan menyebarkan gagasannya dalam memberikan inspirasi dan solusi bagi setiap perubahan.
Demikian yang ditegaskan Koordinator Litbang PW Fatayat NU DIY, Muyassarotul Hafizoh dalam diskusi kepenulisan dalam rangka rangkaian Harlah ke-3 Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU) UIN Sunan Kalijaga, di Kedai N’deso, Yogyakarta, Sabtu (14/04).
Muyas, panggilan akrabnya, juga menegaskan bahwa perubahan yang terjadi akhir-akhir ini adalah maraknya radikalisme di dunia maya. Banyak sekali website yang mengajak publik untuk saling menebarkan kebencian dan intoleransi. Makanya, KMNU menjadi sayap gerakan mahasiswa NU yang semestinya bergerak untuk mencerdaskan masyarakat sadar media.
“KMNU berisi mahasiswa. Ini keistimewaan, ini luar biasa. Makanya, KMNU harus siap menjadi ikut serta menangkal radikalisme yang ada di dunia maya. Dengan apa? Tentu saja dengan rajin menulis. Saat ini kalau mahasiswa NU tidak rajin menulis, maka media akan dikuasai gerakan radikal,” tegas Muyas.
“Selain menulis, KMNU juga harus membantu untuk menyebarkan (share) berbagai konten positif yang ada di website warga NU, seperti NU Online, bangkitmedia.com, fatayatdiy.com, website KMNU sendiri dan lainnya. Jangan sampai dunia maya diabaikan,” lanjut Muyas yang juga guru di MTs Binaul Ummah Bantul.
“Bagaimana untuk konsisten dalam menulis?” Pertanyaan ini dilontarkan salah satu peserta.
“Kalau mau menulis, sebagaimana pengalaman yang saya tekuni dan juga pengalaman para penulis hebat, kita harus mempunyai ide. Kekuatan ide itu sangat penting, karena menjadi kunci utama dalam tulisan. Selain itu, agar tulisan kita menarik, maka harus mempunyai sudut pandang yang berbeda. Setiap kita punya sudut pandang. Mudahnya, sudut pandang itu sesuai kapasitas keilmuan yang kita tekuni, ada yang pendidikan, agama, sosiologi, sejarah, dan lainnya,” tegas Muyas.
Selain itu, lanjut Muyas, menulis juga harus punya data, baik itu fiksi maupun non-fiksi. Untuk mempunyai data yang bagus, ya harus membaca buku, koran, majalah dan lainnya. Tanpa data dan referensi yang kuat, maka tulisan tidak lagi mendalam.
“Setelah punya data dan referensi, maka penulis harus melakukan analisis yang tajam untuk menghasilkan buah pemikiran yang cemerlang dan memberikan solusi bagi suatu masalah dalam masyarakat,” lanjutnya.
“Saya yakin, mahasiswa yang tergabung dalam KMNU akan mempunyai semangat yang membara dalam menulis. Dengan menulis itu, KMNU akan mengawal perubahan masyarakat, sekaligus menjadi penangkal maraknya radikalisme yang terus menyebar di dunia maya,” pungkas Muyas yang juga redaktur di Majalah Bangkit. Berita Islam Terkini (ami)