Merawat Cita dan Cinta Mbah Moen
KH Maimoen Zubair ; Mbah Moen, kembali tanpa aba-aba. Tanpa kode.
Karena bukan hal yang baru, Mbah Moen menunaikan ibadah haji. Saat keberangakatan haji pada 28 Juli lalu, saya berkesempatan menghantar beliau ke Bandara Soekarno Hatta, Banten, Mbah Moen tampak bugar.
Kembalinya Mbah Moen ke haribaannya, merupakan kuasa Allah. Garis tangan Mbah Moen meninggal di tanah suci juga telah tertulis di Lauhil Mahfudz. Tepat tiga hari menjelang inti ibadah haji yakni wukuf di Arafah. Keluarga dan santri Mbah Moen tentu kehilangan. Tapi kami percaya, semua ini atas “kersonya” Gusti Allah. Kami ikhlas. Meski kesedihan ini tak bisa kami tutupi.
Bagi kami, Mbah Moen, tidak hanya sebagai maha guru di PPP. Mbah Moen seperti orang tua kami. Beliau ngemong ke generasi-generasi lebih muda dari beliau. Kami sadar, beliau cinta dengan para yuniornya. Kami bersyukur atas takdir ini. Takdir dipertemukan dan ngaji secara langsung dengan Mbah Moen. Ngaji kehidupan. Ngaji tentang cara beragama yang baik. Ngaji tentang cara bernegara yang baik. Ngaji tentang cara berpolitik yang beradab.
Dinamika politik di PPP selama lima tahun terakhir ini, mbah Moen telah memberi pelajaran yang sangat penting dalam menyelesaikan persoalan. Mbah Moen mampu mengurai sesuatu hal yang “njlimet” menjadi terurai. Sesuatu yang sulit dinalar, menjadi mudah untuk diselesaikan.
Wasilah Mbah Moen pula, PPP yang oleh banyak peneliti politik diprediksi bakal keluar dari Senayan, menjadikan partai ini tetap memiliki wakil di DPR. Mbah Moen dengan kecintaan dan cita-cita yang dimiliki berhasil mengkonsoldiasikan partai ini dengan baik di tengah ujian yang bertubi-tubi.
Pendekatan agama, budaya dan negara dalam menanggapi berbagai persoalan merupakan ciri khas beliau. Beliau sangat islami. Beliau juga sangat cinta budaya Jawa. Beliau juga cinta Indonesia tak tertandingi. Di dalam diri Mbah Moen, ada Islam, ada Jawa dan ada Indonesia. Perpaduan khas Islam Indonesia.
Perpaduan komplit inilah yang menjadikan Mbah Moen diterima oleh semua kelompok aliran keagamaan. Diterima oleh semua kelompok politik. Meski berbeda pandangan. Pihak lain tidak merasa berbeda dengan Mbah Moen. Meski berbeda pilihan politik. Pihak lainnya merasa tidak memiliki perbedaan dengan Mbah Moen.
Keluhuran akhlak yang dibalut dengan cinta menjadikan Mbah Moen sosok yang dicintai oleh semua kelompok dan golongan. Cinta Mbah Moen untuk kemanusiaan selalu diwujudkan dalam menyelesaikan setiap persoalan. Cinta mbah Moen terhadap Islam, beliau gemakan melalui jalur ilmu, jalur organisasi dan jalur politik. Cinta mbah Moen terhadap Indonesia beliau buktikan dengan 100% cinta NKRI.
Warisan Mbah Moen untuk generasi berikutnya cukup banyak sekaligus berat. Hidup Mbah Moen yang selalu dibalut dengan cita dan cinta merupakan perpaduan yang tidak mudah dimiliki oleh generasi saat ini. Konsistensi dengan cita-cita sekaligus dengan balutan cinta merupakan pekerjaan yang sulit dilakukan.
Tantangan masa depan Islam Indonesia. Masa depan NKRI, serta masa depan politik PPP di hari-hari ke depan semakin berat dan kompleks. Peninggalan Mbah Moen berupa rumus “cita dan cinta” menjadi kunci untuk senantiasa kuat dalam perjuangan dan teguh dalam pendirian. Namun tetap dengan rasa cinta yang tinggi. Begitulah Mbah Moen wariskan kepada generasi berikutnya.
Generasi penerus Mbah Moen baik di ranah Islam, politik maupun kebangsaan Indonesia harus senantiasa mengedepankan cita dan cinta agar perjuangan ke depan yang semakin kompleks menjadi ringan dan mudah. Semua ikhtiar dan tindakan yang Mbah Moen lakukan semata-mata mendorong adanya kebaikan bagi kemanusiaan serta kecintaan terhadap Islam dan Indonesia.
Sugeng kundur, Mbah Moen. Insya Allah kami, santri panjenengan akan meneruskan perjuangan di jalur Islam, politik dan kebangsaan dengan senantiasa merawatnya dengan cita dan cinta.
Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan penuh keridhoan. Sesungguhnya kita milik Allah, dan kepadaNya-lah kita akan kembali.
Juanda, 7 Agustus 2019
M. Arwani Thomafi, anggota DPR RI, Wakil Ketua Umum PPP.