Ini adalah pengalaman yang juga sering saya alami setelah selesai acara di Ndalem atau di Pondoknya Syaikhona Maimoen Zubair, Al-Anwar Karangmangu Sarang Rembang Jawa Tengah.
Salah seorang yang ikut berkhidmah kepada Syaikhona, Muafa Anis Chamzah menulis:
Biasanya setiap selesai acara, Syaikhina Maimoen selalu memanggil (Nimbali) abdi Ndalemnya untuk menanyakan: “Piye Cung, tamuku wis oleh mangan kabeh?. Polisi-polisi sing melu njogo dalan wes dikei mangan kabeh?”.
(Gimana nak, tamuku sudah mendapat makan semua?. Polisi-polisi yang ikut mengamankan jalan raya sudah diberi makan semua?).
Beliau sangat menghormati, memuliakan dan memperhatikan tamu-tamu beliau yang hadir. Para aparat yang membantu para tamu menyebrang jalan pun harus dijamu dan dimulyakan.
Begitulah sebagian kecil dari adab dan akhlak yang dicontohkan Syaikhina dalam memuliakan para tamunya tanpa pandang bulu. Semua tamu beliau harus dimulyakan tanpa terkecuali.
“Santri iku yen gak iso nyenengke guru, ojo nganti nggelakke guru”.
“Santri itu bila tidak bisa membuat senang gurunya, maka jangan sampai membuat kecewa gurunya”.
(Syaikhona Maimoen Zubair).
Penulis: Kanthongumur, santri Mbah Moen.