Untuk teman-teman saya yang mungkin kecewa atau kurang sreg dengan penunjukkan Kyai Ma’ruf Amin sebagai Cawapres, pertama-tama saya memahami perasaan kalian.
Di pesantren, saya diajari kaidah “ridlo al nas ghoyah la tudrok”: untuk membuat semua orang puas itu almost impossible. Tapi “ma la yudroku kulluhu la yutroku kulluhu” , bahwa di atas ketidakpuasan itu kita bisa memanfaatkan yang ada. Istilahnya lesser of the less lah… jd tetep dukung jokowi meski gak sreg Kyai Ma’ruf, hehe.
Hanya saya mau bilang: Kyai Ma’ruf adalah tokoh NU, jadi insyaAlloh saya dan umumnya semua nahdliyin akan bersama-sama menjaga Kyai Ma’ruf dan kepemimpinannya. Ini salah satu bentuk pengabdian NU untuk bangsa kita tercinta.
Hal-hal teknis saya kira tidak perlu dikhawatirkan. Selain tokoh NU, Kyai Ma’ruf cicit Syeikh Nawawi al-Bantani yang terkenal sebagai bapak kitab kuning Indonesia dan pernah jadi Imam Besar di Masjidil Haram.
Ada teman yang khawatir dan underestimate kalau debat Cawapres Kyai Ma’ruf “nggak bisa”.
Saya kira tidak akan senaif itu. Selain soal sosial-keagamaan dengan posisi sebagai ulama, Kyai Ma’ruf juga cukup makan-garam tentang politik karena pernah jadi anggota DPRD, DPR, MPR, dll. Kyai Ma’ruf juga jadi komisaris bank-bank jadi punya visi ekonomi (nggak awam banget seperti kekhawatiran teman).
Mungkin soal lain Kyai Ma’ruf nggak faseh, tapi bukankah seperti pepatah Jerman “mann kann nicht alles haben”; orang nggak bisa tahu/jadi semua hal. Pasti ada keterbatasan laah, hehe.
Ada yang khawatir dengan konservatisme Kyai Ma’ruf. Pertama sebagai tokoh NU, saya percaya komitmen kebangsaan dan kebhinekaan beliau. Mungkin teman-teman khawatir misal terkait fatwa MUI tahun 2005, kesaksian kasus Ahok dll saya kira itu wajar.
Di NU biasa banget ada perbedaan pendapat. Saya juga kurang setuju fatwa itu dan dari dulu sampai sekarang saya pro Pak Ahok, tapi sebagai sesama NU saya tidak pernah khawatir dengan konservatisme Kyai Ma’ruf. Tentu harus diakui dan jangan dibandingkan dengan alm Gus Dur yang all out banget soal perjuangan kemanusiaan dan kebangsaan. Masing-masing tokoh punya sudut pandang dan cara masing-masing.
Tapi dalam hal ini, koridornya ya ke-NU an baik alm Gus Dur, Kyai Ma’ruf dan tokoh lain.
Akhirnya saya berdoa semoga Kyai Ma’ruf selalu sehat dan nantinya kalau bener mendampingi Pak Jokowi akan amanah, manfangat dan berkah..
Danke
Penulis: Dr Suratno, Dosen Universitas Paramadina Jakarta, Pengurus Lakpesdam PBNU.