Lora Fadil dan Perkembangan Hukum Keluarga

Lora Fadil dan Perkembangan Hukum Keluarga

Lora Fadil dan Perkembangan Hukum Keluarga

Perkembangan Hukum Keluarga

Batas minimal usia nikah dalam UU Perkawinan sudah dibikin sama. Mengikuti alur zaman, laki-perempuan semakin setara. Ada harta bersama setelah perkawinan. Anak perempuan bisa menghalangi paman mendapat warisan. RKUHP juga memberikan peringatan kepada keluarga agar dalam bercinta pun tidak ada pemaksaan.

Namun hukum alam menunjukkan bahwa peningkatan semangat di satu sisi akan diikuti semangat di sisi yang lainnya yang berlawanan. Tinggal bagaimana nanti hasil kontestasinya.

Di Malaysia, hukum keluarga lebih ketat: Ada peraturan, ada sanksi. Poligami tanpa melalui prosedur, misalnya, bisa dipenjara setengah tahun. Tapi anehnya, ada parade poligami terang-terangan di sana.

Di Indonesia, orang jenggot yang tidak suka KHI buka kelas poligami. Begitulah…

Tapi kali ini aneh. Politisi senayan yang poligami ini direkrut oleh partai sekular lalu gambarnya disebar oleh wanita-wanita yang selama ini menolak suaminya kawin lagi. Maksudnya bercanda, tapi serius. Mengutip istilah Makmur temannya Sule: bercandanya serius!

Penulis: A Khoirul Anam, dosen UNUSIA Jakarta.

________________________

Semoga artikel Lora Fadil dan Perkembangan Hukum Keluarga ini memberikan manfaat dan barokah untuk kita semua, amiin..

BONUS ARTIKEL TAMBAHAN

Diplomasi Islam Gus Dur: Yang Lebih Tinggi dari Politik Adalah Kemanusiaan

Kejutan kembali datang dari hasil saya bongkar-bongkar file foto lama milik bapak. Di sampul album tertulis “Israel Okt 10/94”, bulan Oktober 1994. Menarik sekali pikirku, Israel, negara yang selalu jadi kontroversi di Indonesia. Ada Israel ada Palestina, kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Saya mulai buka dari halaman pertama album foto itu. Ada foto Gus Dur sedang memegang botol air mineral dengan background gurun warna coklat dan cahaya yang over-exposed. Beberapa frame awal bertempat di sebuah gurun dan nampak wisata kereta gantung.

Semakin jauh saya buka album foto itu. Setting tempat berpindah ke sebuah ruangan dengan meja melingkar dan hampir semua orang mengenakan jas. Jadi jelas ini sebuah acara formal. Termasuk Gus Dur ada di dalam foto tersebut, sedang berbincang dengan orang secara pribadi dan beliau sedang berbicara di forum, mungkin sedang menyampaikan makalah atau sejenisnya. Sebagian besar saya tidak mengenali orang-orang di dalam foto itu, yang jelas mereka akademisi. Ada juga sesi break (mungkin), karena terlihat peserta diskusi menikmati makan siang bersama dalam ruangan berbeda. Gus Dur juga terlihat ikut dalam acara tersebut bersama dengan peserta diskusi lain.

Rasa penasaran semakin mengusik benak saya. Akhirnya saya mengkonfirmasi ke bapak tentang foto tersebut. Bapak kemudian meng-iya-kan bahwa memang pernah ada pertemuan di Israel pada bulan Oktober 1994. Gus Dur jadi salah satu Keynote Speaker dalam acara tersebut. Tidak dijelaskan dengan detail acara tersebut, yang jelas pada waktu itu Israel sedang ingin membangun komunikasi dengan kelompok Islam. Berangkatlah Gus Dur berkapasitas sebagai tamu undangan. Sebagai pihak pengundang (inisiator) acara tersebut adalah Hebrew University, Jerusalem.

Menariknya, acara ini diselenggarakan dalam kondisi dimana Indonesia-Israel tidak mempunyai hubungan diplomatik. Jadi keputusan untuk bersedia jadi pembicara dalam acara ini sendiri sudah jadi kontroversi. Tapi Gus Dur memiliki pertimbangan sendiri dan memutuskan tetap berangkat. Dan memang selayaknya Gus Dur berkangkat, karena ini ruang yang bagus untuk menjelaskan Islam ke publik. Menjembatani komunikasi dengan kelompok Islam yang terputus akibat kecamuk perang Israel-Palestina.

Quote yang paling saya suka “Yang lebih tinggi dari politik adalah kemanusiaan”, ini bagi saya sudah final, tidak dapat diubah lagi. Jadi selama politik tidak mengabdi pada kemanusiaan hampir bisa dipastikan itu politik yang keliru, keblinger dan harus diingatkan. Kedewasaan berpolitik dan kemanusiaan dalam berbangsa dan bernegara banyak diajarkan Gus Dur, Khususon Gus Dur Alfatihah…(saya yakin bahwa fatihah ini akan sampai ke njenengan Gus, karena buktinya ndak balik lagi kok ke saya hehehe…)

Demikain Diplomasi Islam Gus Dur: Yang Lebih Tinggi dari Politik Adalah Kemanusiaan. Semoga bermanfaat.

Penulis: Aditya Rahman

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *