Lima Hikmah Puasa dalam Kitab Jawahirul Bukhari

Kitab Jawahir Bukhori

Oleh : Casmin AR, S.Th. I

Tulisan ini akan mengupas dan menguraikan secara runut hikmah puasa yang ditulis oleh seorang ulama Mesir modern Syekh Musthofa Muhammad Imarah dalam kitabnya Jawahirul Bukhari wa Syarhul Qasthalani.

Puasa atau shaum adalah ibadah jasadiyah dan ruhiyah oleh karenanya pelaksanaan puasa yang baik memiliki implikasi menambah kebaikan dan kekuatan jasmani dan rohani, mental –spiritual, fisik dan psikis muslim. Dalam kitabnya, Jawahirul Bukhari wa Syarhul Qasthalani. Syekh Musthofa Muhammad Imarah menguraikan hikmah puasa secara runut dan penjelasan akan diuraikan sebagai berikut,

Hikmah Pertama:

كل شيء في العالم في حاجة إلى راحة فالالات البخارية تستريح مدة وهي من بخار وحديد، فمابالك المعدة والانسان من لحم ودم، وجعل الله الصوم في رمضان لتقوية المعدة واستراحتها من دخول الطعام او الشراب فيها كل النهار

(Bahwa Segala sesuatu yang ada di dunia ini butuh yang nama rehat atau jeda, mesin yang terdiri dari besi dan asap saja pada saatnya butuh jeda (dari aktivitas rutinnya) apalagi dengan tubuh manusia yang hanya berupa daging dan darah (mesti lebih membutuhkan rehat). Dan Allah menjadikan puasa dibulan ramadhan sebagai upaya menyehatkan kembali tubuh dan mengistirahatkannya dari segala aktivitas makan dan minum).

Hikmah puasa pertama adalah memberi kebaikan dari sisi jasmani, makanan di satu sisi sangat dibutuhkan tubuh manusia sebagai sumber energi namun disisi yang lain makanan bisa menjadi sumber penyakit bagi tubuh, lebih-lebih bila tidak dikontrol dengan baik. Disini puasa memiliki peran strategis dalam upaya menjadi penyeimbang dan peran kontrol makanan yang masuk kedalam tubuh manusia. Dengan puasa, aliran darah di dalam tubuh menjadi menurun, karena pemicunya yaitu makanan, untuk sementara dihentikan, dengan ini puasa bisa meminimalkan sisi buruk makanan dan mengoptimalkan sisi baiknya. Jadi puasa memiliki hikmah menguatkan dan menyehatkan kembali tubuh manusia.

Hikmah Kedua,

تعويد الانسان تناول الطعام في اوقات معلومة لافطاره كل يوم بعد غروب الشمس وهذا يدعو إلى الدقة في العمل واجادة النظام وحسن الترتيب واهم ذالك تقوية المعدة وإصلاحها

(Puasa mendidik manusia untuk makan pada waktu yang sudah ditentukan setiap harinya, yaitu setelah terbenamnya matahari ketika waktu maghrib datang, hal ini menuntut dan membiasakan manusia perhatian pada hal-hal kecil, taat asas, dan hidup tertib, manfaat utama dari disiplin dan tertib waktu makan ini adalah semakin kuat dan sehatnya maidah (usus besar dan sarana pencernaan)

Di antara hikmah yg lainnya, puasa melatih banyak nilai positif bagi manusia, satu di antaranya muslim yang sedang berpuasa harus sabar dan disiplin dalam menjalankan ibadahnya, dalam kondisi apapun dan dimanapun, seorang muslim yang sedang berpuasa dia akan menahan diri (imsak = shaum) dari segala hal yang membatalkan puasa, konkritnya dari aktifitas makan, minum dan berhubungan dengan istri, semata-mata karena Allah.

Dengan membiasakan menahan diri dari hal-hal yang sebenarnya dibolehkan oleh Agama (di luar bulan Ramadhan) maka sebenarnya kita juga sedang didik menghadapi ujian yang lebih besar dan berat yaitu membiasakan untuk bisa meninggalkan perkara-perkara yang dilarang agama. Kalau yang boleh saja kita mampu menjaga dan menahannya terlebih lagi bila perkara atau hal-hal tersebut termasuk dari apa yang terlarang dalam Islam, di sinilah nilai kedisiplinan, dan nilai taat pada asas ditanamkan melalui nilai-nilai puasa. Sehingga pribadi muslim yang melaksanakan puasa dan memahami hal ini dengan sebaik-baiknya, akan melaksanakan puasa sebagaimana difirmankan Allah, melalui hadis qudsi Rasul-Nya : “Yatruku tho’amahu wa syarabahu wa syahwatahu min ajlii, al-Shiyamu lii wa ana ajzi bihi”

“Dia meninggalkan makannya, minumnya, dan syahwatnya demi Aku, Puasa itu untuk-Ku, maka Aku yang akan membalasnya (H.R. Bukhari)

Hikmah Ketiga

غرس الشفقة في قلوب الأغنياء وبعث الرأفة بالفقراء

(Bahwa puasa dapat menumbuhkan sikap kedermawanan di hati orang-orang kaya dan memunculkan pengharapan bagi orang-orang miskin).

Hikmah yang ketiga adalah puasa dapat menajamkan intuisi dan kepekaan sosial, bagaimana ulasannya?. Penderitaan dan rasa perihnya lapar dan dahaga seharian yang dirasakan orang-orang yang sedang berpuasa mengingatkan kepada nasib saudara-saudaranya yang hidup di bawah garis kemiskinan, yang tidak mampu menghidupi kebutuhan sehari-hari dan terbiasa dalam kekurangan dan penderitaan. Jika kepekaan dan empati itu telah tumbuh, maka kesadaran ini akan mengingatkan kepada setiap muslim ketika dia telah memiliki kelebihan rezeki, niscaya dia akan menyisihkan untuk orang-orang yang membutuhkan. Di sini seorang muslim harus merasakan manis atau pahitnya sesuatu yang terjadi di dalam masyarakat, bukan bersikap acuh dan tak peduli. Banyak di jelaskan dalam beberapa ayat dan hadis yang menekankan keterikatan iman dengan rasa senasib dan sepenanggungan, satu di antaranya adalah surat al-hasyr ayat 9. yang artinya “Mereka mengutamakan orang lain atas diri mereka sendiri sekalipun mereka membutuhkan (atas apa yang mereka berikan itu)” .

Pendidikan kejiwaan untuk merasakan senasib dan sepenanggungan di antara masyarakat merupakan hikmah dari puasa yang betul-betul dimaknai secara benar karena puasa mengajarkan kebersamaan dan kepedulian kepada sesama, karena hidup tidak hanya berdampingan tetapi harus saling mengisi dan melengkapi satu sama lain, di antaranya peka terhadap penderitaan yang dirasakan sebagian orang lain lalu diikuti tindakan nyata. Dan itu dicontohkan langsung melalui keindahan syariat Allah dan tahapannya, adalah setelah pelaksanaan kewajiban puasa Ramadhan selama satu bulan penuh kemudian dipungkasi dengan kewajiban mengeluarkan zakat fitrah untuk diberikan kepada mereka yang membutuhkan dalam rangka berbagi dengan sesama, karena zakat fitrah sebagaimana Sabda Nabi SAW, di samping sebagai pembersih bagi orang yang berpuasa (Thuhrotan lishoimin) juga berfungsi sebagai wujud nyata berbagi dengan sesama yang membutuhkan (Tu’matan lilmasakin).

Hikmah Keempat

، تعويد الصائم ان يتحلى بمكارم الاخلاق مثل الصبر على المكاره والحلم والشجاعة والمروءة وعلو النفس…

(bahwa orang yang berpuasa (dengan puasanya) ia membiasakan menghiasi dirinya dengan akhlak-akhlak yang terpuji, seperti sabar atas penderitaan, bijak, berani, muruah dan lain-lain).

Puasa mendidik muslim untuk sabar. Sejak terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari seorang muslim yang sedang berpuasa harus bisa menahan semua keinginan lahir-batinnya, hal ini cukup memberatkan walau hanya sementara waktu, akan tetapi demi untuk melaksanakan perintah Tuhan-Nya semua dilakukan dengan penuh keikhlasan dan kesabaran. Jadi sabar harus selalu dikenakan seorang muslim selama ia melaksanakan ibadah puasanya sebagaimana baju yang dikenakan untuk menutupi auratnya, bahkan ketika ada orang yang mau berbuat kasarpun seorang muslim yang sedang berpuasa harus bisa bersabar untuk tidak melakukan hal kasar yang sama, cukup untuk mengatakan kepada orang tersebut, “sesungguhnya saya sedang berpuasa”, hal ini sesuai dengan perintah Rasulullah SAW. Bahkan dalam satu maqolah disebut “Wahuwa sahru al-shobr wa tsawabuhu al-jannah” (Ramadhan adalah bulan sabar, dan pahala yang disediakan untuk orang yang sabar adalah surga)

Puasa juga mendidik dan melatih muslim keikhlasan dan ketulusan niat, hal ini bisa dilihat dari pelaksanaan ibadah puasa yang termasuk ibadah sirri (rahasia), yang tahu puasa muslim adalah dirinya dan Allah, orang lain tidak akan tahu banyak tentang aktifitas kita, apakah betul kita menjaga ibadah puasa ini dari awal hingga akhir atau tidak. Namun bagi muslim, dalam kondisi apapun, dan dimanapun, apakah dalam kesendirian atau ditengah kerumunan banyak orang dia akan tetap melaksanakan puasa sesuai dengan tuntunan dan aturan syariat, karena ia memantapkan ibadahnya ini semata karena Allah, jadi puasa jelas mengajarkan keikhlasan dan ketulusan niat. Olehnya dalam hadis qudsi, Allah berfirman : Al-Shaumu lii wa ana ajzi bii (puasa untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya). Demikian di antara hikmah puasa adalah proses pembelajaran dan pelatihan yang kemudian diharapkan terinternalisasinya nila-nilai luhur dalam kehidupan sehari-hari muslim, seperti sifat sabar, bijak, ikhlas dan sebagainya yang tentunya hal ini akan ikut mewarnai kehidupannya di masa depan.

Hikmah Kelima,

الفرصة السانحة لعبادةالله جل وعلا، السوق النافقة لكسب المحامد وجلب الربح الوفير في كثرة ذكره سبحانه واستغفره

(Puasa/Ramadhan adalah kesempatan yang paling baik untuk beribadah kepada Allah SWT, menghadirkan rasa rindu untuk melakukan hal-hal kebaikan, meraih keuntungan yang berlimpah dengan banyak dzikir kepada Allah dan memohonkan ampunan-Nya, bersholawat atas Rasul-Nya, dan melakukan aktivitas kebaikan).

Bulan Ramadhan di antara sebelas bulan lainnya dalam kesan Syeikh Yusuf al-Qardhawi bila dianalogikan dengan sekolah atau madrasah adalah madrasah mutamayyizah atau sekolah favorit, karena di bulan ini di seluruh pelosok dunia didapati hampir semua komunitas muslim melaksanakan syiar Islam di bulan Ramadhan lebih semarak dibanding bulan-bulan lainnya, umat muslim berbondong-bondong mendatangi masjid, musholla, pesantren untuk melakukan berbagai aktivitas dan beragam ibadah dari puasa di siang hari, qiyam al-lail, tadarus al-qur’an, durus kutub al-turots, iktikaf hingga berderma dengan membagikan makanan untuk ta’jil (permulaan berbuka) di masjid-masjid dan tempat lainnya.

Bagi muslim yang ingin meningkatkan nilai ibadah dan ketaatan kepada Allah, mereka tidak akan membiarkan momentum ramadhan berlalu begitu saja, karena di bulan mulia ini amal kebaikan pahalanya akan dilipatgandakan. Bila itu adalah amal wajib, maka akan dilipatgandakan menjadi tujuh puluh derajat, berbanding bila dilakukan di luar bulan Ramadhan. Bila yang dilakukan adalah amalan sunnah, maka dianggap sebagai amalan wajib. Sebagaimana f dijelaskan dalam hadis dari Said bin al-musayyab dari Salman : “Barangsiapa bertaqqarub pada Allah dengan satu kebaikan maka ia seperti orang menjalankan ibadah wajib di luar Ramadhan. Barangsiapa mendatangi ibadah wajib, maka sama dengan menjalankan tujuh puluh ibadah wajib di luar Ramadhan.

Ini anugerah Allah yang begitu besar yang diberikan kepada orang-orang yang mau beribadah di bulan Ramadhan, makanya ramadhan melalui puasa didalamnya menghadirkan rasa rindu muslim untuk selalu beribadah kepada Allah, rindu bermunajat dan berdzikir kepada-Nya dan bersholawat atas Rasul-Nya. Ramadhan adalah waktu yang enak dan kesempatan yang baik untuk berlomba-lomba dalam kebaikan karena pada saat itu muslim di dunia bersatu padu untuk menyeramarakan bulan yang di dalamnya terdapat satu malam yang ketika kita beribadah di dalamnya maka itu lebih baik dari beribadah seribu bulan, yaitu malam lailatul qodr (Lailatu al-Qadr khairun min alfi sahr).

Untuk itu mari kita pergunakan kesempatan ini sebaik-baiknya dengan memupuk amal kebajikan, karena bisa jadi ini adalah Ramadhan terakhir bagi kita , karena kita tidak pernah tahu akankah kita akan bertemu kembali dengan Ramadhan tahun depan. So, akankah kita menyia-yiakannya sementara Ramadhan adalah bulan panen amal.

*Wakil ketua MWC NU Kandanghaur, pelaksana Gala Syariah Kemenag Subang

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *