Kondisi Zawiyah dan Makam Pengarang Shalawat Nariyah
Di buku Kaifa Nasya’a At-Tasawuf fi Al-Islam dijelaskan kondisinya begini:
1. Makam:
ولما دخل الإسبان لوهران نقله أصحابه لقلعة بني راشد، فدفنوه في أعلى قمة منها، وعليه الآن قبة محترمة، زرته في الشهر الماضي من هذا العام، وعددت وقوفي عليه من حسنات هذه السفرة.
“Ketika Spanyol menjajah Oran, santri-santrinya (Syekh Ibrahim At-Tazi) memindahkannya ke Qol’ah (Benteng) Bani Rosyid, mereka menguburkannya di puncaknya. Sekarang di atasnya terdapat Kubah Yang Terhormat, saya telah menziarahinya pada bulan lalu di tahun ini (1373 H/1953 M), saya menilai ziarahku ini sebagai salah satu buah kebaikan perjalanan ini”.
Spanyol menjajah Oran sekitar tahun 1509 sampai 1792 M bertepatan dengan 914/5-1206 H. Jika Syekh Ibrahim At-Tazi wafat tahun 1461 M berarti beliau dipindah kuburannya setelah 48 tahun menurut hitungan Masehi atau 49 tahun menurut hitungan Hijriyah.
Dipindah dari mana? Dari Zawiyahnya yang berada di tengah kota Oran ke puncak Benteng Bani Rasyid.
Demikian menurut penuturan ulama Oran yaitu Syekh Balqosim bin Atthoyib bin Atthoyib bin Kabu, melalui surat yang dikirimnya ke Syekh Abdul Hayy Alkattani, seperti termaktub dalam kitabnya I’lamul Hadir wal Aati juz.2 hal. 28. Sayangnya ia salah menyebut tahun mestinya 915 H bukan 970 H karena jasadnya dipindah setelah 49 tahun bukan 104 tahun.
جاء في إعلام الحاضر والآتي (28/2): “وقد كتب إلي عالم وهران الآن وصفوته: المعمر الشيخ بلقاسم بن الطيب بن الطيب بن كابو نقله من وهران للقلعة كان عام ٩٧٠ ه أمروا بنقله، فنقل إلى القلعة. قال: والقلعة من ناحية معسكر؛ فيكون نقله بعد موته بتسع وأربعين سنة.
(Terjemah dan maksudnya sudah ada di atas)
Adapun kapan sang muallif, Syekh Abdul Hayy ziarah ke sana ia menceritakan seperti ini:
وقد يسر لي زيارته في قبره الأخير بقلعة بني راشد، واحتفل بنا السكان، وبها مسجد ومنارة عظيمة من بناء الترك، وكانت زيارتي له في القلعة المذكورة عام ١٣٧٣.
“Saya telah dimudahkan menziarahi kuburannya yang terakhir di Qol’ah Bani Rasyid. Para penduduknya merayakan kedatangan kami. Di sana ada masjid dan menaranya yang besar dan megah dari pembangunan bangsa Turki. Ziarahku kesana pada tahun 1373 H (1953 M)”.
2. Zawiyah:
أما زوية وهران فبادت وعفى أثره، ولم يبق لها رسم ولا طلل. وسبحان من لا يتحول ولا يتبدل، هو الباقي بعد فناء خلقه.
“Adapun Zawiyah Oran (milik pengarang Shalawat Nariyah) sudah rata dengan tanah. Mahasuci Dzat Yang Tidak berubah dan Tidak Berganti, Dialah Sang Maha Kekal pasca kehancuran semua ciptaan-Nya”.
Rabat, 21 Juli 2019
Penulis: Alvian Iqbal Zahasfan.