Kisah Perjuangan Kiai Abdus Shomad Menjadi Pimpinan Pasukan Militer

Kisah Perjuangan Kiai Abdus Shomad Menjadi Pimpinan Pasukan Militer

Kisah Perjuangan Kiai Abdus Shomad Menjadi Pimpinan Pasukan Militer

Kiai Abdus Shomad adalah putra Kiai Abdul Latif, adik KHR. Syamsul Arifin yang ikut membabat hutan Sukorejo untuk mendirikan pesantren. Kedua kaka-beradik ini bahu-membahu membuka lahan dengan dibantu oleh sejumlah santri yang didatangkan dari pesantren Kembang Kuning.

Kiai Abdus Shomad sedikit berbeda dengan saudara-saudara lainnya, beliau memiliki semangat untuk mengikuti latihan kemiliteran, meskipun beliau melakukannya secara sembunyi-sembunyi. Bahkan saat pendudukan Jepang, Kiai Abdus Shamat sempat menjadi pemimpin pasukan Seinin dan Keibodan, tentara cadangan Jepang yang disiapkan untuk pertempuran di Asia Timur Raya.

Ketika Kiai Hasyim Asy’ari menyerukan Resoeloesi Djihad, sejumlah ulama pesantren merapatkan barisan untuk menyiapkan tenaga pejuang guna melawan datangnya pasukan sekutu. Kiai Abdus Shomad banyak membantu Kiai As’ad untuk merekrut Laskar Hizbullah di wilayah timur (Karesidenan Besuki). Bahkan Kiai Abdus Shomad juga mendaftarkan diri, serta dinyatakan lolos seleksi dan siap dikirim ke camp latihan militer Laskar Hizbullah di Bogor.

Namun meskipun diam-diam, ternyata kepergian Kiai Abdu Shomad untuk mengikuti latihan Laskar Hizbullah di Jember ini diketahui oleh Kiai Syamsul Arifin. Karena selama kepergiannya, Kiai Syamsul Arifin sangat membutuhkan kehadirannya di pesantren. Tak pelak, dengan nada sedikit meninggi, Kiai Syamsul Arifin berdawuh:

“Bennyak oreng se terro dheddhiye tentara, tape tak bennya se terro dheddhiye kiae. Engkok tak terro aghebeye tentara, tape engkok terro aghebeye kiae”

(Banyak orang yang ingin menjadi tentara, tapi tidak banyak yang ingin menjadi kiai (guru agama). Saya tidak ingin mencetak tentara, tapi saya ingin mencetak kiai).

Kiai Syamsul Arifin memang tidak melarangnya secara langsung, beliau hanya menyampaikan cita-cita terhadap santri-santri dan keponakannya. Namun ujaran tentang keinginan beliau menjadi pukulan telak bagi Kiai Abdus Shomad. Sebagai bentuk kepatuhan kepada guru (yang sekaligus pamannya), akhirnya Kiai Abdus Shomad mengurungkan niatnya bergabung dengan Laskar Hizbullah.

Sebagai gantinya, Kiai Abdus Shomad memasrahkannya kepada Abdus Syakur, santri asal Banyuwangi yang sebelumnya dinyatakan tidak lolos seleksi. Kemiripan nama antara keduanya, memudahkan proses rekayasa pergantian dari Abdus Shomad menjadi Abdus Syakur.

Kiai Abdus Shomad kemudian lebih memilih menjadi seorang Kiai (kemudian berdomisili di Jember) daripada menjadi tentara, sebagaimana yang dicita-citakan oleh Kiai Syamsul Arifin.

Semoga kita senantiasa mampu meneladani semangat dan perilaku beliau untuk selalu mematuhi keinginan sang guru.

Demikian Kisah Perjuangan Kiai Abdus Shomad Menjadi Pimpinan Pasukan Militer. Semoga bermanfaat.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *