Kisah Pengemis Mendidik Kewalian Syaikhona Kholil Bangkalan

Rahasia Tingginya Kewalian Syaikhona Kholil Bangkalan

Kisah Pengemis Mendidik Kewalian Syaikhona Kholil Bangkalan.

Suatu hari, Syaikhona Kholil Bangkalan Madura sedang menemui tamu-tamunya di ruangan depan. Mbah Kholil adalah ulama besar yang menjadi guru para ulama di Jawa dan Nusantara. Saat itu, posisi beliau sedang duduk dengan salah satu lutut tertekuk di depan perut beliau sambil bercengkerama dengan para tamu-tamunya ditemani secangkir kopi yang ada di hadapan masing-masing.

Ketika sedang asyik mengobrol itu, tiba-tiba datang seorang “gembel” dengan pakaian lusuh sambil menuntun seekor anjing masuk ke ruangan. Kontan saja semua tamu pada heran bercampur geram apalagi tanpa salam tanpa bicara dan tanpa ijin. Tiba-tiba si pengemis ini menyeruput kopi milik MBah Kholil hingga tinggal ampasnya. Terlihat juga ingus yang keluar dari hidung pengemis tak diundang ini.

Marahkah Mbah Kholil??

Tidak! Mbah Kholil tampak merubah posisi duduknya seperti orang posisi duduk orang sedang sholat, telapak tangannya menyatu di atas paha, kepalanya menunduk tanpa berani menatap muka si pengemis.

Justru beberapa tamu bangkit bermaksud mengusir orang aneh ini, tapi segera dicegah oleh MBah cholil dengan isyarat tangannya.

Beberapa saat suasana hening, MBah cholil tetap menunduk, tamu yang ada di ruangan itu tak satupun ada yang berani bersuara sampai kemudian si pengemis berlalu tanpa sepatah katapun.

Selepas gelandangan itu pergi, MBah Kholil membuka suara: “Siapa yang mau meminum kopi bekas tamuku tadi”?

Tentu saja tak seorangpun yang mau, karena kopi itu bekas di minum seorang pengemis dengan ingus menempel di bawah idung! Ngeri!

“Baiklah, kalau begitu biar saya yang menghabiskan,” kata Mbah Kholil sambil meminum sisa kopi di cangkir.

Semua tamu semakin terheran heran, belum habis rasa penasaran para tamu kemudian Mbah Kholil menyambung kata lagi: “Taukah sampeyan semua siapa tamu tadi. Dia Nabi Khidir, beliau habis mengunjungi sahabatnya seorang wali di Yaman dan Sudan, kemudian melanjutkan perjalanan kesini untuk menemui sahabat-sahabatnya, para Waliyullah di tanah Jawa.”

Kontan kemudian para tamu berebut sisa kopi yang tinggal cangkirnya itu, bahkan ada yang berebut untuk mencuci cangkirnya sekedar untuk “ngalab berkah” dari kesalehan Nabi Khidir Alaihissalam.

Mbah Kholil terkekeh dengan tingkah para tamunya ini. Kebanyakan kita hanya melihat kulit, tanpa bisa melihat hati, karena mata kita sudah tertutup oleh gemerlap dunia.

Begitulah Nabi Khidir dan Mbah Kholil. Nabi Khidir selalu mendidik para wali Allah dengan beragam cara. Hadir dengan sosok pengemis dan anjing, Nabi Khidir mendidik Mbah Kholil dan para tamunya ihwal makna hidup. Semoga kita bisa mengambil hikmah di balik kisah ini, agar kita melihat dan menilai pada sesama itu jangan hanya dari segi dhahir & fisiknya semata. (Mukhlisin/Bangkitmedia.com)

_____________

Semoga artikel Kisah Pengemis Mendidik Kewalian Syaikhona Kholil Bangkalan ini memberikan manfaat dan barokah untuk kita semua, amiin..

simak artikel terkait di sini

simak video terkait di sini

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *