Kisah Patahnya Sayap Malaikat dan Keajaiban Shalawat

Kisah Patahnya Sayap Malaikat dan Keajaiban Shalawat

Kisah Patahnya Sayap Malaikat dan Keajaiban Shalawat.

Diriwayatkan…. pada suatu hari, Malaikat Jibril AS mendatangi Rasulullah Saw dan berkata, “Ya Rasulullah, aku telah melihat seorang malaikat di langit sedang berada di atas singgasananya. Di sekitarnya terdapat 70 ribu malaikat berbaris melayaninya. Pada setiap hembusan nafasnya, Allah Swt menciptakan darinya seorang malaikat. Dan sekarang ini, aku melihat malaikat itu berada di Gunung Qaaf dengan sayapnya yang patah sedang menangis tersedu-sedu”

Bacaan Lainnya

“Lanjut Malaikat Jibril. Ketika dia melihatku, dia berkata, “Apakah engkau mau menolongku?” Aku bertanya, “Apa salahmu?”

Dia berkata, “Ketika aku sedang berada di atas singgasana pada malam Mi’raj, lewatlah padaku Muhammad Saw, Kekasih Allah Swt. Lalu aku tidak berdiri untuk menyambutnya sehingga Allah Swt menghukumku dengan ini (sayapnya patah) serta menempatkanku di sini seperti yang kau lihat.

Lalu Malaikat Jibril AS berkata, “seraya aku merendah diri di hadapan Allah Swt mohon izin untuk memberinya pertolongan kepada malaikat tersebut” Maka Allah SWT berfirman, “Wahai Jibril, katakanlah agar dia membaca shalawat atas KekasihKu, “Muhammad SAW.”

Malaikat Jibril AS berkata lagi, “Kemudian malaikat itu membaca shalawat kepadamu, dan Allah Swt mengampuninya serta menumbuhkan kembali kedua sayapnya, lalu menempatkannya lagi di atas singgasananya seperti semula.”

Sungguh… betapa mulianya Nabi Muhammad SAW, hingga malaikat saja yang tidak menghormatinya, sayapnya dipatahkan oleh Allah SWT. Kisah ini dinukil dari Kitab Mukasyafatul Qulub Imam Ghozali RA

Wallahua’lam

________________

Semoga artikel Kisah Patahnya Sayap Malaikat dan Keajaiban Shalawat ini memberikan manfaat, amiin..

BONUS ARTIKEL TAMBAHAN

Karomah Habib Ali Kwitang, Terlalu Dahsyat untuk Dilogikakan.

Suatu ketika tatkala al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi (Kwitang) sedang mengajar di rumahnya di hadapan muridnya yang cukup banyak, beliau mendengar suara ibunda tercinta, Nyai Salmah: “Li… Ali… Li…”, begitu panggil sang ibu.

Lalu Habib Ali, waktu itu telah berumur lebih dari 60 tahun, langsung saja permisi kepada semua muridnya: “Saya minta ridhanya untuk menemui ibu saya terlebih dahulu.”

Habib Ali pun menemui ibunya. Ternyata sang ibu minta diantarkan ke kamar mandi. Bergegaslah Habib Ali menggendong sang bunda pergi ke kamar mandi. Bukan itu saja, Habib Ali lah yang langsung membersihkan dan menyuci pakaian sang ibu. Meski ada istri tapi Habib Ali tidak mengizinkannya, karena demi bakti beliau terhadap sang ibu. Padahal waktu itu Habib Ali telah dikenal sebagai ulama yang terpandang di tanah Betawi, tetapi beliau bila dipanggil sang ibu tanpa pikir panjang langsung memenuhi panggilan itu.

Ada suatu peristiwa dimana Habib Muhammad, putra Habib Ali, masih kecil sementara Habib Ali sedang dalam rihlah dakwahnya di Negeri Singapura. Dan sang ibu, Nyai Salmah, bertanya pada menantunya yaitu istri Habib Ali: “Mana Ali, putraku?”

Dijawab oleh istri Habib Ali: “Sedang dakwah di Singapura, Umi.”

Dengan spontan sang ibu memerintahkan pada menantunya itu: “Cepat kirim telegram, bilang padanya ibu memanggilnya untuk pulang!”

Langsung dikirimlah telegram itu kepada Habib Ali yang sedang berdakwah di Singapura. Sesampainya telegram itu pada Habib Ali, langsung beliau baca. Setelah dibaca, tanpa basa-basi Habib Ali pun permisi pamit untuk pulang karena sang ibu yang memanggilnya.

Begitulah tanda bakti seorang ulama besar, orang terpandang, panutan umat, al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi terhadap sang bunda tercinta.

Penulis: Sya’roni As-Samfuriy.

*Sumber kisah: Ustadz Antoe Djibrel, Khadim Majelis Ta’lim Kwitang dari Almarhum al-Habib Muhammad bin Ali al-Habsyi).

_____________________

Semoga artikel Karomah Habib Ali Kwitang, Terlalu Dahsyat untuk Dilogikakan ini memberikan manfaat dan barokah untuk kita semua, amiin..

simak artikel terkait di sini

simak video terkait di sini

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *