Kisah Malam Pertama Ramadhan Di Masjid Ba’alawi Tarim

Kisah Malam Pertama Ramadhan Di Masjid Ba'alawi Tarim

Kisah Malam Pertama Ramadhan Di Masjid Ba’alawi Tarim

Awad (nama motor saya) saya pacu dg kecepatan santai sekitar 30 km/jam dari Univ.al-Ahgaff tepat pukul 22.45 dan sampai di tempat tujuan sekitar pukul 22.53. dengan suasana yang sedikit hangat dan langit yang cerah saya melangkahkan kaki dari motor ke pintu masjid Ba’alawi Tarim.

Iya benar, masjid ini adalah salah satu masjid paling keramat di Tarim, disebut juga Masjidil Qoum, masjid yang dimana perkara-perkara mukhtalaf fih (yang ada perbedaan pendapat) tidak boleh dilakukan disini, seperti halnya sholat Sunnah di waktu setelah ashar, seperti juga (mahalul qiyam) berdiri saat membaca sholawat (yanabi salam) dll.

Saat sampai di depan masjid suasana yang saya rasakan begitu sangat menenangkan jiwa, sejuk, hikmat, tenang, khusu’, semua energi positif saya rasakan disana.

Saya melihat mulai dari anak-anak hingga orang tua sudah berdatangan 15 menit sebelum Iqomah dikumandangkan, mereka membaca dzikir, doa-doa, dan tadarus Alquran dengan suara lirih-lirih yang semakin membuat hati menjadi bergetar karena saking nyamannya di tempat ini, masyallah tabarokallah.

Pukul 23.00 Iqomah pun dikumandangkan, semua Jamaah berdiri siap untuk melakukan shalat Isya. begitu selesai, jamaah akan melanjutkan dengan shalat ba’diyah Isya sendiri-sendiri, kemudian tanpa menunggu lama dilanjutkan dengan shalat Tarawih 20 Rokaat.

Disetiap 2 Rokaat sang mubaligh akan mengatakan:

(فضلا من الله ونعمة)

yang artinya ya Allah berikanlah karunia dan kenikmatan kepada kami. kemudian para jamaah akan menjawab serentak dengan kalimat:

(مغفرة ورحمة يا واسع المغفرة يا الله)

Yang artinya: begitu juga Ampunan dan Rohmat-Mu Wahai dzat yg maha luas ampunan-Mu ya Allah.
Kalimat-kalimat tersebut sangat memompa semangat para jamaah dan menambah kekhusu’an selama beribadah.

Adapun setelah Rokaat ke-4 seluruh jama’ah akan serentak mengucapkan kalimat tahlil:

(لا اله إلا الله)

Kemudian sang mubaligh menyerukan untuk bersholawat kepada Rosulullah, lalu diikuti Jamaah dengan bersholawat juga, setelah selesai Rokaat ke-8 sang mubaligh akan menyebutkan Kholifah Abu bakar as-shidiq dan menyuruh jamaah mendoakan beliau (doakanlah semoga Allah meridloinya), seketika dengan serentak jamaah menjawab semoga Allah meridloinya, begitu juga Sayidina Umar bin khotob di Rokaat ke-12, Sayidina Usman dirokaat ke-16 dan Sayidina Ali dirokaat ke-20.

Selesai dari shalat tarawih jamaah akan berdoa yang dipimpin oleh Imam, kemudian dilanjutkan sholat witir 3 Rokaat, Rokaat pertama imam akan membaca surah (Sabihisma) Rokaat kedua membaca (alkafirun), dan Rokaat terakhir imam membaca (Al-Ikhlas, al-Falaq, dan An-Nas) jadi satu, seperti hanya yang dilakukan di Indonesia pada umumnya.

Kemudian, Imam akan memimpin doa Setelah shalat Witir dan juga Niat puasa untuk besoknya.

Semua rangkaian ibadah shalat tarawih di sini pun selesai, tinggal yg terakhir adalah menikmati alunan Qosidah Bazaziyah yg dibaca disetiap masjid Tarim selepas melakukan shalat Tarawih, bagi jamaah yg ingin pulang akan membubarkan diri, sedangkan yg ingin menikmati sejuk dan hikmatnya alunan indah Qosidah tersebut akan menunggu hingga selesai.

Yg saya rasakan mendengarkan Qosidah itu membuat jiwa ku merinding, menusuk sampai dalam hati, bahkan jika kita tak memahami artinya sekalipun.

Semoga Allah selalu memberikan kita kekuatan untuk menjalankan ibadah puasa ini, kekuatan untuk tadarus Alquran, qiyamul lail juga amalan-amalan Sholeh lainnya, dan semoga semua Amal ibadah kita diterima oleh Allah Subhanhu wata’ala, Aminnnn.

Oleh: Misbachun Niam Izzudin, Selasa, 13 April 2021

Demikian Kisah Malam Pertama Ramadhan Di Masjid Ba’alawi Tarim. Semoga bermanfaat.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *