Kisah Kewalian Mbah Kiai Nur Muhammad Ngadiwongso Magelang.
Suatu hari, diantar H. Bukhori, Mbah Dalhar Watu Congol mengisi pengajian di sebuah kampung. Pelosok. Saat pulang tiba-tiba mobilnya mogok. Bingung. Saat itulah mereka berdua mengalami hal ghaib.
Saat tengah bingung dengan mobilnya, datanglah seorang kampung untuk membantu. Karena bingung sampai daerah mana, Mbah Dalhar bertanya tempat ini daerah mana.
“Ini daerah Ngadiwongso, Kisanak.” Jawab orang kampung itu.
Mendengar kata Ngadiwongso, teringatlah Mbah Dalhar dengan seorang misterius yang dijumpainya saat menjalankan ibadah haji. Mengaku bernama Nur Muhammad, nama yang asing di telinganya.
Saat itu, sebagai sesama orang Magelang seharusnya tau jika ada yang berangkat haji, karena waktu itu memang tak banyak orang yang mampu berangkat haji. Bahkan Kiai Dalhar belum pernah mendengar ada kiai yang bernama Nur Muhammad di Ngadiwongso, Salaman, Magelang.
Pesan Nur Muhammad waktu itu, Kiai Dalhar dipersilakan mampir jika kebetulan ke Ngadiwongso.
Kemudian Mbah Dalhar bertanya pada orang kampung itu tentang seseorang bernama Nur Muhammad. Orang kampung itupun menunjukkan rumah Nur Muhammad. Swbuah rumah mungil yang ada di bawah rerimbunan pohon bambu.
Dan benar, yang dimaksud Nur Muhammad adalah orang yang sama dengan yang dimaksud Mbah Dalhar.
Acara jumpa kangen itupun gayeng. Penuh canda-tawa. Berbagai hidangan yang dimiliki Nur Muhammad dikeluarkan. Mbah Dalhar dan H. Bukhori dijamu dengan cara istimewa malam itu.
Dan ketika pamit, mobil yang tadinya mogok, sudah menyala lagi. Kemudian pulang dengan keduanya dengan nyaman sampai di rumah.
Ketika suatu saat Mbah Dalhar ke Ngadiwongso, dan berniat mampir ke tempatnya Nur Muhammad, ia kaget: ternyata rumah Nur Muhammad tidak pernah ada. Yang ada hanyalah sebuah kuburan di bawah pohon bambu yang lebat.
Sampai di sini Mbah Dalhar merasa sangat heran. Jadi, siapa yang menemuinya malam itu? Padahal nyata-nyata Nur Muhammad memang orang yang sama dengan yang ditemuinya saat ibadah haji.
Saat Mbah Dalhar bertanya pada orang kampung, tak ada yang kenal dengan yang namanya Nur Muhammad. Mereka hanya tahu bahwa di tempat itu memang hanya ada sebuah kuburan yang tak terawat.
Saat ini, makam Kiai Nur Muhammad sudah dibangun megah. Hampir tiap malam ramai diziarahi orang.
Cerita di atas diriwayatkan oleh Gus Tasyim Pandanaran, saat pengajian rutinan Kamis Wage di Ponpes Pandanaran, sekira empat bulan lalu.
Menurut cerita, Kiai Nur Muhammad adalah salah satu guru spiritualnya Pangeran Diponegoro. Sehingga, jarak waktu saat malam jamuan Mbah Dalhar dan H. Bukhori dengan wafatnya Kiai Nur Muhammad sangat lama. Bahkan ratusan tahun.
Penulis: Jintung Idjam, Mahasiswa IIQ AN NUR Ngrukem, Bantul.
_______________
Semoga artikel Kisah Kewalian Mbah Kiai Nur Muhammad Ngadiwongso Magelang ini memberikan manfaat dan keberkahan untuk kita semua, amiin..
simak artikel terkait di sini
simak video terkait di sini