KH Damanhuri, Rais Syuriah PCNU Bantul.
Kisah keutamaan hari ‘Asyura’ yang bersumber dari kitab -Irsyadul ‘Ibad ila Sabili ar-Rasyad- buah karya ulama besar al-Imam as-Syaikh Zaenuddin bin ‘Ali al-Mu’biriy al-Malibariy r.a.
Dalam kitab tersebut disebutkan:
وَحكَى الْيَافِعِيُّ أَنَّهُ كَانَ فِي الرَّيِّ قاضٍ غَنِيٍّ، فَجَاءَهُ فَقِيْرٌ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ فَقَالَ لَهُ: أَعَزَّ اللهُ الْقَاضِيَ أَنَا رَجُلٌ فَقِيْرٌ ذُوْ عِيَالٍ، وَقَدْ جِئْتُكَ مُسْتَشْفِعًا بِحُرْمَةِ هَذَا الْيَوْمِ لِتُعْطِيَنِيْ عَشْرَةَ أَمْنَانِ خُبْزٍ وَخَمْسَةَ أَمْنَانِ لَحْمٍ، وَدِرْهَمَيْنِ، فَوَعَدَهُ الْقَاضِيْ بِذَلِكَ إِلَى وَقْتِ الظُّهْرِ،
Imam Yafi’i mengisahkan bahwa di kota Array (kota kuno di Iran Utara) terdapat Qadhi yang kaya-raya. Suatu hari kebetulan hari ‘Asyura’ datanglah seorang faqir.
Berkatalah si faqir itu, “Semoga Allah memuliakan tuan Qadli. Wahai tuan Qadli, adalah saya seorang faqir yang mempunyai tanggungan keluarga. Demi kemuliaan hari ini, saya meminta pertolongan dari tuan agar tuan memberi saya sepuluh keping roti, lima potong daging dan uang dua dirham.”
Kemudian sang Qadli menjanjikan akan memberinya pada waktu Dhuhur.
فَرَجَعَ فَوَعَدَهُ إِلَى الْعَصْرِ، فَلَمَّا جَاءَ وَقْتُ الْعَصْرِ لَمْ يُعْطِهِ شَيْئًا،
Orang faqir tersebut kembali pada waktu Dhuhur kepada sang Qadli. Tetapi sang Qadli menjanjikannya lagi sampai waktu ‘Ashar tiba. Dan ketika tiba waktu ‘Ashar, sang Qadli pun tetap tidak memberikan apa-apa.
فَذَهَبَ الْفَقِيْرُ مُنْكَسِرَ الْقَلْبِ،
Maka pergilah si faqir dengan hati yang pecah-belah.
فَمَرَّ بِنَصْرَانِيٍّ جَالِسٍ بَابَ دَارِهِ فَقَالَ لَه: بِحَقِّ هَذَا الْيَوْمِ أَعْطِنِيْ شَيْئًا
Lalu si faqir melewati seorang Nasrani yang sedang duduk-duduk di hadapan pintu rumahnya. Berkatalah si faqir kepada si nashrani: “ Demi keagungan ini hari, berilah saya sesuatu.”
فَقَال النَّصْرَانِيُّ: وَمَا هَذَا الْيَوْمُ؟
Si Nasrani bertanya, “Hari apakah hari ini?”
فَذَكَرَ لَهُ الْفَقِيْرُ مِنْ صِفَاتِهِ شَيْئًا،
Maka si faqir menerangkan sebagian keutamaan-keutamaan hari ‘Asyura’.
فَقَالَ لَهُ النَّصْرَانِيُّ: اُذْكُرْ حَاجَتَكَ فَقَدْ أَقْسَمْتَ بِعَظِيْمِ الْحُرْمَةِ،
Berkata si Nasrani , “Sebutkan apa kebutuhanmu, karena engkau telah bersumpah dengan agungnya kemuliaan hari ‘Asyura’.
فَذَكَرَ لَهُ الْخُبْزَ وَاللَّحْمَ وَالدِّرْهَمَيْنِِ،
Maka si faqir menyebutkan kebutuhanya kepada si Nasrani, yaitu sepuluh keping roti, lima potong daging dan uang dua dirham.
أَعْطَاهُ عَشْرَةَ أَقْفِزَةِ حِنْطَةٍ وَمِائَةً مِنْ لَحْمٍ وَعِشْرِيْنَ دِرْهَمًا وَقَالَ: هَذَا لَكَ وَلِعِيَالِكَ مَا دُمْتُ حَيًّا فِيْ كُلِّ شَهْرٍ، كَرَامَةً لِهَذَا الْيَوْمِ،
Maka si Nasrani memberi si faqir sepuluh qafizah (nama takaran, kurang lebih 12 sha`) gandum, seratus potong daging dan uang dua puluh dirham seraya berkata: “Ini untuk kamu dan keluargamu, selagi aku masih hidup (akan aku beri) setiap bulan, karena kemuliaan hari ini.”
فَذَهَبَ الْفَقِيْرُ إِلَى مَنْزِلِهِ،
Dan pulanglah si faqir (dengan membawa pemberian dari si Nasrani-pen) ke rumahnya.
فَلَمَّا جُنَّ اللَّيْلُ وَنَامَ الْقَاضِيْ سَمِعَ هَاتِفًا يَقُوْلُ: اِرْفَعْ رَأْسَكَ فَرَفَعَ رَأْسَهُ، فَأَبْصَرَ قَصْرًا مَبْنِيًّا بِلَبِنَةٍ مِنْ ذَهَبٍ وَلَبِنَةٍ مِنْ فِضَّةٍ، وَقَصْرًا مِنْ يَاقُوْتَةٍ حَمْرَاءَ يَبِيْنُ ظَاهِرُهُ مِنْ بَاطِنِهِ، فَقَالَ: إِلَهِيْ مَا هَذَانِ الْقَصْرَانِ؟ فَقِيْلَ لَهُ: هَذَانِ كَانَا لَكَ لَوْ قَضَيْتَ حَاجَةَ الْفَقِيْرِ، فَلَمَّا رَدَدْتَهُ صَارَا لِفُلَانٍ اَلنَّصْرَانِيِّ، قَالَ: فَانْتَبَهَ الْقَاضِيْ مَرْعُوْبًا يُنَادِيْ بِالْوَيْلِ وَالثُّبُوْرِ،
Kemudian ketika malam telah tiba dan sang Qadli tidur (lalu bermimpi-pen) mendengar hatif (suara yang tidak terlihat orangnya-pen), berkata:
“Angkat kepalamu!” Maka sang Qadli pun mengangkat kepalanya. Lalu dia melihat sebuah istana yang dibangun dengan batu-bata dari emas dan perak, dan sebuah istana lagi dibangun dari yaqut merah yang di mana nampak jelas bagian luarnya (dilihat) dari dalam.
Ia pun (Qadli) bertanya, “Wahai Tuhanku, apakah dua istana ini?”
Maka dijawablah kepadanya, “Keduanya (sebenarnya-pen) untukmu, apabila kamu mau memenuhi kebutuhan si faqir, maka ketika kamu menolaknya, kini istana itu jadi milik seorang Nashrani .”
Berkata (Imam al-Yafi’i r.a meneruskan hikayatnya-pen): Lalu terbangunlah sang Qadli dalam keadaan ketakutan sambil berkata kerusakan dan kecelakaan besar (bagiku).
فَغَدَا إِلَى النَّصْرَانِيِّ فَقَالَ لَهُ: مَاذَا فَعلتَ الْبَارِحَةَ مِنَ الْخَيْرِ؟
Maka ketika pagi dini hri (uput-uput, Jawa) sang Qadli pun segera pergi ke rumah si Nasrani seraya bertanya kepadanya , “Amal kebaikan apakah yang telah kau lakukan kemarin?”
فَقَالَ: وكَيْفَ ذَلِكَ؟
Si Nasrani (balik) bertanya: “Ada apa gerangan?”
فَذَكَرَ لَهُ الرُّؤْيَا ثم قال له: بِعْنِيْ الْجَمِيْلَ الَّذِيْ عَمِلْتَهُ مَعَ الْفَقِيْرِ بِمِائَةِ أَلْفِ دِرْهَمٍ،
Maka sang Qadli pun menceritakan mimpinya, kemudian dia berkata kepada si Nasrani: “Juallah amal baik yang engkau perbuat terhadap si faqir kepadaku dengan harga seratus ribu dirham!”
فَقَالَ: أَيُّهَا الْقَاضِيْ كُلُّ مَقْبُوْلٍ غالٍ لَا أَبِيْعُ ذَلِكَ بِمِلْءِ الْأَرْضِ كُلِّهَا أَتَبْخَلُ عَلَيَّ بِالْقَصْرَيْنِ؟
Kata si Nasrani: “ Wahai Qadli, setiap amal yang diterima adalah mahal (tidak ternilai harganya-pen), aku tidak akan menjualnya sekalipun dengan harga bumi seisinya. Apakah kamu berbuat bakhil (tidak mau memberikan) juga kedua istana itu untukku?”
فَقَالَ: أَنْتَ لَسْتَ بِمُسْلِمٍ،
Sang Qadli pun berkata: “Bukankah engkau bukan orang Islam?”
فَقَطَعَ الزُّنَّارَ وَقَالَ: أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَأَنَّ دِيْنَهُ هُوَ الْحَقُّ.
(Maka ketika sang Nasrani mendengar perkataan dari sang Qadli), lalu seketika itu juga orang Nasrani tersebut memotong ikat pinggangnya dan mengucapkan dua kalimat syahadat:
“Asyhadu an laa ilaaha illallaah wa asyhadu anna Muhammadar rasuulullaah.” Sesungguhnya tiada tuhan kecuali Allah, Dan sesungguhnya Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Dan sesungguhnya agama yang dibawanya adalah agama yg benar.
Selanjutnya ia pun meninggal dunia dengan husnul khatimah. Wallaahu A’lam.
Demikianlah sekelumit kisah berkaitan dengan keutamaan hari ‘Asyura’. Tentang kedermawanan seorang Nashrani berkat kemuliaan hari Asyura ia mendapat hidayah meninggalkan dunia dengan khusnul khatimah.
Maka analog baliknya seseorang meskipun telah beriman Islam tetapi karena sifat bakhil dan kikirnya dikhawatirkan jika akhirnya meninggalkan dunia tidak dengan iman islamnya alias suul khatimah.
Na’udzubillahi min dzalik.
Semoga Bermanfa’at