Kisah Kedekatan Mbah Chudlori Tegalrejo dan Kiai Mahrus Aly Lirboyo
Mbah Chudlori (Tegalrejo Magelang) itu dekat dengan ayah saya (Mbah Mahrus Lirboyo Kediri)
Suatu saat, Bung Karno menawari ayah saya “kursi” di MPRS. (Bung Karno yang dikenal dekat dengan para Habaib dan Kiai).
Bapak saya mau nolak ya gak enak rikuh, akhirnya bapak bilang : “Kalau KH Chudlori mau, saya juga mau, kalau tidak saya juga tidak”. (padahal mana mungkin beliau mau) Akhirnya jawabannya Mbah Chudlori tidak mau, lebih memilih mengajar santri, memilih ngaji.
Itu lho… Yang dibuat ukuran/acuan bapak saya ya Mbah Chudlori. Hanya di Tegalrejo, 1 tahun Khatam Ihya Ulumuddin. Setiap tahun yang Khatam 600an, terus sek dadi wali pirang persen kui. Lak wes gegeri (sambil beliau nggujeng).
Santri makan banyak gak masalah soale berkah (yang jelas makanan dr Ahlu/pondok) [Ditulis dari Pangendikanipun Simbah Kyai Abdullah Kafabihi Mahrus Lirboyo dalam acara Khataman Ihya Ulumuddin Limadza Tegalrejo]
Ada cerita lain :
Dikisahkan, dahulu semasa nyantri di Watucongol beliau simbah Kyai Mahrus sangat dekat dengan simbah Kyai Chudlori, Mbah Mahrus menganggap Mbah Chudlori sebagai seniornya dengan menyebut mbah Chudlori dengan panggilan “Mas”.
Bahkan saat Mbah Chudlori diambil menjadi menantu oleh Mbah Dalhar (Sang Guru di Watucongol), Kyai Mahrus Ali dipercaya sebagai ketua panitia dalam pernikahan putri gurunya tersebut.
Kemudian keduanya menjadi menantu Kyai Kyai Besar. Kyai Chudlori sosok Ulama yang unik, Ulama yang memberikan ruang luas bagi budaya lokal sedangkan Kyai Mahrus Ali adalah sosok Ulama yang sangat disiplin dan sang pejuang sejati.
Lahum Alfaatihah…
Demikian Kisah Kedekatan Mbah Chudlori Tegalrejo dan Kiai Mahrus Aly Lirboyo. Semoga bermanfaat.
Penulis: Ryzy Abdillah