Kisah Imam Ahmad bin Hanbal Mimpi Melihat Allah SWT.
Dikisahkan oleh Syaikh Ibrahim Al Baijuri: Imam Ahmad bin Hanbal sering bermimpi melihat Allah Ta’ala. Sampai seratus Kali!
Setelah beliau bermimpi yang ke sembilan puluh sembilan, terlintas sebuah keinginan darinya:
“Andai Aku mimpi bertemu Allah yang ke seratus kali. Aku akan mengajukan sebuah
pertanyaan”.
Benar! Esok harinya beliau bermimpi bertemu Allah lagi. Tanpa basa-basi beliau langsung mengajukan sebuah pertanyaan:
“Wahai Tuhanku … Apa amal mutaqarrabun (Orang yang suka beribadah pada Allah) yang paling bisa mendekatkan pada-Mu?”.
“Membaca FirmanKu (Al Qur’an)”.
“Membaca dengan Faham, atau membaca dengan tidak faham kandungan Al Qur’an?”.
“Yaa Ahmad,,,, Keduanya sama saja, faham atau tidak”
Kisah yang saya kutip dari kitab Tuhfatul Murid Karya Syaikh Ibrahim al-Baijuri Hal: 70. Dengan sedikit penambahan dan penyesuaian bahasa ini, dulu sekali pernah hamba ketik di FB alFattah Pule.
Dan kemaren. Lagi-lagi menemukan kisah hampir sama dalam kitab Bughyatul Mustarsyidinnya Sayyid Abdurrahman Ba’alawi Hal 60 al-Hidayah dengan redaksi terjemah begini:
(Faidah) Waktu antara shalat sunnah subuh dengan fardhu subuh, disunnahkan membaca doa yang di nukil dari Imam Turmudzi sang bijaksana, yang berkata:
“Aku bermimpi bertemu Allah al-Haq Jalla Jalaaluh berkali-kali. –Disalah satu mimpiku– Aku bertanya, ‘O, Allah. Aku takut hilangnya keimanan ini’. Lalu Dia memerintahkanku membaca doa ini antara waktu sunnah subuh dan fardhunya 41 kali, yakni:
يا حي يا قيوم يا بديع السموات والارض يا ذاالجلال والإكرام يا الله لا إله إلا أنت أسألك أن تحيي قلبي بأنوار معرفتك يا الله يا الله يا أرحم الراحمين
O, Dzat yang maha hidup. O, Dzat yang tidak bergantung pada Makhluk-Nya-. O, Dzat yang menciptakan langit dan bumi. O, Dzat yang agung dan mulia. Ya, Allah. Tiada Tuhan selain Engkau. Kupinta pada-Mu, agar Kau hidupkan hatiku dengan cahaya-cahaya makrifat-Mu. Ya Allah. Ya Allah. Ya arhamar-raahimin.
***
Yang menarik bukan khilafiyyah mimpi bisa dibuat hujjah atau tidak. Atau larangan menggambarkan Allah sebagai mana makhluk-Nya.
Tapi, bagaimana kedua sikap Imam agung itu. Iya, Imam Ahmad bin Hambal yang jadi peletak salah satu madzhab fiqh besar dan Imam Turmudzi yang kitab hadisnya diakui seluruh dunia islam saja masih mengharapkan jadi al-mutaqarrabun; yang didekatkan kepada Allah dan tidak ingin lepas imannya. Hei, itu beliau berdua! Bukan manusia kaleng-kaleng seperti pengetik!
Makanya, setelah membaca kitab itu, hamba perpesan pada konco-konco ngaji bareng Bughyah, “Wes, sing penting awake ndungo bareng-bareng mugo iso tetep iman lan islam. Sebab gak mesti lho mondok suwe; soyo ngalim; soyo duwur pendidikane, imane soyo kandel. Iling toh?! Bal’am bin Baura karo Barseso?!”
Dan mereka hanya diam. Ada yang terlihat antusias, ada yang terkantuk-kantuk, bahkan ada yang numplek sambil ngorok hard.
Demikian Kisah Imam Ahmad bin Hanbal Mimpi Melihat Allah SWT, semoga bermanfaat.
Penulis: Robert Azmi.