Kisah Hidup Imam Al-Haddad dan Rahasia Wali Jadzab. Tentang seorang wali jadzab, janganlah ingkar. Terkadang yang tampak buruk di sisi makhluq, boleh jadi baik di sisi khaliq (Allah). Kenapa tidak boleh ingkar pada waliyulloh, padahal sebagian dari mereka ada yang Jadzab, tidak menutup aurat, tidak shalat, tidak puasa, bahkan semua perilakunya seakan-akan menyimpang dari syariat?
Dalam kitab yang kami kaji dari KH. Abdullah Balya, Demangan Timur, Bangkalan, Madura. Kitab al-Manhaj as-Sawi, karya Habib Zain Bin Ibrahim Bin smith Baalawi al-Hasani, dalam fasal ” fi at-Tahdzir minal ilnkar ala al-Awliya’ wa as-Shalihin”. Sejatinya tindakan para wali Allah yang secara dzahir menyimpang dari syariat, seperti membuka aurat, tidak shalat dll, itu mengandung banyak rahasia serta faedah yang hanya orang-orang tertentu (الخواص) yang mengetahuinya.
Salah satu faedahnya adalah untuk meringankan murka Allah yang akan ditanggung orang-orang yang menghinanya, sebab pastinya dengan menghina tanpa tahu bahwa yang dihina adalah waliyulloh tentunya murka Allah akan lebih ringan dari pada penghina yang tahu akan kewaliyannya. Dan dengan menampakkan keburukannya, mereka senantiasa hanya ikhlas beribadah untuk tuhan, tanpa mempedulikan pujian ataupun makian dari makhluk.
Sejak dulu memang banyak wali jadzab yang secara dzahir menyimpang dari syariat.
Ada sosok yang berubah-rubah saat salat.
Diriwayatkan, ada seorang Faqih (ahli syariat/fiqih) yang bertemu dengan seorang faqir yang sedang duduk, lantas ketika adzan dikumandangkan, sang faqir tetap duduk ditempatnya, lalu Faqih tadi ingkar pada perilaku faqir seraya memerintahkannya salat berjamaah.
Dan ketika faqih salat, ia selalu memandang pada arah sang faqir yang salat di sampingnya, anehnya, setiap pergantian rakaat, ia melihat orang yang salat di sampinya tadi berganti sosok berbeda-beda disetiap rakaat, barulah ketika rakaat keempat, sosok faqir yang tadi itu kembali ada di sampinya seraya mengucapkan salam akhir bersamanya.
Lalu sang faqir berkata,” wahai faqih, yang manakah dari empat orang tadi yang salat bersamamu ? ”
Barulah sang Faqih sadar dan mengakui karomah serta kewalian sang Faqir, sehingga ia tidak ingkar lagi padanya.
Ada satu sosok di dua tempat berbeda dalam satu tempo waktu.
Dalam kitab “Tatsbit al-Fuad”, diriwayatkan dari Sayyid Imam Abdullah Bin Alawi al-Haddad, bahwa Syekh Abdullah al-Idrus duduk bersama laki-laki yang sedang menggaruk-garuki kedua kaki syekh Abdullah. Ketika waktu salat telah tiba, laki-laki tersebut berkata ” berdirilah, ayo salat “, lalu syekh Abdullah menjawab, ” aku sudah salat “, padahal dari tadi beliau bersamanya, tidak kemana-mana.
Ketika laki-laki itu keluar untuk salat, ia melihat segerembolan jamaah keluar dari masjid, lantas ia bertanya,
” siapa yang salat (menjadi imam) bersama kalian ?. ”
Lalu mereka menjawab, ” kami salat bersama Syekh Abdullah al-Idrus “.
Laki-laki tadipun keheranan, karena Syekh Abdullah al-Idrus sedang bersamanya dari tadi, tidak masuk akal jika ia sudah salat berjamaah.
Qissah (cerita) di atas dikomentari oleh Sayyid al-Haddad,
” hal-hal menakjubkan semacam ini hanya dimiki awliyaullah, tidak boleh ada yang ingkar. Sebab kapasitas dan kualitas nalar akal para pengingkar belum sampai pada derajat awliyaullah yang mereka ingkari ”
Ada yang puasa satu hari serasa sebulan.
Sayyid Imam Ahmad Bin Hasan al-Atthas menceritakan, ada salah seorang waliyullah yang dicurigai tidak akan puasa di bulan Ramadan, sehingga ada seorang laki-laki yang bertekad ingin membuktikannya.
Ketika masuk hilal Ramadan, laki-laki itu meminta wali tersebut untuk selalu bersamanya selama bulan ramadan berlangsung.
Sang wali menyetujuinya dengan syarat berada di suatu tempat yang hanya berdua, dan tanpa sepengetahuan orang lain.
Lalu keduanya berpuasa dari hari pertama sampai tuntas satu bulan ramadan, tanpa satu haripun dilewatkan.
Dan ketika memasuki bulan Syawwal, tepatnya di hari idul fitri, laki-laki tersebut pamit untuk keluar,
” Ramadan telah berlalu, aku pamit keluar ( dari tempat yang hanya berdua ) ”
Lalu sang wali menizinkannya pergi.
Ketika laki-laki itu bertemu orang-orang di luar, ia mengucapkan tahniah (ucapan selamat idul fitri), lalu orang-orang malah berkata,
” apa kamu bermain-main, atau kamu telah gila ?, bagaimana kamu mengucapkan selamat idul fitri, padahal sekarang masih di awal malam bulan Ramadan ? ”
Laki-laki tersebut tercengang keheranan,
” padahal aku sudah puasa satu bulan penuh bulan Ramadan ”
Lalu ia pergi seraya merendahkan diri, dan mengakui kewalian sang wali tadi.
So, tugas kita hanya husnudzan, karena terkadang yang menurut kita buruk, boleh jadi itu baik di mata tuhan.
semoga artikel tentang kisah hidup imam al-haddad dan rahasia wali jadzab dapat memberikan manfaat bagi kita semua, amin Allahuma amiin..
Referensi: al-Manhaj as-Sawiy
Penulis: Hamidi Khann.
simak juga artikel terkait kisah hikmah disini
simak juga video tentang kisah hikmah disini