Kisah Gadis Cantik Jatuh Cinta Pada Pemuda Buruk Rupa

Kisah Gadis Cantik Jatuh Cinta Pada Pemuda Buruk Rupa

Kisah Gadis Cantik Jatuh Cinta Pada Pemuda Buruk Rupa.

Kisah ini dari Sayyidina Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhum, tentang lelaki cerdas, terpelajar dengan akhlaq indah yang merupakan penduduk Madinah:

Ketika aku bertamu di rumah salah satu keturunan suku Quraish. Disana, juga duduk gadis cantik dan pemuda buruk rupa, baru kali ini aku melihat orang seburuk itu. Si jelita lebih suka berbicara, bergurau, bahkan menyanyi riang dihadapannya!

Ketika mereka asyik bercengkrama, datang lelaki sangat tampan dengan pakaian pilihan dan bau harum semerbak –Ia cerdas, terpelajar dengan akhlaq indah–.

Kata tuan rumah kepadaku. “Aku heran dengan mereka”.

“Kenapa?”

“Lhaiya. Gadis cantik ini menyukai dia si buruk rupa, tapi lelaki itu blass tidak menyukainya. Sedang si ganteng itu mencintainya, namun gadis itu malah menolaknya.”

Waktu minuman mulai disuguhkan, tiba-tiba si ganteng berdiri dan melantunkan sebuah syair:

“Demi Dzat yang menganugrahkan asmara pada mereka # Sakit ini telah Dia timpakan dan buka”,

“Lalu Dia meyakinkanku: Bahwa Aku menguji kalian # Kemudian lakukan sekehendakmu (Hai wanita keji). Itu semua jauh dari ilmu.”

Mendengar syair sindiran tersebut, si gadis langsung berbalik arah menghadap padanya dan berkata: “Kita sama-sama tahu kan?! (kalau aku tak mencintaimu), Maka, pergiiii!!!”, lalu ia menuju lelaki paling jelek wajahnya dan melanjutkan cengkramanya.

Tak puas dengan syair pertama. Lelaki tampan yang tertolak, mendendangkan puisi lagi:

“O, Andai aku buta dan tuli hingga kalian semua menuntunku # ke mutiara, yang ucapannya tak menyamarkanku.”

Tapi, syair melas itu dijawab dengan ketus olehnya: “Ya, Tuhan. Kabulkan pinta hambamu itu!”

Entah, kenapa jawaban itu membuatku marah. “He, wanita culas! Apakah kau memilih dia ini yang lebih jelek dari para pendosa, dibanding yang tampan melebihi taubatnya orang-orang taubat?!”

Dan jawabnya: “Cinta tak bisa memilih!”. Lalu dia mendendangkan sebuah syair:

“Jangan kau caci pecinta atas asmaranya # karena setiap yang gila cinta, kesadarannya terpenjara”

“Sangkanya. Kekasihnya tampan menawan # Walau kenyataannya bagian dari kera.”

“Baik” kataku, “Terserah kalian berdua! Ini sudah tidak bisa dihindarkan” kemudian aku menyitir syair Umar bin Rabiah:

“Sembari berkata padaku. Para wanita itu tertawa # ‘Setiap yang di cinta, terasa indah dalam pandangan mata’”.

Wallahu A’lam bis-Shawaab.

(Kisah Gadis Cantik Jatuh Cinta Pada Pemuda Buruk Rupa  ini dari Kitab Nihayatul Arab Syaikh Syihabuddin an-Nuwairy 2/136 Syamilah).

Kata hamba dari orang-orang dulu: “Jo ngelokke nemen-nemen wong katrisnan. Ngko mbalik nang sliramu. Nek nyalahi aturan, alus tuturi, ojo mbok gojlogi opo meneh nglarani (Jangan mencela terlalu orang kasmaran. Khawatir nanti akan kembali pada dirimu. Kalau menyalahi aturan syariat, nasehati dengan halus, jangan kau maki apalagi menyakiti).

Ketika menghadapi dua santri yang sedang kasmaran berat hingga melanggar batas syariat. Ayah dulu, setelah beberapa kali memanggil, menasehati dan menegur mereka. Memberi dua pilihan: “Kalian hentikan pelanggaran syariat atau nikah? Kalau nikah akan kunikahkan. Kalau tetap melanggar syariat, kalian akan kukeluarkan dari pondok.”. Sebab andai tak mampu menahan hasrat, jalan terbaik sesuai agama adalah menikah, kalau tidak, akan menjadi gumpalan dahsyat yang memporak-porandakan syariat. Namun, jika kuat menghentikan laju asmara, ia akan menjadi cendekia hebat 😀😀😀.

Penulis: Gus Robert Azmi, Nganjuk.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *