Kisah Dzuljannah: Seekor Kuda Kesayangan Sayyidina Husain
Dzuljannah adalah nama kuda Imam Husain AS yang diberikan Rasulullah SAW untuk menemani Al Husain di Karbala. Ketika Husain masih kecil, ia pernah pergi ke kandang Dzuljannah dan memperhatikannya. Dzuljannah adalah kuda stallion putih yang gagah dan kuat, yang dimiliki oleh seorang Arab, bernama Haris.
Nama asli Dzuljannah adalah Murtajiz dan Maimun, dinamakan Dzuljannah karena suara ringkikannya merdu, nyaring, dan melengking, sehingga membedakannya dari kuda yang lain. Melihat cucunya memperhatikan dengan seksama kuda itu dan seakan sedang terjadi percakapan yang misterius.
Nabi SAW kemudian bertanya: “Husain ku sayang, inginkah kamu menaiki kuda itu?”
Husein Menjawab: “Ya Kakek, aku mau.”
Nabi SAW lantas meminta agar kuda itu diberi pelana. Ketika Husain mendekat, tiba-tiba kuda itu merunduk seakan duduk di atas tanah agar memudahkan anak itu menungganginya. Nabi SAW kemudian membeli kuda itu dari Haris untuk cucunya.
Para sahabat yang hadir melihat kejadian tersebut merasa senang melihat cucu Nabi SAW menunggangi kuda itu, dan kuda itu pun sangat memperhatikan penunggangnya. Ketika Nabi SAW melihat kejadian ini, air mata beliau pun mulai mengalir di pipinya. Seketika pertemuan berubah menjadi kesedihan dan para sahabat mulai mencucurkan air mata.
Salah satu dari sahabat bertanya kepada Nabi SAW: “Hari ini adalah suasana gembira melihat cucumu berada di atas punggung kuda, tapi mengapa engkau menangis ya Nabi?”
Nabi SAW menjawab: “Kalian tidak akan membayangkan apa yang telah kulihat. Adegan itu sangat jelas di depan mataku, karena Murtajiz yang anggun ini telah memanggul cucu tersayangku di punggungnya dengan hati-hati dengan menekuk keempat kakinya. Kelak, akan datang saatnya ketika cucuku tidak akan mampu menjaga dirinya di atas pelana, karena kondisinya yang terluka parah dan kuda yang sangat anggun ini. Murtajiz, akan menurunkan cucuku di atas pasir gurun yang membakar padang Karbala dengan perhatian yang sama, menekuk keempat kakinya dan duduk di tanah, seperti yang baru dilakukannya.”
Mendengar kisah sedih ini, pecahlah tangisan para sahabat. Saat peristiwa Karbala. Pada hari ini Iman Husein cucu kesayangan Nabi dan keluarganya sekitar 70 orang di cincang ramai-ramai oleh sekitar 300 orang utusan Yazid bin Muawiyah.
Seluruh keluarga Cucu kesayangan Nabi di tumpas, termasuk perempuan anak-anak bahkan bayi. Tinggalah Sang Iman Husein sendiri. Iman Husein yang sangat disayang Nabi menjadi bulan-bulanan ratusan tentara. Betapa kejinya mereka, betapa biadabnya mereka. Demi kekuasaan dunia buta mata dan hatinya sampai bangga berbuat begitu sadis terhadap cucu kesayangan Nabi.
Iman Husein dicincang bak binatang buruan. Kepalanya langsung dipenggal dan sangat dihinakan dengan bangganya. Mayat-mayat keluarga Iman Husein yang sudah tak berbentuk berserakan ditinggal begitu saja. Hanya Kepala Cucu kesayangan Nabi yang dicincang.
Kuda (kuda Arab berwarna putih berambut pirang) yang di tunggangi Imam Husain Bin Ali Thalib adalah bernama Dzuljannah, merupakan kuda Rasulallah SAW yang di berikan kepada Husian ketika masih kecil. Ketika imam husain tersungkur dan jatuh pada pertempuran karbala (680 M).
Dzuljannah jalan mengitarinya, melindungi junjungannya dari serangan musuh yang datang. Ia mengusap kepala Imam Husain yang bersimbah darah dengan kepalanya. Puluhan orang merangsek mendekati dzuljannah. Tapi ia dengan tegas mengibaskan kaki dan ekornya, bergeliat begitu perkasa, sehingga beberapa orang dan kuda kuda lainnya jatuh binasa,
Merasa aman dzuljannah kembali kepada Imam Husain mengusap dan menghirup darah yang mengalir dari kepala imam Husain, ketika melihat Imam sudah tidak bernyawa, lalu ia melengking dengan keras, jeritan, teriakan, kesedihan atas perpisahannya. Kemudian dengan cepat ia lari ke tenda perempuan dan anak-anak, setelah itu Dzuljanah tidak pernah terlihat lagi.
Semoga Allah SWT merahmati cucu Baginda Rasulullah SAW. Imam Hasan dan Husain, dan Semoga kelak kita mendapatkan syafaat Rasulullah SAW. . .
Aamiin
Demikian Kisah Dzuljannah: Seekor Kuda Kesayangan Sayyidina Husain