Kisah Dukun Masuk Islam di Masa Khalifah Umar

Kisah Dukun Masuk Islam di Masa Khalifah Umar

Kisah Dukun Masuk Islam di Masa Khalifah Umar.

Ada salah seorang sahabat Nabi yang masuk Islam berkat profesinya sebagai dukun. Beliau adalah Sawad bin Qarib al-Dawsi.

Suatu hari, barangkali pada saat musim haji, Khalifah Umar ibn al-Khatthab bertanya dari balik mimbar, “Adakah di antara kalian orang bernama Sawad al-Dawsi?” Saat itu, jamaah bergeming. Tidak ditemukan di antara mereka orang dengan panggilan macam itu.

Tahun berikutnya, Khalifah mengulang pertanyaan, “Yang punya nama Sawad al-Dawsi mohon berdiri!” Masih tidak ada yang menyambut seruan tersebut.

Kenapa Sayidina Umar begitu penasaran dengan Sawad al-Dawsi? Syahdan, menurut rumor yang beredar, Sawad ini masuk Islam dengan cara yang unik (syai’ ‘ajib). Itulah sebabnya pada tahun berikutnya lagi, Khalifah menanyakan ihwal Sawad kepada jamaah dan ndilalah kali ini ia muncul.

“Kau Sawad?” tanya beliau. Sawad menjawab, “Betul, ya Amiral Mukminin.”

“Apa betul cerita tentangmu yang selama ini beredar?” tanya Umar. “Ah, itu masa lalu,” jawabnya. “Masa laluku juga buruk, kok, tak usah malu. Ceritakan tepatnya kepadaku!”

Sawad pun bercerita:

Suatu hari, di tengah perjalanan di tanah India, Sawad dihampiri sahabat (perewangan)-nya dari kalangan jin. Waktu itu ia tidur dan sang sahabat menendang kakinya seraya memekik, “Hei, Sawad! Cepat bangun!”

Terjaga, Sawad pun mendengar jin itu berkata, “Dengar baik-baik. Pikirkanlah ucapanku ini, jika kau memang makhluk yang mampu berpikir. Telah diutus seorang Rasul dari keturunan Luai bin Ghalib. Bangkit dan ikutilah orang itu, maka kau beroleh petunjuk.”

Mula-mula, Sawad tak menggubris ocehan partner-nya itu. Sampai kejadian yang sama terulang tiga kali, dalam tiga hari berturut-turut. Sawad pun dibikin jatuh hati dan tergerak mencari Nabi yang menurut informasi sedang berada di Mekkah. Dan betul, setelah menempuh perjalanan cukup berat, Sawad akhirnya berhasil bersua dengan Nabi yang ia tahu bernama Muhammad, dan yang saat itu sudah berhijrah ke Madinah.

Sawad al-Dausi adalah dukun (kahin) dari Yaman, dan Nabi Muhammad adalah keturunan kedelapan dari Luai bin Ghalib. Disebut dalam sejumlah hadits shahih, detail kisah Sawad ini dikutip dari Dalail al-Nubuwwah karya Imam al-Baihaqi.

Pertanyaan yang kemudian timbul di benak kita adalah bagaimana mungkin seorang dukun dapat menjadi baik akibat aktifitas perdukunannya?

Dalam Tafsir Bahr al-‘Ulum, Imam Abu Laits al-Samarqandi mengutip Ibn Abbas. Bahwa, sudah sejak lama, masyarakat arab jahiliyah tahu betapa seorang dukun pasti memiliki perewangan berupa jin. Dari jin-jin inilah mereka (para dukun itu) menerima kabar tentang masa lalu, juga terutama soal masa depan. Hebatnya, atau celakanya, informasi yang dibawa oleh para dukun ini rata-rata akurat.

Dan inilah yang terjadi pada para dukun sakti mandraguna, yang amat populer dan menjadi rujukan para ahli nujim pada masanya: Syathih bin Rabi’ dan Syiq bin Rahm.

Syathih adalah penghuni tetap sebuah hutan di daerah Syam. Sementara Syiq berdomisili di sekitaran Hijaz. Seperti diceritakan Imam Ibn Hisyam dalam Sirah al-Nabawiyyah, suatu hari Rabi’ah bin Nashr, Raja Yaman, didera mimpi mengerikan. Untuk mengetahui takwilnya, Rabi’ah mengundang Syathih dan Syiq, meski tidak dalam waktu yang bersamaan. Sang raja hendak menguji apakah penakwilan kedua dukun tersohor itu serupa.

Syathih, yang dipersilahkan mempresentasikan takwil pertama kali, langsung to the point membuka isi mimpi sang raja, padahal waktu itu raja belum sama sekali bercerita detail. Ketika ditanya mengenai takwil, Syathih memberi jawaban mengagetkan, yakni semacam ramalan akan kehancuran dinasti sang raja dan munculnya seorang Nabi yang merupakan keturunan dari Ghalib bin Fihr bin Malik bin Al-Nadhr, yang tak lain adalah nenek moyang Nabi Muhammad Saw.

Syiq memberi takwil yang tidak jauh berbeda dari takwil Syathih. Hanya pilihan kata dan detail waktu saja yang sedikit meleset. Syiq memang menggunakan uraian yang lebih tertata ketimbang bahasa Syathih.

Sejauh pembahasan mengenai Syiq, sebetulnya ada yang menarik, yang sepertinya sayang dilewatkan. Bahwa, seperti dikemukakan Imam al-Mas’udi dalam Akhbar al-Zaman, orang pertama yang berprofesi sebagai dukun juga bernama Syiq. Orang ini, atau masyhur disebut Syiq al-Awwal, adalah putera dari Huwail bin Irim bin Sam bin Nuh ‘Alaihis Salam.

Konon, Syiq al-Awwal ini memiliki satu mata di kening. Ada yang menyebut bahwa dia adalah ayah dari Dajjal, atau menurut pendapat lain dia adalah Dajjal itu sendiri, yang kemudian dipasung di sebuah pulau di tengah samudera, menunggu saat-saat belenggunya dilepas oleh Allah. Dajjal, kita tahu, adalah orang dengan kapabilitas menghasilkan perkara khawariq al-‘adah laiknya sihir para dukun atau mukjizat para Nabi.

Penulis: KH Lukman Hakim Husnan, dosen STIQ Al-Lathifiyah Palembang.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *