Kisah Dahsyat Adab Berbuka Puasa Kiai Syamsul Arifin
KH. R. Syamsul Arifin lahir pada tahun 1619 M di desa lancar, kecamatan larangan, kabupaten pamekasan, madura. Beliau merupakan putra dari KH. Ruham dengan Nyai. Nur Sari (Khotijah).
Ibunda KH. R. Syamsul Arifin (Nyai Nur Sari) adalah keturunan Bendoro saut. Dalam sejarah kerajaan madura, bindoro saut dikenal sebagai Bupati Sumenep yang bergelar Tumenggung tirtonegoro di tahun 1750-an. Bendoro saut merupakan keturunan pangeran katandur yang merupakan cucu Sunan Kudus.
KH. R. Syamsul Arifin ingin mengabdikan dirinya kepada masyarakat tempat ia dilahirkan. Maka, ia beserta istri dan putranya, As’ad, Pulang kampung. Kecuali Abdurrahman yang kala itu, masih berumur 4 tahun dititipkan kepada Nyai Salkah, saudara sepupu Maimunah, yang memang mukim di Mekkah.
Di Kembang Kuning, KH. R. Syamsul Arifin membantu ayahnya mengajar di pondok. Namun belum lama ia menggantikan ayahnya, istri tercinta nyai Maimunah jatuh sakit kemudian meninggal. Jenazah almarhum Nyai Mamunah (Ibu kandung As’ad) ini kemudian dimakamkan di belakang masjid jami’ Tallang, sekitar 300M sebelah timur Pondok Kembang Kuning. KH. R. Syamsul Arifin kemudian nikah lagi dengan Nyai Siti Syaidah, janda dari kiai Syarkowi pendiri pondok Guluk-Guluk Sumenep.
Konon, ketika Kiai Syamsul Arifin berpuasa, baik puasa wajib maupun puasa sunnah, dan bila tiba waktu berbuka, yang ditandai dengan bunyi bedug dan kumandang adzan, beliau tidak serta-merta langsung menyantap hidangan yang telah disiapkan. Beliau dengan sabar menunggu hingga kumandang adzan selesai, sebagai bentuk
penghormatan dan menjawab setiap kalimat panggilan shalat tersebut. Setelah adzan selesai, barulah beliau mencicipi sedikit makanan dan minum. Setelah itu beliau bergegas untuk melaksanakan ibadah shalat Maghrib. Setelah shalat Maghrib, baru beliau melanjutkan berbuka puasanya.
Subhanallah.. semoga kita mampu meneladani perilaku beliau. Setidaknya mendekati sedikit.
Demikian Kisah Dahsyat Adab Berbuka Puasa Kiai Syamsul Arifin. Semoga bermanfaat.
Penulis: Ainun Najib