Kisah Abah Anom Antarkan Muridnya Mi’raj di Alam Malakut.
Pada tahun 1988 diselenggarakan Penataran Muballigh TQN Suryalaya. Bertempat di kediaman Ketua Bidang Ilmu & Dakwah saat itu, yaitu Drs KH Otong Sidiq Djajawisastra, di Banjarsari Ciamis. Pelaksanaannya berjalan satu pekan, dari hari Senin sampai hari Sabtu.
Pada hari Rabu, di antara peserta penataran yang bernama KH Yasin Nur Falah meminta penjelasan sebuah Hadits Qudsi. Kiai Yasin bertanya kepada Kiai Otong dengan pertanyaan sebagai berikut:
“Mohon penjelasan tentang hadits qudsi yang berbunyi;
بَنَيْتُ فِى جَوْفِ اِبْنِ آدَمَ قَصْرًا وَفِى الْقَصْرِ صَدْرً وَفِى الصَّدْرِ قَلْبًا وَفِى الْقَلْبِ فُؤَادً وَفِى الْفُؤَادِ شَغَافًا وَفِى الشَّغَافِ لَبًّا وَفِى لَبِّ سِرًّا وَفِى السِّرِّ أَنَا
(Aku jadikan di dalam diri anak Adam suatu Istana, di dalam Istana ada Shadr, di dalam Shadr ada Qalbu, di dalam Qalbu ada Fuad, di dalam Fuad ada Syaghaf, di dalam Syaghaf ada Lubb, di dalam Lubb ada Sirr, di dalam Sirr ada Aku.)
Bagaimana pemahamannya & penerapannya dalam amaliah dzikrullah kita?”
Kiai Otong agak terkejut mendapatkan pertanyaan demikian. Lalu dengan tawadhu’ Kiai Otong berkata:
“Wahhh saya belum sampai situ… Saya tidak berani menjawab…”
Maka pertanyaan tersebut dipending & tidak dibahas lagi sampai penataran selesai pada hari Sabtu. Selesai acara penutupan penataran lalu seluruh peserta penataran diboyong ke Ponpes Suryalaya. Karena sudah menjadi tradisi setiap penyelenggaraan Penataran Muballigh TQN Suryalaya, maka para pesertanya akan menerima doa restu & talqin lathifah 7 dari Pangersa Abah Anom, panggilan masyarakat kepada KH Ahmad Shohibul Wafa Tajul Arifin.
Sekian jam kemudian semua peserta sdh tiba di ruangan Madrasah Ponpes Suryalaya. Mereka semua dengan sabar duduk menantikan kehadiran Pangersa Abah. Lalu pintu ruang tengah Madrasah terbuka, nampak Pangersa Abah berjalan mantap ke arah salah seorang peserta. Semua tertegun & memperhatikan Pangersa Abah yang berjalan ke arah orang tersebut.
Di hadapan orang tersebut yang tiada lain adalah Kiai Yasin, Pangersa Abah langsung bersabda:
“Qashran luar… Shadran..!” Sambil menunjuk ke arah dada Kiai Yasin. Subhaanallaah! Kiai Yasin terkejut, tapi segera menyadari kalau Pangersa Abah sedang menjawab pertanyaannya ketika penataran muballigh. Maka Kiai Yasin segera bertawajjuh memusatkan dzikir khafinya. Di dalam tawajjuhnya Kiai Yasin merasakan seperti sedang melintasi Alam Mulki (Alam jagat raya di bawah bentangan langit pertama – pen).
“Terus masuk… Qalban…!” Pangersa Abah melanjutkan. Maka Kiai Yasin merasakan seperti sedang melintasi Alam Malakut (Lapisan alam dari langit pertama sampai langit ketujuh – pen).
“Terus masuk… Fuadan…!” Sabda Pangersa Abah. Maka Kiai Yasin semakin khusyu’ dlm tawajjuhnya. Merasakan seperti melintasi Alam Jabarut (Lapisan alam dari langit ketujuh sampai dgn Sidratul Muntaha – pen).
“Terus masuk… Syaghafan…!” Pangersa Abah meneruskan bimbingan irsyadnya. Maka dlm tawajjuhnya Kiai Yasin dipenuhi oleh cinta Ilahi. Kiai Yasin merasakan seperti melintasi Hijab pertama setelah Hajiz bainal haramain.
Terus masuk… Lubban…!” Sabda Pangersa Abah. Maka dlm tawajjuhnya Kiai Yasin tenggelam dalam kondisi tauhid yang sempurna. Kiai Yasin merasakan seperti melintasi Hijab kedua. Suatu wilayah rahasia yang bahkan tidak diketahui para malaikat sekelas Malaikat Jibril as sekali pun.
Terus masuk… Sirran…!” Pangersa Abah menuntun Kiai Yasin ke tujuan akhir. Maka dalam tawajjuhnya Kiai Yasin mengalami fana fillaah. Kiai Yasin mengalami kebingungan spiritual karena mengalami musyahadah-Nya. Mengalami kebingungan ruhani namun dalam kondisi Haqqul Yaqin.
Maka Pangersa Abah menutupnya dengan sebuah konfirmasi:
“Laisa kamitslihi syai’un…” (Tidak serupa dengan segala sesuatu).
Suatu pernyataan konfirmasi tentang pengalaman ruhani Kiai Yasin. Pengalaman yang tidak boleh diakui secara sepihak oleh sang murid. Pengalaman yang harus mendapatkan konfirmasi dari Sang Mursyid. Bahwa Kiai Yasin memang baru saja diantarkan Mi’raj berjumpa dengan Dzat Maha Esa yang tidak serupa dengan segala sesuatu.
Subhaanallaah…!
Demikian Kisah Abah Anom Antarkan Muridnya Mi’raj di Alam Malakut, semoga bermanfaat.
*Ilaa hadhrati Mursyidinaa Ghautsil Haqq Quthbir Rahmah Sayyidi Syaikh Ahmad Shohibul Wafa Tajul ‘Arifin QS.. AlFaatihah..!
*Diceritakan langsung oleh KH Yasin Nur Falah hanya kepada alfaqir seorang diri, ba’da Isyraq di Masjid Ponpes Darul Falah Cianjur, pd tgl 9 Des 2000 / 13 Ramadhan 1421 H.
Penulis: Muhammad Yasin.