Berita yang fenomenal di bulan Februari ini adalah kedatangan Ustadz Abdul Somad (UAS) ke kediaman Maulana Habib Luthfi di Pekalongan.
Maksud kedatangan beliau adalah untuk berbaiat thoriqoh serta menunjukkan sanad thoriqoh beliau sebelumnya di Medan kepada Maulana Abah Luthfi. Koreksi dan saran pun diberikan Abah terkait hal itu, sore tadi sang ustadz pun menjatuhkan pilihan untuk berbaiat thoriqoh Qodiriyah kepada Maulana Abah Luthfi, alhamdulillah.
Bagaimanapun sebelumnya sosok UAS penuh kontroversi, terkesan seorang ‘kader piningit’, ulama potensial yang jadi rebutan bahkan oleh sebagian golongan dan tokoh-tokoh politik tertentu, mengingat politik praktis bisa menyasar ke berbagai kalangan tak terkecuali kalangan ulama seperti ini.
Bias warna pelangi kadar ke-NU-an Abdul Somad tampak meragukan dikalangan warga Nahdliyin. Hebohnya lagi, memanasnya kondisi politik Indonesia, ‘aset’ seperti ini dijadikan ikon untuk mendongkrak elektabilitas salah satu kubu Paslon karena melihat sosok UAS jumlah jamaahnya cukup banyak. Tak sedikit berita cacian dan makian pun dialamatkan padanya akibat ucapan dan kadar baktinya pada bendera Merah Putih dan NKRI masih diragukan.
Kebanyakan orang terlalu mengkutubkan antara pragmatisme dengan idealisme. Membedakan antara realistis dan idealis. Pragmatis dan idealis bukanlah suatu hal yang bertentangan. Pragmatis berarti bersifat praktis dan berguna bagi umum; bersifat mengutamakan segi kepraktisan dan kegunaan (kemanfaatan); bersangkutan dengan nilai-nilai praktis. Jadi, pragmatis itu bagaimana membuat sebuah hal menjadi praktis, efektif untuk mencapai tujuan. Dan itu baik jika dalam kadar tertentu.
Dengan pilihan langkah Syeikh Abdul Somad (SAS) menjadi murid thoriqoh Abah Luthfi mampu meredam segala fitnah, bergerak meninggalkan kontroversi yang pernah ada. Sebagai langkah terpuji mencari keridhoan Allah SWT. Amiin
Sumber: Darul Hasyimi