Kiai Hafidz, Pengabdi Al-Qur’an yang Istiqamah

kiai hafidh krapyak

Oleh : H. M. Syukron Maksum, Santri Kiai Hafidz Abdul Qadir

Hari ini kita kembali kehilangan ulama. KHR Abdul Hafidz Abdul Qadir, cucu KH Muhammad Munawwir, pengasuh Madrasah Huffad II Pondok Pesantren Al-Munawwir telah pulang ke haribaan Allah. Kiai Hafidh sangat istiqamah dalam mengajar Al-Qur’an. Selain mengajar di Asrama Madrasah Huffadh II Pondok Pesantren Al-Munawwir yang beliau asuh, beliau juga mengajar di beberapa tempat.

Bacaan Lainnya

Setahu kami, beliau hampir tidak pernah absen mengajar. Jadi tidak mengajar dan menerima setoran Al-Qur’an itu bisa dihitung dalam setahun, yakni hanya di masa liburan Idul Fitri dan Idul Adha. Selain itu, hampir pasti tak pernah ditinggalkannya menerima setoran hafalan Al-Qur’an dari para santri.

Pernah suatu hari, beliau ada acara di Jakarta. Teman-teman santri sudah bergembira karena pagi esok tidak setoran (hehehe…). Eh, pagi harinya: “Greeeek…” Terdengar suara pintu rumah depan tempat beliau biasa menerima setoran terbuka. Pertanda beliau sudah datang. Tentu para santri kaget dan kelabakan, bergegas menuju ke bawah. Beberapa sibuk menggerutu karena belum siap untuk setoran hari itu, sebab dikiranya libur.

Usut punya usut, ternyata beliau mengambil tiket kereta api malam, demi untuk tetap bisa menerima setoran santri pagi harinya. Begitu juga setiap mengikuti acara apapun yang terkait beliau, para santri selalu waspada. Sebab jika tidak on time, bakalan tertinggal.

Maka dalam hal ini, beliau sering menasehati dan mengkritisi para santri yang juga menjadi mahasiswa. Beliau selalu berharap, para santri bisa istiqamah menyetorkan hafalan setiap hari. Menurut hitungan beliau, jika para santri plus kuliah itu bisa istiqamah, maka saat wisuda sarjana insyaallah sudah selesai hafalan Al-Qur’annya, sehingga bisa segera wisuda Al-Qur’an juga. Jika tidak, maka saat santri sudah wisuda sarjana namun setoran hafalan Qur’annya masih sangat jauh dari khataman, hampir dipastikan mereka akan pulang dan tidak meneruskan menghafal Al-Qur’an.

Dari sinilah muncul istilah beliau untuk para santrinya: mondok sambil kuliah atau kuliah sambil mondok. Harapannya adalah mondok sambil kuliah, sehingga yang diutamakan adalah mondoknya – menghafal Qur’annya. Dengan demikian, insyaallah kuliahnya tetap bisa sukses. Kalau dibalik, kuliah tapi disambi mondok, hampir bisa dipastikan program menghafal Al-Qur’an di pondok akan gagal.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *