Kiai dan Kisah Belum Berdoa Tapi Sudah Cespleng

Doa Untuk Menghapus Dosa yang dibaca Sebelum Tidur

Ini masih cerita tentang Pak Kiai kita. Beliau yang suka mengerjai tuyul dan hobi mancing. Kali ini, seperti biasa saban Ahad, semua keluarganya mafhum: Pak Kiai pergi ke pasar, bawa uang 600 ribu. Pulangnya bawa gethuk atau pecel. Pasti dapat banyak ya? Iya kalau beli normal. Kiai kita ini tidak. Contoh: beli gethuk 3 biji, bayarnya 100 ribu; pecel 2 pincuk Rp 100 ribu dan begitu seterusnya. Alhasil, duit 600 ribu hanya dapat panganan satu kresek kecil. Mungkin kata Dilan, kamu gak akan sanggup, biar Pak Kiai aja.

Sepulang dari pasar, ponselnya bergetar. “Pak Kiai, tolong dong, doakan agar tanah saya laku. Sudah enam bulan ditawarkan, satupun gak ada yang minat!” ujar suara dari seberang sana. Tanah yang dimaksud ada di Jakarta.

Baca juga: Ketika Tuyul Beri Tips Aman Simpan Uang

Pak Kiai dawuh, “Kula nyuwun nama lengkap jenengan dan di foto tanahnya ya!” (Saya minta nama lengkap kamu dan di foto tanahnya-red)

“Siap Pak Kiai.”

Satu minggu berselang.

Ada mobil, parkir tepat di depan rumah Kiai. Sang pengemudi turun. “Assalamu’alaikum Pak Kiai,” katanya.

“Wa’alaikumussalam, jenengan sinten nggih?” (Njenengan siapa ya)-red)

“Saya yang kemarin nelpon minta didoakan agar tanah saya laku,” jawab tamu.

Waduh, wingi lali blas aku belum sempat mendoakan. Batin Pak Kiai.

Belum sempat Pak Kiai jawab, si tamu nyerocos, “Anu Pak Kiai, pokoknya alhamdulillah tanah saya yang di Jakarta sudah laku, ini ada sedikit rezeki untuk Pak Kiai, yah siapa tahu bisa bantu-bantu beli semen untuk renovasi masjid depan itu, tapi ya cuma dikit lho Pak Kiai. Oya saya langsung undur diri ya Pak, pokoknya terima kasih sekali, wassalam!”

Baca juga: Kiai dan Kisah Rezeki yang Tak Terduga

Pak Kiai belum sempat berujar jika ia memang belum mendoakan, si tamu terlanjur undur diri sambil menaruh amplop di meja.

Pak Kiai nimbali santri yang dari tadi siap di luar pintu. “Cung, aku jujur karo kowe ya, jan-jane aku durung dongani blas lemah kae, ning piye maneh, wonge kayane malah sumringah,” (Cung saya jujur sama kamu ya. Sebenarnya aku belum berdoa sama sekali untuk tanah itu. Tapi bagaimana lagi. Orangnya sepertinya bahagia sekali-red),” dawuh Kiai. “Saiki itungen duit ning amplop.” (sekarang hitung uang di amplop-red)

Amplop dibuka. Tak kurang berisi Rp 15 juta!

“Wah Pak Kiai, ini namanya belum sempat doa sudah cespleng,” ujar santri.

Ngoto, Juli 2019

Bramma Aji Putra, Humas Kemenag DIY dan Pengurus LTN PWNU DIY

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *