Kiai Asyhari Marzuqi : Ngaji Nyambi Sekolah atau Sekolah Nyambi Ngaji?

sorogan al-qur'an
Santri Nurul Ummah Sorogan al-Qur'an

Kiai Asyhari Marzuki memiliki kepedulian yang besar terhadap para santri dalam urusan menuntut ilmu. Karenanya, sedari awal santri yang ingin mondok di Pondok Pesantren Nurul Ummah, betul-betul ditata niatnya. Niat ini penting, sebab akan menentukan keberhasilan dalam menuntut ilmu.

Ketika ada santri yang sowan dan ingin mondok, Kiai Asyhari pasti akan menanyakan, “Nyuwun sewu, niki bade ngaji nyambi sekolah nopo sekolah nyambi ngaji?” (Mohon maaf, ini mau ngaji sambil sekolah atau sekolah sambil ngaji?). Jika santri yang sowan menjawab “ngaji nyambi sekolah”, maka ia akan diterima mondok. Tetapi, kalau dijawab sebaliknya, yakni “sekolah nyambi ngaji”, maka jangan berharap akan diterima nyantri.

Bacaan Lainnya

Prinsip yang diterapkan Kiai Asyhari tersebut merupakan dawuh dan amanah dari ayahnya, yakni Kiai Marzuqi. Tujuannya agar santri benar-benar menata niat di dalam menuntut ilmu di pesantren. Jika santri niat mondok nyambi sekolah, maka dua-duanya bisa diperoleh. Ngajinya bisa maksimal, sekolahnya juga lulus. Tetapi jika niat sekolah nyambi ngaji, bisa-bisa sekolahnya lulus tapi ngajinya tidak maksimal.

Itulah kepedulian yang begitu besar dari Kiai Asyhari kepada para santri. Termasuk dalam urusan-urusan kecil, beliau sangat perhatian. Sebagaimana kesaksian Abdul Basith Rustami dalam bukunya “Guruku Kyaiku”, bahwa Kiai Asyhari diam-diam mengamati para santri yang keluar dari masjid menggunakan kaki kanannya. Ini berarti saat masuk dan keluar masjid kebanyakan santri tidak berdoa. Kiai Asyhari cukup prihatin melihat hal tersebut, sebab meski perkara kecil, doa merupakan hal penting.

Begitu juga dalam urusan kegiatan kemasyarakatan, seperti memberi sambutan di acara warga. Kiai Asyhari selalu mewanti-wanti agar para santri bisa melihat audiensnya. Jika didengarkan oleh warga kampung biasa, maka sampaikan pembicaraan dengan bahasa yang mudah dipahami, jangan menggunakan bahasa-bahasa akademik kampus. Hal-hal seperti ini terlihat sepele, tapi penting dalam membangun interaksi dengan masyarakat. (An)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *