Kiai Ali Maksum Krapyak dan Kisah Santri yang Tidak Jadi Kuliah

Kiai Ali Maksum Krapyak dan Kisah Santri yang Tidak Jadi Kuliah

Kiai Ali Maksum Krapyak dan Kisah Santri yang Tidak Jadi Kuliah.

KH Zainuddin, asli dari Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta. Saat ini, beliau bermukim di daerah transmigrasi Desa Bina Karya, Karang Dapo, Musi Rawas Utara, Sumatera Selatan. Kiai Zainuddin memiliki cerita bersama Mbah Kiai Ali Maksum Krapyak saat dulu masih mondok di sana. Ceritanya begini, ketika lulus Madrasah Aliyyah, beliau ditawari Mbah Ali untuk melanjutkan ke perguruan tinggi, kuliah. Saat itu Mbah Ali kebetulan masih menjadi dosen di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

“Cung, kalau kamu mau kuliah mau saya masukkan di IAIN. Tapi kalau ‘syafaatku’ masih mujarab ya. Kuliah juga tidak murah, kamu harus usaha sendiri untuk membayarnya,” Kata Mbah Ali suatu hari sambil tertawa ringan. Syafa’at yang dimaksud adalah cara agar bisa lulus masuk kuliah.

“Nggih Kiai,” Jawab santri Zainuddin singkat saja.

“Ya sudah, kalau besok seumpama bisa masuk kamu sudah aku siapkan kamar di sebelah sana agar fokus kuliah dan mengabdi,” Mbah Ali berkata sambil menunjuk sebuah ruangan di pojok komplek pesantren.

Beberapa hari kemudian santri Zainuddin dipanggil kembali oleh Mbah Ali ke ndalem.

Cung, syafaatku sudah tidak ampuh. Kamu tidak jadi kuliah saja ya”, Mbah Ali menyampaikan informasi itu sembari sedikit tertawa kembali. Seperti ketika menawari kuliah beberapa hari yang lalu.

“Nggih Kiai, tidak apa-apa,” Jawab Zainuddin.

Akhirnya ia tidak jadi kuliah dan memilih untuk melanjutkan mengaji saja di Krapyak dan setelah beberapa tahun, beliau merantau ke Sumatera.

“Mungkin jika saya jadi kuliah di IAIN seperti yang dijanjikan Mbah Ali, ceritanya sudah pasti jadi berbeda,” Kata Kiai Zainuddin saat menyampaikan cerita kepada penulis sembari tersenyum.

Demikian kisah Kiai Ali Maksum Krapyak dan Kisah Santri yang Tidak Jadi Kuliah, semoga bermanfaat buat kita. Berikut ini kisah yang lain lagi yang dialami santri Zainuddin.

Pertanyaan Aneh Mbah Ali

Seorang santri Zainuddin ini punya pengalaman lain yang sangat mengesankan bersama sang guru tercinta. Saat itu, ia sedang bersiap menuju kamar mandi untuk mandi sore. Saat itu ia sudah membawa handuk dan akan masuk kamar mandi. Namun tiba-tiba muncul KH. Ali Maksum dan sembari menarik handuknya.

“Cung, melu aku diluk (Nak, ikut saya sebentar)”, KH. Ali Maksum berkata datar.

“Njih yai”, tanpa banyak bicara si santri pun nurut saja.

Si santri kemudian mengikuti KH. Ali Maksum menuju belakang kamar mandi. Anehnya, beliau berjalan menuju septic tank dan kemudian menyuruh si santri tadi membukanya. Karena septic tank dulu tutupnya hanya seng dan beberapa papan, sehingga dengan mudah bisa dibuka. Maka dibukalah septic tank tadi. Sambil menahan bau kotoran yang sangat menyengat, ia menuruti perintah KH. Ali Maksum. Setelah terbuka, KH. Ali Maksum bertanya kepada si santri, “Cung, opo sebabe septic tank kui iso kebak ngunu kui mau? (Apa sebabnya septic tank itu bisa penuh seperti itu?)”

Meskipun pertanyaan tersebut sangat remeh dan ia bisa menjawabnya dengan mudah, tetapi ia tak berani berkata apa-apa dan hanya menyimpannya dalam hati. KH. Ali Maksum pun hanya tersenyum dan kemudian kembali ke ndalem lagi. Sementara si santri sambil tertegun dan masih menyimpan perasaan yang mengganjal karena dirasa kejadian tersebut sangat aneh.

Pertanyaan KH. Ali Maksum puluhan tahun yang lalu ternyata terjawab setelah si santri mukim dan menghadapi masyarakat di tanah perantauan. Namun ketika bercerita kisah di atas, beliau tak mengatakan jawabannya dengan gamblang kepada penulis mengenai pertanyaan KH. Ali Maksum ketika masih mondok dulu. Wallahu A’lam.

Penulis: Charismanto, alumnus Pesantren Luqmaniyah Kota Yogyakarta.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *