KH M Yusuf Masyhar, Pendiri Pesantren Madrasatul Quran Tebuireng Jombang

KH M Yusuf Masyhar, Pendiri Pesantren Madrasatul Quran Tebuireng Jombang

KH M Yusuf Masyhar, Pendiri Pesantren Madrasatul Quran Tebuireng Jombang.

Salah satu berkah wabah Covid-19, adalah munculnya tradisi baru di masyarakat dengan masifnya berbagai kegiatan yang dikakukan dengan virtual. Seminar virtual. Kajian virtual. Kuliah virtual. Pesantren virtual. Halal bi Halal virtual, dst. Dulu kita tidak pernah mendengar istilah Zoom, sekarang hampir setiap hari muncul pamflet di WA kita, acara seminar, kajian, workshop dll menggunakan aplikasi Zoom.

Tidak ingin ketinggalan, beberapa hari yang lalu, Ikatan Alumni Madrasatul Qur’an Tebuireng Jombang, mengadakan Halal bi Halal Virtual Internasional, dengan memanfaatkan aplikasi Zoom. Dengan acara itu, jarak fisik yang jauh bisa dipersatukan. Para alumni yang sudah tersebar di seluruh Indonesia, bahkan ada yang sedang belajar di berbagai negara, dapat dipertemukan. Para santri yang sudah sekian lama tidak bisa sowan dan mendengar nasihat para Kyai dan Masyayikh, memperoleh siraman ruhani yang mencerahkan. Rasanya bahagia, akrab, asyik, gayeng dan menyenangkan.

Adalah KH. M. Yusuf Masyhar, (menantu cucu KH. M. Hasyim Asy’ari), pendiri dan pengasuh pertama Pesantren Madrasatul Qur’an Tebuireng Jombang yang selalu dikenang oleh para alumni. Beliau adalah salah satu Kyai ahli Al-quran yang sangat fasih, mumpuni dan disegani. Setiap event MTQ tingkat nasional, beliau termasuk sebagai Dewan Hakim. Bahkan pada pada tahun ’82/’83, Kyai Yusuf ditunjuk oleh pemerintah Indonesia sebagai pembina tahfidh dalam event MTQ/MHQ Internasional di Makkah. Pada waktu itu, salah satu santri MQ mendapat juara internasional, bidang MHQ.

Beliau juga dikenal sebagai seorang Kyai yang punya jiwa kesabaran yang tinggi. Hal itu bukan saja dibuktikan pada saat mengajar Al-Quran kepada para santri dengan penuh ketelatenan, tapi juga tercermin dari keikhlasan beliau pulang-pergi dari Jombang ke Tebuireng, naik angkot setiap pagi dan sore demi mendampingi para santri. Rutinitas itu berlangsung bertahun-tahun, sampai akhirnya beliau pindah ke Tebuireng menempati rumah sangat sederhana yang gandeng dengan komplek para santri.

Beliau sosok Kyai yang humanis, sanggup memanusiakan manusia. Bisa bergaul dan akrab dengan siapa saja. Apresiatif kepada setiap orang, apapun latar belakang sosialnya. Saat sebelum sakit, beliau hapal nama-nama semua santri. Sehingga saat memanggil santri, tidak dengan panggilan nak atau rek, tapi dengan menyebut namanya. Sungguh sebuah kebanggaan bagi santri, ketika dipanggil Romo Kyai dengan disebut namanya.

Kyai Yusuf Masyhar sangat lembut dalam berkomunikasi. Pilihan kata dan diksinya, santun dan terukur. Kalimat yang terucap dari beliau, mengandung nilai edukatif dan motivatif. Maka tidak heran, beliau sering luangkan waktu untuk memberi semangat dan motivasi, agar para santri punya rasa cinta dan bangga dengan Al-quran. Hadis Nabi yang sering beliau sampaikan di hadapan santri;

خيركم من تعلم القرآن وعلمه

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mau belajar Al-Quran dan kemudian mengajarkannya.”

Juga nasihat ini:

ليس الفقر مع القران ولاغنى دونه

“Tidak ada kefakiran bagi orang yang cinta dan mengamalkan Al-quran, dan tidak ada kekayaan yang sejati tanpa Al-quran”. Dalam kesempatan yang lain, beliau berpesan:

اهل القرآن هم اهل الله

“Orang yang ahli Al-quran, adalah keluarganya Allah.”

“Maka tidak ada alasan bagi anak-anakku semua, untuk punya kekhawatiran dalam hidup, selama kalian serius dan sungguh-sungguh menjadi pelayan Al-Quran”.

Kecintaan dan perhatian Kyai Yusuf Masyhar kepada para santri, seperti seorang ayah kepada anak-anaknya. Dari segala aspek mendapatkan perhatian, dengan penuh rasa kasih dan cinta.

Karena keinginan besar beliau kepada seluruh santrinya adalah, agar menjadi:

حامل القرآن لفظا ومعنا وعملا

Orang yang hafal Al-Quran, memahami maknanya dan mengamalkan isinya.

Untuk mewujudkan cita-cita mulia itu, agar kualitas bacaan santri seragam dan standar, setiap menjelang shalat maghrib disetel kaset murattal Syeikh Mahmud al-Khushari. Seluruh kegiatan dan program yang ada di MQ, dimenej dan diatur sedemikian rupa. Mulai dari santri bangun tidur sampai waktu tidur kembali, dijadwal, diawasi, dimonitor dengan seksama. Seluruh kegiatan pembelajaran diorentasikan kepada menghafal Al-quran, memahami makna kandungannya dan mewujud-kongkritkan dalam kehidupan nyata.

Maka rasanya tidak berlebihan, kalau saya katakan bahwa MQ bukan sekedar pesantren Al-quran, bukan hanya lembaga pendidikan, tapi MQ adalah manhaj, cara berfikir, karakter, watak, gaya hidup yang harus menjadi ruh dan jiwa bagi setiap alumni di manapun mereka berada. Dengan semangat Al-quran dan bekal berbagai disiplin ilmu yang telah diajarkan oleh Kyai dan para guru, eksistensi semua alumni harus bisa memberi berkah-kebaikan (باركنا حوله) kepada masyarakat lingkungannya sesuai dengan kapasitas, maqam dan tugas kekhalifahannya.

Untuk Romo Kyai M. Yusuf Masyhar, Al-Fatihah. Amin.

Demikian kisah KH M Yusuf Masyhar, Pendiri Pesantren Madrasatul Quran Tebuireng Jombang, semoga manfaat.

Penulis: KH Edy Musoffa, alumni MQ ’92, saat jadi Wakil Katib Syuriah PWNU DIY.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *