KH A Aziz Masyhuri Jombang lahir dari keluarga dengan kultur pesantren dan tradisi keilmuan yang kuat di Senori, Tuban, 17 Juli 1942. Beliau merupakan putra keenam dari pasangan KH. Masyhuri dan Hj. Aminah Syahid. Pasangan ini dianugerahi 13 anak, terdiri dari 7 orang putri dan 6 orang putera. Kultur pesantren yang kuat, tradisi literasi, serta dorongan dan dukungan kedua orang tua telah membentuk diri KH. A. Aziz Masyhuri Jombang mencintai ilmu dan tekun belajar sejak kecil. Muthola’ah dan menukil kitab menjadi aktivitas yang dilakoni KH. A. Aziz Masyhuri sejak remaja.
Pendidikan agama diperoleh Aziz Masyhuri muda dari kedua orang tuanya. Kesadaran kedua orang tua tentang pentingnya ilmu menjadi dasar KH. Masyhuri dan Hj. Aminah Syahid untuk mendorong anak-anaknya memperdalam ilmu agama. Aziz Masyhuri muda memperdalam keilmuan agama di beberapa pesantren, seperti Rejoso-Jombang dan Krapyak-Jogjakarta di bawah asuhan KH. Ali Maksum.
Selain di kedua pesantren tersebut, pada bulan Romadhon, Aziz muda juga menyempatkan diri untuk belajar di Pesantren Mbah Kyai Ma’shum Lasem. Selepas belajar dari Krapyak, Aziz Masyhuri muda pulang kampung dan menjadi pengajar di Madrasah Ibtida’iyyah dan Masrasah Tsnawiyah di Raudahtut Tholibin, Senori. Kapasitas keilmuan yang dimiliki Aziz Masyhuri membuat dirinya dipercaya untuk menjadi Kepala Madrasah Ibtidaiyyah Banin di Yayasan Sunnatunnur, tahun 1963-1972.
Diusia 30 tahun, Aziz Masyhuri menyunting cucu Simbah Kiai Bisri Syansuri, Denanyar-Jombang. Cerita pernikahan dengan Hj. Anik Nur Azizah tidak terlepas dari penilaian Mbah Bisri atas keilmuan yang dimiliki Aziz Masyhuri. Pada tahun 1972, beliau mengikuti ujian PNS untuk Ujian Guru Agama di Jakarta, namun pemberkasannya di Jombang. Selama proses pemberkasan ini dimanfaatkan untuk sowan KH. Bisri Syansuri dan kurang lebih selama seminggu, beliau menginap di Denanyar. Saat menginap di Denanyar inilah beliau didawuhi menjadi Imam dan Khotib Jum’at serta mengajar kitab.
Penguasaan kitab yang dimiliki Aziz Masyhuri ini menarik perhatian mbah Bisri untuk menjadikan Aziz Masyhuri sebagai cucu mantu. Pernikahan beliau dengan Anik Nur Azizah, putri pertama KH. Aziz (Ali) Bishri bin Bisri Sansuri, dilaksanakan pada 7 Oktober 1972.
Dunia literasi menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan KH. Aziz Masyhuri. Kecintaannya pada ilmu dan ketelatennya dalam menulis, menghasilkan ratusan karya, baik dalam bahasa Arab maupun bahasa Indonesia. Selain dunia menulis, beliau juga aktif di NU. Di lingkup NU, beliau terlibat di LDNU, LKKNU, RMI, LP. Ma’arif, serta posisi lainnya. Di Denanyar Jombang, beliau mendedikasikan diri dengan membantu KH. Bisri Syansuri dan meneruskan visi-visi beliau. Selain itu, beliau juga aktif dalam kegiatan social seperti FKUB Jawa Timur.
Di mata pengamat dan peneliti dalam dan luar negeri, KH. Aziz Masyhuri dikenal sebagai Dokumentator Perjalanan NU.
(Penulis: Ngatiyar, santri Kiai Aziz Masyhuri)