KH Ahmad Yasir Kajen: Pakar Fiqh dan Mursyid Thoriqoh Syadziliyyah

kh yasir kajen

KH Ahmad Yasir adalah salah satu guru di Perguruan Islam Mathali’ul Falah (PIM) Kajen Pati Jawa Tengah. Beliau mengampu pelajaran balaghah dan qawaid fiqhiyyah kelas 2 dan 3 Aliyah zaman saya dulu. Beliau tidak membawa kitab dan buku. Masuk di kelas langsung memulai pelajaran. Bahkan beliau hafal batas akhir pelajaran sebelumnya, sehingga langsung masuk kelas dan memulai pelajaran.

Yang unik dari Mbah Kyai Yasir adalah selalu menguji murid-muridnya, khususnya dalam bab nahwu. Ketika ada hal yang kaitannya dengan nahwu, beliau selalu menguji muridnya untuk melafadzkan teks Alfiyyah Ibn Malik.

Hal ini menjadi pelajaran berharga bagi siswa-siswi PIM sekarang supaya terus merawat Alfiyyah Ibn Malik yang sudah dihafalkan kelas 1 dan 2 Tsanawiyah. Ibnu Malik adalah jimat santri. Ia bisa bermakna nahwu-sharaf-balaghah, juga bisa mengandung makna tasawuf, sebagaimana dicontohkan Kiai Taufiq Hakim dalam bait:

وارفع بضم وانصبن فتحا وجر – كسرا كذكر الله عبده يسر
واجزم بتسكين

Arti versi saya:
Manusia akan naik derajat jika mampu mengumpulkan-mengintegrasikan banyak ilmu, menjadi tegak dengan membuka akal dan hati terhadap khazanah dan peradaban lain, menjadi terhormat dengan memecah tameng dan tirai hati yang mengunci, dan mendapat keyakinan dan kemantapan jiwa dengan ketenangan (tidak tergesa-gesa).

Mbah Yasir selalu mendorong muridnya untuk berkembang dan mencari solusi setiap persoalan dengan pendekatan fiqh. Selain dari PIM, beliau belajar di Sarang. Beliau juga aktif memimpin Bahtsul Masail MWCNU Margoyoso bersama KH Asmui dan K. Suhaili sekarang ini. Background keilmuan inilah yang mengantarkan Mbah Yasir pada solusi fiqh.

Selain itu, beliau juga seorang Mursyid Thariqah Syadziliyah yg membaiat murid-muridnya di Ndalemnya yang luas dan representatif. Dus, dalam jiwa beliau terpadu antara fiqh dan tasawuf sebagai bekal menjalani hidup secara Arif dan bijaksana.

Ingat dawuh ulama’:

من تفقه ولم يتصوف تفسق ومن تصوف ولم يتفقه تزندق ومن جمع بينهما فقد تحقق

Belajar fiqh tanpa tasawuf mudah menjadi orang fasik, belajar tasawuf tanpa fiqh mudah tergelincir menjadi zindiq (menyembunyikan kekafiran dengan tameng iman), orang yang mampu menggabungkan keduanya sungguh ia telah mendapatkan kekokohan dan kemantapan.

Penulis: Jamal Ma’mur Asmani, Kajen, alumni Mathole’.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *