Keutamaan Malam Pertama Ramadhan

Ini Keutamaan Malam Pertama Bulan Ramadhan
Keutamaan Malam Pertama Ramadhan.
Nabi Muhammad SAW bersabda :
“Apabila datang malam pertama bulan ramadhan, Allah pandang hamba-hambanya dengan pandangan penuh kasih sayang. Maka, malam pertama ramadhan, kerjakan taat yang banyak. jangan tidur malam harinya”

 

Sebab siapa yang pernah dipandang Allah dengan pandangan kasih sayangNya, Allah tidak akan pernah tega menyengsarakan dia selama-lamanya (ini hanya perlu 1 malam untuk bersungguh-sungguh menahan kantuk, lelah, lapar )

 

Habib Umar bin Hafidz seringkali dimintakan orang untuk berdo’a mendo’akan orang-orang yang meminta do’anya, Habib pun juga langsung angkat tangan dan berdo’a. Seringkali do’a Habib Umar seperti ini :

 

“Semoga Allah memandangmu, memandangku, memandang kita semua dengan pandangan kasih sayangNya.” (betapa pentingnya kita dari dipandang Allah). Dan ini dijanjikan pada malam pertama bulan Ramadhan. Sesuatu yang hadiahnya kebersamaan bersama Nabi Muhammadﷺ sudah pasti berat.

 

Sesuatu yang berhadiah dipandang Allah dengan pandangan kasih sayangNya, sudah pasti berat. Maka, mari bersabar dan teruslah berusaha meraih pandanganNya meski dalam keadaan ngantuk lelah. Semoga Allah sampaikan kita kepada bulan Ramadhan dan memampukan kita beribadah dengan baik.

 

Sumber: Nasihat Habib Hamid Bin Muhammad Al Hamid, Pimpinan Pusat Lembaga Ilmu dan Dakwah Shiraathal Mustaqiim, Makassar.
_________
Semoga artikel Keutamaan Malam Pertama Ramadhan ini memberikan manfaat dan barokah untuk kita semua, amiin..
simak artikel terkait di sini
simak juga video terkait di sini
bonus artikel 

Mbah KH Hasyim Asy’ari baru keluar kamar pada akhir Ramadan.

Beberapa hari lalu kami sowan ke KH. Irfan Sholeh Tambakberas Jombang dalam rangka mencari ijazah doa dari para kiai sepuh Tambakberas. Selain dapat dua ijazah dengan sanad sambung ke KH. Wahab Chasbullah dan KH. Hamid Chasbullah, kami juga dapat kisah tentang lelakon-lelampah Hadlaratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari pada suatu waktu di bulan Ramadan.

KH. Irfan Sholeh mendengarkan langsung kisah puasa KH. Hasyim Asy’ari dari KH Maimoen Zubair (Mbah Moen sering mampir ke ndalem KH. Irfan). Suatu waktu di bulan Ramadan, Mbah Kiai Hasyim Asyari masuk ke kamar selama sebulan dan tidak keluar untuk mengkhatamkan sahih Bukhori.

Baru keluar setelah Ramadan habis. Hal yang ajaib adalah di dalam kamar tersebut tidak ada kamar mandi. Lebih ajaib lagi ternyata makanannya hanya perantara berupa pinggiran kertas kitab yang kelihatan sobek sedikit-sedikit. dengan hanya makan demikian, sangat mungkin tidak butuh kamar mandi.

Tentu kisah yang bagi kaum positivisme-empirisme njekek, akan menolak mentah-mentah dengan dianggap tidak masuk akal, tapi karena memang kekuasaan Tuhan itu tidak terbatas, maka bisa saja hal-hal aneh terjadi pada individu tertentu di suatu waktu. Dalam Alquran ada yang lebih aneh masalah tidak makan, seperti Ashabul Kahfi yang ratusan tahun tertidur tentu tanpa makan.

Dalam lelaku sufi juga terjadi mirip apa yang dijalankan KH. Hasyim Asy’ari. Al-Thusi (w. 378 H) dalam karyanya aI-Luma’ fi Tarikh at-Tashawwuf aI-Islami menjelaskan bahwa Abi Ubyad aI-Basri jika masuk bulan Ramadan akan masuk kamar dan menutup pintunya, serta berkata pada istrinya setiap malam disiapkan satu potong roti. Al-Basri tidak keluar dari kamar, hingga berakhir Ramadan.

Tentu tidak seluruh Ramadhan KH. Hasyim Asy’ari lelakon-lelampahnya seperti itu. Beliau menjadi pribadi sebagai kiai pada umumnya. Dalam buku “Tambakberas: Menelisik Sejarah, Memetik Uswah” dalam bab “Mbah Wahab dan Mbah Hamid Saat Wafatnya KH. Hasyim Asy’ari” dijelaskannya menjelang wafatnya beliau seperti biasa sholat tarawih dan mengisi ngaji di bulan Ramadhan hingga sampai ada tamu berkisah tentang perang melawan penjajah dan akhirnya jelang subuh KH. Hasyim wafat.

Demikian kisah laku spiritual KH Hasyim Asy’ari saat keluar kamar di akhir Ramadan.

*****

Hal yang menarik adalah, kemampuan manusia atas jika “disandarkan” pada pertolongan Allah adalah sangat besar dan dahsyat. Manusia bisa tidak hanya stay at home dalam waktu lama, tapi berada di bilik kamar dalam waktu lama dan dengan makan tidak pada umumnya makanan manusia

Dengan olah lakon tertentu oleh individu tertentu, tubuh manusia bisa keluar dari “zona nyaman” yakni makan makanan yang enak dengan beralih kepada cara lain yang “abnormal”. Tubuh mampu beradaptasi.

*****

Harapan kita semua, dengan adanya wabah ini, tubuh bisa beradaptasi atau berdamai menghadapi corona entah dengan mekanisme pisik maupun nonpisik yang akhirnya korona akan menjadi penyakit lain yang biasa kita hadapi.

Penulis: Dr KH Ainur Rofiq Al Amin, Pesantren Tambakberas Jombang dan dosen UIN Sunan Ampel Surabaya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *